Setelah Vaksinasi, Apakah Covid-19 Akan Hilang atau Tetap Bersama Kita?
Setahun setelah pandemi Covid-19, vaksinasi mulai dilakukan di sejumlah negara. Tetapi, apakah ini akan mampu mengakhiri pandemi masih menjadi tanda tanya besar.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
Lebih dari setahun Covid-19 menginfeksi dunia. Sudah lebih banyak hal yang diketahui para pakar kesehatan tentang penyakit ini dibandingkan pada awal kemunculannya. Meski demikian, terlalu banyak yang masih jadi misteri, termasuk kapan pandemi ini akan berakhir dan seperti apa akhirnya.
Akankah Covid-19 hilang oleh vaksinasi yang sedang gencar dilakukan, seperti halnya cacar dahulu kala? Ataukah Covid-19 akan tetap ada bersama kita dalam waktu yang lama?
Sejujurnya, tidak ada yang tahu jawabannya secara pasti. Namun, pandemi flu 1918 sedikit bisa menjadi gambaran. Ketika itu, tidak ada vaksin yang berhasil dikembangkan. Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Amerika Serikat (CDC) memprediksi sepertiga populasi dunia terinfeksi kala itu.
Pada akhirnya, setelah menginfeksi dan menyebabkan orang sakit atau meninggal, kecepatan penyebaran virus melambat. Virus ini kemudian bermutasi menjadi virus yang kurang begitu ganas yang, menurut para pakar, terus bersirkulasi secara musiman.
”Keturunan pandemi flu menjadi virus flu yang lebih ringan yang kita rasakan selama bertahun-tahun,” kata Stephen Morse, virolog dari Columbia University. Namun, dalam konteks Covid-19, belum jelas juga bagaimana mutasi SARS-CoV-2 akan menentukan arah penyakit ini ke depan.
Seorang virolog di Emory University, Jennie Lavine, agak optimistis soal ini. Dalam sutudinya yang dipublikasi di jurnal Science, ia memproyeksikan setelah kebanyakan orang terinfeksi Covid-19 atau divaksin Covid-19 dan kekebalan tubuhnya terbentuk, virus SARS-CoV-2 akan terus bersirkulasi, tetapi mayoritas hanya menyebabkan sakit ringan, seperti flu biasa.
Analisis Lavine dan timnya tersebut didasarkan pada analisis perilaku virus korona di luar SARS-CoV-2 yang ada selama ini.
Akan tetapi, menurut Mark Jit, virolog dari London School of Hygiene and Tropical Medicine (LSHTM), seiring varian baru SARS-COV-2 muncul, para ilmuwan diingatkan betapa banyak yang mereka belum ketahui tentang patogen ini dan bagaimana masa depannya.
”Kita baru mengetahui virus ini sekitar satu tahun, jadi kita tidak memiliki data untuk memperlihatkan perilakunya dalam lima atau 10 tahun,” katanya.
Pemodelan ahli
Risiko munculnya varian baru terlihat ketika Novavax Inc mengetahui bahwa vaksin Covid-19 mereka tidak efektif terhadap varian baru yang beredar di Inggris dan Afrika Selatan.
Meski prediksinya sangat beragam, para ahli pemodelan sepakat dalam dua hal: Covid-19 akan tetap ada dan masa depan bergantung pada banyak hal yang tidak semuanya diketahui termasuk apakah orang akan memiliki kekebalan yang bertahan selamanya dalam tubuh, apakah perbedaan musim memengaruhi penyebarannya, dan pilihan yang diambil setiap pemerintah dan individu.
”Banyak tempat melonggarkan pengetatannya dan banyak juga yang tidak. Kita tidak begitu tahu apa yang akan terjadi,” kata Rosalind Eggo, pakar pemodelan penyakit menular di LSHTM seperti dikutip majalah Nature, 5 Agustus 2020.
”Masa depan akan bergantung pada hasil kombinasi intervensi sosial dan pencegahan seperti apa yang kita lakukan,” kata Joseph Wu, pakar pemodelan di University of Hong Kong. Pemodelan dan bukti dari karantina wilayah yang berhasil menunjukkan bahwa perubahan perilaku dapat mengurangi penyebaran Covid-19 jika semua orang patuh.
Untuk sekarang, para ilmuwan sepakat atas prioritas untuk memvaksin sebanyak-banyaknya warga dalam waktu yang secepatnya-cepatnya. Berikutnya sangat bergantung pada kekebalan tubuh yang terbentuk oleh vaksin dan infeksi alamiah dan berapa lama itu akan bertahan. (AP)