Pentagon Lamban Merespons Permintaan Tambahan Pasukan dalam Amuk di Capitol
Kerusuhan di Gedung Capitol, 6 Januari lalu, terlambat ditangani karena Departemen Pertahanan AS atau Pentagon menunda dan lamban mengambil keputusan mengirimkan pasukan Garda Nasional untuk membantu pengamanan.
Oleh
Mahdi Muhammad
·4 menit baca
WASHINGTON, KAMIS — Para pengambil kebijakan di Departemen Pertahanan AS atau Pentagon diketahui menunda dan membatasi pengiriman tambahan anggota Garda Nasional untuk menjaga Gedung Capitol meski ada permintaan sangat mendesak dari kepolisian dalam peristiwa kerusuhan di Capitol, 6 Januari lalu. Akibatnya, aparat kepolisian di Gedung Capitol tidak mampu menahan para pendukung mantan Presiden Donald Trump menerobos ke dalam gedung dan mendudukinya.
Dalam kesaksian di hadapan para senator di Washington DC, AS, Rabu (3/3/2021) waktu setempat, Mayor Jenderal William Walker, komandan Garda Nasional di Distrik Columbia, Washington, mengatakan bahwa Kepala Kepolisian Capitol Brian Sund telah meminta bantuan pasukannya sejak pukul 13.49 saat para perusuh mulai mendesak masuk ke dalam Gedung Capitol.
Walker menyatakan, dirinya meneruskan permintaan itu ke Angkatan Darat. Namun, baru pada pukul 17.00 dirinya mengetahui bahwa permintaan itu telah disetujui dan pasukan Garda Nasional berada di lokasi 18 menit kemudian. Hal itu berarti, perlu waktu lebih dari tiga jam permintaan bantuan tambahan aparat keamanan tersebut dipenuhi.
Sebanyak lima orang, termasuk seorang polisi, tewas dalam insiden 6 Januari di Capitol, yang mengguncang fondasi demokrasi AS tersebut. Departemen Kehakiman AS telah mendakwa lebih dari 300 orang terkait keterlibatan mereka dalam kerusuhan itu. Kepala Kepolisian Capitol belakangan mengundurkan diri pasca-insiden tersebut.
Untuk mengungkap penyebab kebobolan aparat dalam insiden 6 Januari itu, Senat menggelar sidang dengar pendapat. Fokus sidang pada Rabu itu adalah mengungkap alur komunikasi antara Garda Nasional dan Departemen Pertahanan.
Walker menggambarkan situasi itu sebagai hal yang tidak biasa, tetapi diperintahkan untuk diikuti, termasuk persetujuan untuk memindahkan pasukan dari satu titik ke titik lain.
Penundaan pengiriman pasukan Garda Nasional selama berjam-jam membuat Garda Nasional kehilangan waktu yang berharga untuk menyelamatkan wajah demokrasi AS. Seharusnya, menurut Walker, mereka bisa langsung bergerak sesaat setelah permintaan itu diajukan. Namun, permintaan itu tidak dipenuhi hingga petang setelah kerusuhan terjadi dan massa pendukung Trump menyerbu serta menduduki Gedung Capitol.
Walker menambahkan, respons itu berbeda ketika terjadi demonstrasi di Washington, Juni tahun lalu, yang digelar untuk menuntut keadilan atas tewasnya George Floyd. ”Respons atas permintaan tersebut memakan waktu terlalu lama. Saya pikir perlu ada studi yang dilakukan untuk memastikan bahwa (insiden itu) tidak akan pernah terjadi lagi,” ujarnya.
Dia menambahkan, melihat situasinya, seharusnya tidak perlu waktu tiga jam untuk mendapatkan jawaban ”ya” atau ”tidak”.
Pejabat keamanan senior Pentagon, Robert Salesses, dalam kesaksiannya mengatakan, Pelaksana Tugas Menteri Pertahanan Chris Miller ingin memahami dengan tepat fungsi dan tugas Garda Nasional ketika diterjunkan untuk mengamankan Gedung Capitol. Sementara menurut Walker, keterlambatan pengambilan keputusan berkaca pada kejadian Juni lalu saat kehadiran Garda Nasioanal malah semakin menyulut kerusuhan.
”Pimpinan senior Angkatan Darat menyatakan bahwa bukan saran militer terbaik untuk mengirimkan militer berseragam di Capitol,” kata Walker.
Pernyataan Walker di muka sidang sesuai dengan ingatan Robert Contee, penjabat kepala polisi untuk Departemen Kepolisian Metropolitan. Kepada anggota parlemen, pekan lalu, dia mengaku tercengang atas pengambilan keputusan yang ditunda-tunda. Contee mengatakan, Sund memohon kepada pejabat Angkatan Darat untuk mengerahkan pasukan Garda Nasional saat kerusuhan meningkat.
Sidang Senat ini merupakan bagian dari upaya mengurai keterlambatan pengambilan keputusan pengamanan Gedung Capitol oleh pihak terkait, di antaranya oleh Departemen Pertahanan, Angkatan Darat, dan Biro Penyidik Federal (FBI). Termasuk di dalamnya adalah informasi yang tidak sampai kepada para pejabat tinggi keamanan, khususnya para pengambil kebijakan.
Informasi intelijen
Kepolisian Capitol membeberkan adanya kemungkinan informasi yang dimiliki oleh intelijen tentang rencana kelompok milisi bersenjata untuk membobol Capitol sehari sesudahnya. Hal itu terungkap saat penjabat Kepala Polisi Capitol bersaksi di depan subkomite DPR. Kesaksian ini berbeda dengan kesaksian sebelumnya yang menyatakan bahwa serangan terhadap Gedung Capitol tidak direncanakan.
Ketika kekacauan meningkat pada 6 Januari, Kepala Polisi Capitol saat itu, Steven Sund, meminta bantuan pasukan Garda Nasional dengan panik dan kemudian menelepon pejabat Angkatan Darat. Pejabat Angkatan Darat tersebut saat itu menjawab bahwa mereka menganggap kehadiran militer di Capitol bukanlah ”hal yang terlihat bagus”.
Kesaksian Walker sedikit bertentangan dengan alur waktu yang pernah disampaikan pejabat militer senior dan petinggi Departemen Pertahanan setelah kerusuhan terjadi. Menurut Departemen Pertahanan, Walker dipanggil untuk menghadap sekitar pukul 15.00 guna menyiapkan pasukan Garda Nasional yang akan dikerahkan ke Gedung Capitol. (AP/REUTERS)