Harga Rumah Naik, Pemulihan Ekonomi China Berlanjut
Pasar properti telah menjadi pendorong utama dalam pemulihan ekonomi China. Penjualan rumah dan investasi tumbuh dengan kecepatan tinggi dalam beberapa bulan terakhir di tengah pandemi Covid-19.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
BEIJING, SENIN — Harga rumah baru di China terdata naik secara bulanan pada bulan Agustus, Senin (14/9/2020). Pasar properti telah menjadi pendorong utama dalam pemulihan ekonomi China. Penjualan rumah dan investasi di negara itu tumbuh dengan kecepatan tinggi dalam beberapa bulan terakhir setelah penutupan wilayah sebagai respons atas pandemi Covid-19 virus korona dicabut.
Harga rumah baru di 70 kota besar di China rata-rata naik 0,6 persen pada Agustus dari bulan sebelumnya. Merujuk pada perhitungan kantor berita Reuters berdasarkan data yang dirilis Biro Statistik Nasional (NBS) China, awal pekan ini, data harga rumah baru pada Agustus itu sedikit lebih tinggi dibandingkan capaian pada Juli yang mencatat kenaikan 0,5 persen. Dilihat secara tahunan, harga rumah di China naik sekitar 4,8 persen pada bulan Agustus. Tingkat kenaikan pada Agustus secara tahunan sama dengan catatan pada bulan Juli.
Namun, para pembuat kebijakan tetap waspada tentang risiko spekulasi harga yang tidak terkendali. Langkah waspada itu merupakan sinyal antisipasi sekaligus penyeimbangan pihak berwenang setempat. Diharapkan pemulihan ekonomi China benar-benar berlangsung tanpa disertai dengan spekulasi yang berlebihan.
Sejak Juli, banyak kota besar di China telah memberlakukan pembatasan baru pada transaksi properti. Langkah itu dilakukan semata-mata untuk menahan kenaikan tajam harga. Ibu kota provinsi besar, Hangzhou dan Shenyang, juga memperkuat pembatasan pembelian rumah bulan ini.
Sebagian besar dari 70 kota yang disurvei oleh NBS melaporkan terjadinya kenaikan harga rumah baru dalam sebulan terakhir. Dilihat dari sisi jumlah kota tidak ada perubahan. Dalam survei yang sama yang digelar pada Juli, kota yang melaporkan adanya kenaikan harga rumah sebanyak 59 kota.
Merujuk data terbaru yang dirilis NBS itu, kota-kota pendukung kota-kota besar di China melaporkan kenaikan harga secara bulanan. Huizhou, kota kecil di Provinsi Guangdong di China bagian selatan yang dekat dengan Shenzhen, misalnya, mencatat kenaikan harga bulanan 1,9 persen. Shenzhen tercatat sebagai kota yang mengalami kenaikan harga rumah tertinggi pada Agustus.
Regulator mengatakan, bulan lalu mereka akan menerapkan aturan baru untuk mengontrol likuiditas di pasar real estat. Pemerintah juga berusaha menahan tingkat utang pengembang properti untuk mengurangi risiko pada sistem keuangan. Aturan itu langsung mendorong pengembang yang berutang untuk memangkas harga guna memacu penjualan dan arus kas.
Analis memperkirakan, lebih banyak pengembang akan memulai promosi penjualan dalam beberapa bulan mendatang. Momen itu biasa dijuluki ”September Emas, Oktober Perak”, yang merupakan musim puncak penjualan secara tradisional di China. ”Selanjutnya pemotongan harga dan promosi penjualan akan menjadi tema utama,” kata Yan Yuejin, Direktur Lembaga Penelitian dan Pengembangan E-house China yang berbasis di Shanghai.
”Tidak tertutup kemungkinan kenaikan harga rumah akan terus menyempit,” lanjut Yan.
Faktor lain
Sejumlah faktor lain menunjukkan berlanjutnya pemulihan ekonomi China. Para analis terus menganalisis apakah keberadaan faktor-faktor lain itu dapat menjadi penegas bahwa China tengah mendapatkan momentumnya untuk benar-benar bangkit. Sejumlah bank, perusahaan investasi, dan lembaga pemeringkat juga merevisi perkiraan pertumbuhan ekonomi China.
China adalah negara dengan perekonomian besar pertama yang kembali tumbuh setelah terpuruk akibat pandemi Covid-19. Ekonomi China tumbuh 3,2 persen pada triwulan II-2020 secara tahunan setelah mengalami rekor terkontraksi 6,8 persen secara tahunan pada triwulan I-2020. Sebaliknya, kekuatan ekonomi utama lainnya, termasuk Amerika Serikat, Eropa, Jepang, Australia, dan India, mengalami kontraksi yang dalam pada periode April-Juni dan masih terus berjuang mengatasi efek pandemi.
Angka kenaikan harga rumah di China terjadi seiring dengan lonjakan angka penjualan kendaraan konstruksi, kendaraan niaga, volume pengangkutan kereta api, dan angka konsumsi. Namun, menurut media South China Morning Post, para ekonom telah memperingatkan bahwa ekonomi China hanya menyelesaikan bagian termudah dari kebangkitannya. Pola pertumbuhan tidak seimbang—produksi, industri, dan aktivitas konstruksi kuat, tetapi pengeluaran konsumen tetap lemah—dapat bertahan hingga tahun depan. Itu berarti sudah waktunya pemerintah lebih memperhatikan risiko dan tantangan struktural jangka panjang.
Pada Selasa (15/9/2020), NBS China akan merilis tiga data sebagai ukuran utama lebih lanjut dari aktivitas ekonomi China. Data itu adalah data produksi industri dan data penjualan ritel untuk Agustus serta data investasi aset tetap untuk delapan bulan pertama tahun ini. Data itu akan menjadi petunjuk lebih lanjut tentang pertumbuhan negara tersebut pada triwulan III-2020.
Menurut survei Bloomberg, output industri diharapkan tumbuh 5,2 persen pada Agustus dari tahun sebelumnya, meningkat dari 4,8 persen pada Juli. Penjualan ritel diperkirakan meningkat tipis di bulan Agustus secara tahunan. Adapun tingkat penurunan tahunan dalam investasi aset tetap di kawasan perkotaan diproyeksikan menyempit menjadi hanya 0,4 persen dalam delapan bulan pertama dari penurunan 1,6 persen antara Januari dan Juli. (REUTERS)