Vaksin jadi Senjata Baru Negara-negara Melawan Pandemi
Negara-negara di dunia kini menambahkan vaksin sebagai salah satu senjata untuk mengendalikan pandemi Covid-19 yang masih menyebar luas.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
NEW DELHI, SENIN – Dunia terus menjadikan vaksin sebagai senjata dalam melawan pandemi Covid-19. Pada Minggu (17/1/2021), India mulai vaksinasi massalnya dan Senin ini Brasil menyetujui penggunaan darurat vaksin Covid-19.
India memberikan izin penggunaan darurat dua vaksin Covid-19, yakni Covishield, vaksin Oxford-AstraZeneca versi India dan Covaxin yang merupakan buatan dalam negeri India yang belum selesai diuji klinis fase III.
Di hari pertama vaksinasi Covid-19 di India, sebanyak 224.000 warga mendapat suntikan dosis pertamanya. Tapi, ada tiga warga yang harus dirawat karena efek sampingnya.
Pemerintah India berencana melakukan vaksinasi terhadap 300 juta orang dari sekitar 1,3 miliar jiwa penduduknya pada Juli 2021 atau hampir sama dengan populasi Amerika Serikat. Tenaga kesehatan, penduduk berusia di atas 50 tahun, dan mereka dengan penyakit penyerta menjadi prioritas.
“Kami mendapat dukungan dan masukan yang memuaskan di hari pertama,” ujar Menteri Kesehatan Harsh Vardhan. “Vaksin ini benar-benar akan menjadi \'penyelamat nyawa\' dalam perang melawan virus korona.”
Sementara itu, otoritas kesehatan Brasil memberikan lampu hijau pada vaksin Covid-19 AstraZeneca-Oxford dan CoronaVac dari Sinovac, China untuk dipakai dalam kondisi darurat saat ini. Seorang perawat di Sao Paulo, Monica Calazans (54), menjadi orang pertama di Brasil yang disuntik vaksin CoronaVac.
Di Eropa, Perancis dan Rusia memasuki pekan yang penting dalam kampanye vaksinasinya. Rusia mulai memberikan vaksin Sputnik V buatan Gamaleya Institute sedangkan Perancis berharap bisa menghadapi kritik tajam saat mulai memberikan vaksin kepada lansia berusia 75 tahun ke atas.
Spanyol mulai memberikan dosis kedua vaksin Covid-19 kepada warganya yang sudah menerima suntikan dosis pertamanya akhir Desember lalu. Mereka sebagian besar adalah pengelola dan penghuni panti jompo.
Kekhawatiran
Akan tetapi, muncul kekhawatiran bahwa keterlambatan distribusi vaksin Covid-19 Pfizer-BioNTech di Uni Eropa bisa memperlambat kampanye vaksinasi yang oleh para kritikus dinilai kurang gesit seperti di Inggris dan AS.
Setelah agak terlambat, distribusi akan berjalan sesuai jadwal mulai 25 Januari. “Ada penurunan,” kata Menteri Eropa Perancis Clement Beaune kepada radio Franceinfo. “Tapi, lebih baik itu terjadi sekarang saat kita mengumpulkan vaksin daripada nanti ketika vaksinasi sudah dimulai.”
Pfizer menyebut bahwa pihaknya bekerja meningkatkan produksi secara “signifikan” pada kuartal kedua 2021 di pabriknya di Belgia.
Di Israel, lembaga pemasyarakatan menyatakan, akan mulai memberikan vaksin Covid-19 kepada seluruh warga binaannya. Informasi ini disampaikan menyusul protes atas pengumuman Menteri Keamanan Publik Amir Ohana yang menyatakan bahwa tahanan Palestina akan diberi vaksin terakhir.
Israel telah memberikan setidaknya satu dosis vaksin kepada lebih dari dua juta warganya. Berdasarkan Our World in Data, Israel telah memberikan vaksin Covid-19 sebanyak 27,1 orang per 100 orang penduduk.
Di AS, pakar penyakit menular Anthony Fauci menilai, target Presiden Terpilih Joe Biden untuk melakukan vaksinasi Covid-19 sebanyak 100 juta dosis dalam 100 hari pertama setelah dilantik “sangat” bisa dilakukan. “Peluang tercapainya target sangat jelas, tidak usah diragukan lagi,” kata Fauci dalam acara “Meet the Press” NBC.
Meski berhasil mengembangkan dua vaksin Covid-19 yang aman dan efektif, ambisi AS untuk secepatnya memberikan vaksin tersebut kepada warganya berjalan lambat hingga menuai kritik. Berdasarkan Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) AS, sebanyak 31,1 juta dosis vaksin telah didistribusikan sejauh ini. Namun, kurang dari 40 persen atau 12,2 juta dosis yang sudah diberikan.
Di awal Desember lalu, para pejabat pemerintah AS memprediksi 20 juta jiwa warga AS akan menerima suntikan dosis pertama vaksin Covid-19 akhir tahun 2020.(AFP)