Joe Biden Sesumbar Jadi Jalan Terang Amerika
Joe Biden menawarkan janji untuk menjadi ”sekutu terang, bukan kegelapan” jika terpilih sebagai Presiden AS. Ia mengatakan, sebagai sebuah negara, AS dapat memilih jalan yang berbeda dari masa kepemimpinan Donald Trump.
WASHINGTON DC, KAMIS — Kampanye menuju pemilu Amerika Serikat 2020, yang sebelumnya didominasi narasi dan tindakan tunggal presiden petahana Donald Trump, kini mendapat lawan seimbang setelah Joe Biden dicalonkan Partai Demokrat.
Biden menyerukan persatuan serta memperlihatkan kekuatan, kompetensi, dan kesiapan setelah berbulan-bulan ia bertahan dari serangan Trump.
Biden mendapat momentum itu seusai menerima secara resmi pencalonan oleh Demokrat pada penutupan Konvensi Nasional Demokrat, Kamis (20/8/2020). Ia menyerang balik Trump yang diusung Partai Republik, yang menilai Biden lebih banyak bersembunyi di ruang bawah tanah selama pandemi Covid-19.
Dalam pidato pengukuhan sebagai capres Demokrat, Biden mengusung pesan-pesan persatuan. Ia mengklaim sebagai penyembuh bangsa yang tengah dirundung masalah dan terpecah. Ia siap menjadi pembawa suluh yang akan menerangi warga AS yang kini berada dalam kegelapan dan sedang diliputi keragu-raguan.
Baca juga : Pencalonan Biden ”Si Pria Pemberani” untuk Akhiri ”Kekacauan” Trump
Pidato Biden mengacu pada tema persatuan, karakter, dan kesusilaan yang ditekankan di seluruh bagian konvensi Demokrat. Dia menyulutkan gelora semangat yang pernah tergambar pada sosok Presiden Franklin Delano Roosevelt. Roosevelt memimpin AS pada tahun 1933-1945 pada era yang saat itu tengah dilanda kesulitan ekonomi dan kemudian perang.
Sehari setelah mantan Presiden Barack Obama memperingatkan bahwa Trump merupakan ancaman bagi demokrasi, Biden menawarkan janji untuk menjadi ”sekutu terang, bukan kegelapan” jika terpilih.
Ia mengatakan, sebagai sebuah negara, AS dapat memilih jalan yang berbeda, tidak terlalu cepat panas, ke depan. ”Menjadi jalan harapan dan cahaya,” kata mantan Wakil Presiden AS pada masa pemerintahan Obama itu.
Pernyataan Biden selaras dengan konvensi virtual Demokrat, yakni tidak terlalu berfokus pada prioritas kebijakan, tetapi lebih pada menjaring dukungan sekaligus koalisi seluas mungkin guna mencapai kemenangan.
Format konvensi secara daring memungkinkan Demokrat menampilkan langkah progresif partai. Hal itu membuat Biden dan pasangannya, Senator AS Kamala Harris, memiliki ruang untuk menguraikan visi yang lebih ambisius daripada sekadar mengalahkan presiden petahana.
Baca juga : Semakin Yakin Menang, Biden Mulai Susun Tim Peralihan
Biden berbicara langsung tentang mereka yang telah kehilangan anggota keluarga atau sahabat karena Covid-19. Ia menilai, kinerja Trump mengecewakan karena AS berada dalam kondisi krisis kesehatan yang telah berlangsung selama berbulan-bulan.
Presiden kita saat ini telah gagal dalam tugasnya yang paling mendasar kepada bangsa: dia gagal melindungi kita.
”Presiden kita saat ini telah gagal dalam tugasnya yang paling mendasar kepada bangsa: dia gagal melindungi kita,” kata Biden.
Biden juga mendorong AS mengatasi permasalahan diskriminasi yang telah menggerus persatuan secara sistemik di negara itu. Ini terkait langsung dengan kerusuhan berbulan-bulan dengan latar belakang kasus rasial berupa pembunuhan polisi terhadap George Floyd, seorang pria kulit hitam di Minneapolis.
”Akankah kita menjadi generasi yang akhirnya menghapus noda rasisme dari karakter bangsa kita?” tanyanya menggugat. ”Saya yakin kita siap melakukannya. Saya yakin kita siap.”
Lewat pidatonya, Biden diberi kesempatan dan dinilai mampu memanfaatkannya untuk menunjukkan siapa diri dan apa visinya sebagai Presiden AS. Hal itu jelas melebihi anggapan sebagian orang bahwa dia hanya sekadar penjaga warisan Obama, sebuah tuduhan yang mengikutinya selama pencalonan presiden.
”Rasanya lebih seperti seorang presiden,” kata Robert Shrum, yang menjadi manajer kampanye kepresidenan John Kerry tahun 2004.
”Banyak orang mengejeknya karena menjadi ’Biden yang bersembunyi di ruang bawah tanah’. Dia belajar bagaimana menghadapi realitas virtual ini. Malam ini, dia tampil dengan brilian.”
Baca juga : Demokrat Tidak Lagi Remehkan Trump
Bahkan, beberapa tokoh dari Partai Republik juga terkesan dengan pidato Biden. Karl Rove, wakil kepala staf Gedung Putih mantan Presiden George W Bush, menyebut pidato Biden sangat bagus.
Kepada Fox News, Rove menyatakan, Biden secara efektif menggambarkan dirinya sebagai pemersatu yang akan menyatukan Amerika. Ia menyebut, pesan-pesan Biden wajib membuat kubu Republik khawatir suara pilihan warga bisa tertuju kepada Biden, khususnya di antara kaum pemilih mengambang.
Luar kendali kampanye
Namun, jalan masih panjang bagi kedua kandidat. Sambil menikmati pujian, Biden harus siap menghadapi faktor-faktor potensial jauh di luar kendali kampanyenya. Salah satunya adalah upaya oleh Partai Republik guna membatasi pemungutan suara di tengah pandemi. Muncul juga kekhawatiran tentang kapasitas layanan pos AS untuk menangani banjir surat suara yang masuk.
Trump memandang remeh Biden. ”Dalam 47 tahun, Joe tidak melakukan apa pun yang sekarang dia bicarakan. Dia tidak akan pernah berubah, hanya kata-kata!” kata Trump melalui media sosial Twitter.
Trump akan mendapat gilirannya pekan depan ketika Partai Republik mengadakan konvensi virtual. Dia diharapkan menerima pencalonan di Gedung Putih, sebuah latar belakang yang tidak bisa disaingi oleh Biden.
Trump telah meningkatkan perjalanan kampanyenya. Pekan ini, ia mengunjungi sejumlah negara bagian di AS.
Perjalanan Biden diperkirakan akan tetap sangat terbatas. Tim kampanyenya telah memutuskan untuk tunduk kepada para pakar kesehatan masyarakat.
Baca juga : Popularitas Donald Trump di Tengah Pandemi
Selama pandemi Covid-19, kubu Demokrat akan fokus sebagian besar pada upaya mendapatkan dukungan melalui jalur virtual atau daring. Dengan latar belakang itulah, dalam pidatonya pada Kamis malam, Biden benar-benar berupaya optimal.
Biden mungkin akan memiliki sedikit kesempatan untuk merinci lagi visi pencalonannya di hadapan begitu banyak pemilih. Joe Trippi, konsultan veteran Demokrat, mengatakan, publik pemilih akan melihat bagaimana kinerja Trump selama dia memimpin negara itu.
”Inilah referendum tentang Trump. Joe Biden tidak hanya tidak perlu mengubahnya, dia pun tidak dapat (mengubahnya).” (AFP/AP/REUTERS)