Sejumlah Negara Berlakukan Pembatasan Maksimal untuk Kendalikan Kasus Korona
Begitu tingginya lonjakan kasus baru Covid-19, sejumlah negara menerapkan kebijakan pembatasan paling ketat. Jerman, misalnya, memberlakukan karantina nasional, mulai 16 Desember hingga 10 Januari 2021.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·4 menit baca
LONDON, SELASA — Menghadapi lonjakan kasus Covid-19 yang tinggi, sejumlah negara, seperti Inggris, Belanda, Jerman, dan Afrika Selatan, mulai memberlakukan kebijakan pembatasan yang paling ketat pada pekan ini. London, misalnya, akan memberlakukan kebijakan pembatasan paling ketat menyusul tingginya laju penularan yang sebagian berkaitan dengan mutasi virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19.
Menteri Kesehatan Inggris Matt Hancock, Senin (14/12/2020), mengatakan, lebih dari 1.000 kasus Covid-19 mutasi terbaru telah diidentifikasi dengan mayoritas berasal di Inggris bagian selatan. Meski adanya mutasi tidak berarti infeksi yang disebabkannya lebih parah atau virusnya lebih tahan terhadap vaksin, mutasi ini berkontribusi pada peningkatan kasus positif.
”Sepanjang pekan lalu, kita melihat adanya peningkatan tajam secara eksponensial penularan di seluruh London, Kent, sebagian Essex, dan Hertfordshire,” kata Hancock dalam sidang Majelis Rendah Parlemen Inggris, seperti dilansir melalui keterangan tertulis.
”Kami belum tahu sejauh mana varian baru virus ini, tetapi apa pun penyebab mutasinya kita harus bertindak cepat dan tegas,” kata Hancock. Ia mengumumkan bahwa seluruh London dan wilayah di sekitarnya akan memasuki level ”Kewaspadaan Tinggi”.
Awal bulan ini, Pemerintah Inggris memberlakukan pembatasan tiga lapis di Inggris. Langkah itu untuk menekan gelombang infeksi Covid-19 kedua agar terkendali setelah penutupan wilayah selama sebulan penuh. Lebih dari 40 persen warga berada di daerah dengan risiko penularan tinggi.
Akan tetapi, London dengan populasi sembilan juta jiwa sekaligus pusat keuangan dunia yang menggerakkan perekonomian Inggris awalnya tidak termasuk dalam daerah yang memberlakukan pembatasan.
Negara Eropa lainnya, Belanda, juga mulai memberlakukan pembatasannya yang paling ketat. Sekolah dan tempat usaha nonesensial ditutup selama lima minggu pada saat libur Natal dan Tahun Baru mulai Selasa hingga 19 Januari 2021. Dengan kebijakan ini, semua toko tutup kecuali yang menjual kebutuhan pokok, seperti supermarket, toko makanan, dan apotek.
Kebijakan ini diumumkan Perdana Menteri Mark Rutte, Senin (14/12/2020). Rutte mengatakan bahwa kebijakan itu perlu diambil untuk menekan lonjakan kasus Covid-19. ”Belanda akan tutup selama lima minggu,” ujar Rutte. ”Kita tidak berurusan dengan flu sederhana seperti yang dipikirnya banyak orang,” ucapnya menambahkan.
Para pengunjuk rasa berteriak di luar kantor perdana menteri ketika Rutte menyampaikan pengumuman itu dan disiarkan melalui siara televisi.
Sementara sekolah tutup mulai dari Rabu (16/12/2020). Warga diimbau tetap berada di rumah dan boleh menerima tamu maksimal dua orang sehari kecuali saat Natal boleh menerima tiga tamu dalam sehari. Museum, kebun binatang, bioskop, dan gimnasium juga tutup. Namun, ”kedai kopi” ganja dan restoran tetap buka untuk melayani pesan antar.
”Kita harus berkorban dengan situasi yang tidak menyenangkan ini sebelum semuanya membaik. Dan, pasti keadaan membaik. Akan tiba waktunya saat Covid-19 tinggal sejarah; ketika kehidupan kita normal kembali,” tutur Rutter.
Karantina nasional
Adapun Kanselir Jerman Angela Merkel dan 16 gubernur negara bagian di Jerman sepakat memberlakukan karantina nasional mulai Rabu (16/12) hingga 10 Januari 2021. Dalam beberapa minggu terakhir, Jerman telah melaporkan lonjakan kasus Covid-19. Menurut Merkel, kebijakan pembatasan yang diberlakukan pada November lalu telah gagal menahan laju infeksi.
Itulah sebabnya, Menteri Kesehatan Jerman Jens Spahn mendesak Badan Pengawas Kedokteran (EMA) untuk segera menyetujui penggunaan darurat vaksin Covid-19 dari Pfizer-BioNTech, seperti dilakukan oleh Inggris, AS, Kanada, dan beberapa negara lain.
Di Afrika, Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa mengumumkan penutupan seluruh pantai di negara itu menjelang musim liburan akhir tahun untuk menekan penyebaran Covid-19 mulai 16 Desember 2020 sampai Januari 2021. Di Provinsi Kwazulu-Natal, pantai-pantai akan ditutup saat libur Natal dan Tahun Baru.
Ramaphosa juga mengumumkan perpanjangan jam malam dari pukul 23.00 hingga pukul 04.00. Selain itu, ia juga mengumumkan larangan penjualan minuman keras yang sekarang hanya dijual pada Senin-Kamis pukul 10.00 hingga 18.00. Restoran dan bar harus tutup pukul 22.00.
Ramaphosa mengatakan, lonjakan kasus baru dalam gelombang kedua infeksi Covid-19 akan meningkat tajam dan membuat sejumlah rumah sakit kewalahan. ”Jika kita tidak melakukan tindakan yang baru saat ini, kita akan menyambut tahun baru bukan dengan kebahagiaan, melainkan dengan penderitaan,” ujar Ramaphosa dalam pidatonya yang disiarkan di televisi, Senin malam.
”Banyak teman kita, saudara, dan rekan kerja akan tertular. Beberapa dari mereka akan sakit parah dan yang lainnya akan meninggal.”
Afrika Selatan telah melaporkan jumlah kasus baru Covid-19 sebanyak 7.999 kasus dan 170 kasus meninggal dalam 24 jam terakhir. Total kasus Covid-19 di negara itu kini menjadi 860.964 kasus.
Lonjakan kasus tersebut disebabkan oleh tidak disiplinnya warga mengenakan masker dan menjaga jarak. Kerumunan besar, seperti pesta, juga telah diidentifikasi sebagai acara penyebar kasus yang cepat. (REUTERS/AP/AFP)