Konsumsi Negara-negara Kaya Picu Penggundulan Hutan di Dunia
Negara-negara maju mendorong reboisasi di dalam negeri masing-masing, tetapi mendorong deforestasi di luar negeri, terutama di kawasan tropis. Hal ini mengancam mitigasi perubahan iklim dan konservasi keragaman hayati.
Oleh
kris mada
·3 menit baca
AFP/CARL DE SOUZA
Foto dokumentasi tanggal 26 Agustus 2019 ini memperlihatkan petani Brasil, Helio Lombardo Do Santos, dan anjingnya berjalan melewati area bekas kebakaran di hutan Amazon, dekat Porto Velho, Negara Bagian Rondonia, Brasil.
Singapura bertanggung jawab pada penggundulan hutan-hutan di Asia Tenggara. Sementara setiap warga negara maju bertanggung jawab atas penggundulan hutan rata-rata 58 meter persegi per tahun.
Penggundulan hutan memang terjadi di negara-negara berkembang. Walakin, komoditas terkait penggundulan itu terutama dikonsumsi negara-negara kaya.
Kesimpulan itu dicantumkan dalam penelitian oleh Nguyen Tien Hoang dan Keiichiro Kanemoto. Hasil penelitian pada Research Institute for Humanity and Nature, Kyoto, tersebut diterbitkan dalam jurnal Nature Ecology & Evolution, Senin (29/3/2021).
Mereka meneliti data penggundulan hutan di sejumlah negara pada 2001-2015. Kajian itu menunjukkan peran perdagangan dan rantai pasok global dalam penggundulan hutan di sejumlah negara.
Penelitian mereka difokuskan pada jejak penggundulan di China, Brasil, Jerman, Singapura, Jepang, dan Amerika Serikat. Nguyen dan Kanemoto memeriksa data penggundulan, penyebab penggundulan, dan rantai pasok global. Brasil dipilih karena memiliki hutan tropis terluas. Adapun Singapura diteliti karena pertumbuhan ekonominya yang cepat. Sementara China, Jerman, Jepang, dan Amerika Serikat dikategorikan negara kaya.
Karena tidak punya hutan, hampir seluruh kebutuhan kayu dan produk dari hasil hutan Singapura didapat dari Asia Tenggara. Adapun kebutuhan sapi dan kedelai AS, China, dan sejumlah negara Eropa memicu penggundulan hutan di Brasil.
AFP / NASA / JOSHUA STEVENS / HO
Handout peta NASA Earth Observatory ini menunjukkan deteksi kebakaran aktif di Amerika Selatan (termasuk Brasil, Bolivia, Peru, Paraguay, Ekuador, Uruguay, Argentina utara, dan Kolombia barat laut), seperti yang diamati oleh Terra dan Aqua Modis pada 15-22 Agustus 2019. Lokasi kebakaran ditunjukkan dengan warna oranye.
Dalam penelitian Hoang dan Kanemoto ditemukan, antara lain, bahwa konsumsi kakao di Jerman terkait dengan penggundulan hutan di Pantai Gading dan Ghana. Sementara kebutuhan biji selasih Jepang menjadi penyebab deforestasi di Tanzania.
Sementara kebutuhan karet China ikut bertanggung jawab atas penggundulan hutan di Laos. Hutan Asia Tenggara yang ikut digunduli China juga berada di Vietnam. Kayu dari hutan di Vietnam dikirim ke China, Korea Selatan, dan Jepang.
Sementara penggundulan hutan di Kamboja, Kanada, Liberia, Guatemala, dan Brasil juga dipicu oleh AS. Hutan di sana dibabat untuk memenuhi kebutuhan kayu, karet, kedelai, hingga sapi AS.
Impor penggundulan
Hoang dan Kanemoto menyebut fenomena itu sebagai deforestasi yang diimpor. Fenomena itu cenderung meningkat kala laju penggundulan hutan dunia cenderung berkurang. ”Mendorong reboisasi di dalam negeri sembari mendorong deforestasi di luar negeri, terutama di kawasan tropis, mengancam mitigasi perubahan iklim dan konservasi keragaman hayati,” kata Hoang.
Hingga 80 persen penggundulan terjadi karena perkebunan dan hutan tanaman industri. Kebutuhan kopi, cokelat, susu, kedelai, kayu, dan sapi menjadi penyebab utama.
AFP/LAKRUWAN WANNIARACHCHI
Warga anggota suku Vedda ambil bagian dalam aksi menentang deforestasi cepat di kawasan hutan lindung dalam demonstrasi di Colombo, Sri Lanka, 24 Maret 2021.
Inggris, Jerman, Perancis, Italia, dan Jepang ”mengimpor” lebih dari 90 persen penggundulan hutan pada 2001-2015. Lebih dari separuh impor itu berasal dari hutan tropis. Impor deforestasi adalah istilah untuk menggambarkan impor komoditas yang dihasilkan dari lahan bekas hutan.
”Kami berharap orang lebih berpikir sebelum membeli dan mengonsumsi komoditas yang bisa berdampak pada hutan,” kata Hoang.
Pada awal Maret 2021, sejumlah organisasi lingkungan dan perwakilan masyarakat adat Amazon mengajukan gugatan ke pengadilan Perancis. Perusahaan Perancis, Casino, menjadi tergugat karena dikaitkan dengan penggundulan Amazon untuk peternakan sapi. Dasar gugatan di pengadilan kota Saint-Etienne, di mana kantor pusat Casino berada, mengacu pada undang-undang Perancis yang mewajibkan perusahaan mencegah pelanggaran terkait lingkungan dan pelanggaran HAM dalam bisnis dan rantai pasok mereka. Pelanggar diwajibkan membayar ganti rugi.
Hoang menyebut, pemerintah dan swasta serta konsumen bertanggung jawab mengurangi penggundulan hutan. Negara-negara maju perlu membantu negara berkembang melindungi hutan mereka. ”Negara maju punya dukungan keuangan dan hukum untuk mengurangi jejak penggundulan mereka. Sebaliknya, perlindungan hutan di daerah tropis, terutama di negara miskin dan berkembang, butuh solusi jangka panjang dan menyeluruh serta dana besar,” ujarnya.
Kepada BBC, peneliti Leeds University, Simon Lewis, mengatakan bahwa mengakhiri penggundulan hutan amat penting dalam pengendalian perubahan iklim. Di sisi lain, ada pertanyaan soal pemenuhan kebutuhan pangan bagi 7,8 miliar manusia di bumi. Selama ini, perkebunan menjadi pemicu penggundulan.
”Perlu perubahan pola makan, seperti menghindari konsumsi tinggi daging. Sebab, produksi daging menggunakan lahan secara tidak mangkus,” kata Lewis. (AP/AFP)