Peningkatan nilai ekspor China ditopang naiknya penjualan barang elektronik, terutama komputer, bahan tekstil, dan masker. Kebijakan bekerja dari rumah di seluruh dunia membuat permintaan komputer dan laptop meningkat.
Oleh
Mahdi Muhammad
·3 menit baca
BEIJING, SENIN — Perekonomian China mulai memperlihatkan tanda-tanda pemulihan. Nilai ekspor China periode Januari-Februari 2021 melonjak hingga 60,6 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya, atau setara 468,9 miliar dollar AS. Selain nilai ekspor yang meningkat, nilai impor barang juga meningkat hingga 22,2 persen. Peningkatan itu mengindikasikan geliat ekonomi dalam negeri.
Data yang dikeluarkan Bea Cukai, Minggu (7/3/2021), memperlihatkan angka-angka terbaru yang sangat kontras dibandingkan dengan angka periode yang sama tahun 2020 saat pandemi dimulai. Saat itu ekspor menurun hingga 17 persen dan impor menurun 4 persen.
Bahkan, jika dibandingkan dengan periode ”normal”, tanpa pandemi, seperti 2018 dan 2019, Bea Cukai mengklaim sektor perdagangan China tumbuh sekitar 20 persen.
Nilai ekspor China yang meningkat ditopang naiknya penjualan barang elektronik, terutama komputer, bahan tekstil, dan masker. Kebijakan bekerja dari rumah yang diterapkan oleh sebagian besar perusahaan di seluruh dunia membuat permintaan komputer, terutama laptop, meningkat.
Permintaan masker juga masih tinggi karena mayoritas negara di dunia hingga saat ini masih berjibaku dengan upaya penanggulangan pandemi.
Para eksportir China diuntungkan dengan pembukaan kembali—lebih awal—perekonomian setelah Beijing mengklaim mereka berhasil memenangi perang terhadap virus SARS-CoV-2
Nilai perdagangan China dalam dua bulan I-2021 membukukan surplus hingga 103,25 miliar dollar AS atau naik dua kali lipat daripada periode November-Desember 2020 yang hanya mencapai 60,15 miliar dollar AS. Salah satu penopang kenaikan nilai ekspor China pada Januari-Februari adalah kenaikan ekspor ke AS hingga 87,3 persen, setara dengan 80,5 miliar dolar AS.
Bea Cukai China menilai, aktivitas bisnis yang biasanya turun selama perayaan tahun baru China, Imlek, karena para pekerja kembali ke kampung halaman tidak terjadi. Imbauan pemerintah agar para pekerja tidak mudik dikompensasi dengan peningkatan produksi.
”Mayoritas karyawan manufaktur di beberapa provinsi dengan industri berorientasi ekspor, seperti Guangdong dan Zhejiang, memilih mempertahankan produksi mereka selama Imlek,” kata pernyataan Bea Cukai.
Selain itu, beberapa perusahaan juga telah menimbun sejumlah barang modal, seperti sirkuit terintegrasi dan bijih besi, yang memudahkan mereka memulai produksi barang konsumsi. Bea Cukai China menilai, permintaan pasar akan pulih tidak lama lagi.
Kepala Ekonom HIS Market untuk wilayah Asia Pasifik Rajiv Biswas mengatakan, ekspor elektronik menopang kenaikan ekspor China karena permintaan elektronik global yang meningkat tajam selama pandemi. Pergeseran kerja dari kantor ke rumah menjadi penyebabnya. Tidak hanya alat kerja, alat komunikasi, seperti telepon seluler atau bahkan jam tangan pintar, dibutuhkan banyak orang untuk memantau kondisi mereka selama berada di rumah.
Sementara mengenai impor, menurut Biswas, pertumbuhan nilai impor juga mengindikasikan normalisasi belanja konsumen di China.
Akan tetapi, analis lain memperingatkan, lonjakan permintaan masker dan alat kesehatan lain yang menopang ekspor China bisa memudar seiring membaiknya pengendalian pandemi secara global meski hal itu terjadi secara bertahap.
”Pandemi mungkin telah mengubah perilaku orang. Saya pikir, permintaan semacam ini akan tetap ada untuk beberapa waktu,” kata ekonom senior China ANZ Research, Betty Wang.
Rencana China
Perdan Menteri China, yang juga salah satu arsitek ekonomi China, Li Keqiang, Jumat (5/3), mengumumkan rencana untuk mempercepat pengembangan teknologi dan mengurangi ketergantungan kepada negara lain. Hal itu dikhawatirkan bisa memperburuk ketegangan dengan Washington dan Eropa yang telah mengeluhkan bahwa Beijing melanggar janjinya untuk membuka pasar domestik China karena melindung para pemasoknya.
Li mengumumkan target pertumbuhan ekonomi lebih dari 6 persen pada 2021. Target ini diharapkan akan membantu mendorong naiknya permintaan global terhadap minyak, bijih besi, makanan, dan barang konsumsi, serta barang impor lainnya.
Beijing berjanji untuk membeli lebih banyak kedelai, gas alam, dan beberapa barang lainya dari Amerika Serikat setelah perjanjian perdagangan kedua negara yang ditandatangani pada Januari tahun lalu. Namun, China tertinggal dalam komitmen pelaksanaan perjanjian itu. Kini, dengan kemunculan tanda pulihnya perekonomian, China diharapkan bisa memenuhi komitmennya tersebut. (AP/AFP/REUTERS)