Dukungan terhadap Duet Biden-Harris Semakin Bertambah
Bakal calon wakil presiden dari Demokrat, Kamala Harris, mewakili minoritas ganda dalam politik AS yang didominasi pria kulit putih. Latar belakang itu membawa keuntungan, tetapi membuka peluang serangan kepada dirinya.
Oleh
kris mada
·4 menit baca
DELAWARE, KAMIS — Dukungan terhadap pasangan bakal calon presiden dan calon wakil presiden dari Partai Demokrat, Joe Biden-Kamala Harris, menuju pemilihan presiden Amerika Serikat terus bertambah. Selain dalam bentuk kampanye dan pendampingan, dukungan diwujudkan lewat sumbangan.
Tim kampanye Biden-Harris mengumumkan pada Rabu (12/8/2020) sore waktu Delaware atau Kamis pagi WIB, ada tambahan sumbangan 26 juta dollar AS. Seluruh tambahan itu didapat selepas Biden mengumuman Harris sebagai calon wapres AS dalam pemilu, November mendatang.
Bahkan, tercatat ada 150.000 pendonor baru menyumbang selepas penetapan Harris. Dari 26 juta dollar AS itu, sebanyak 10,8 juta dollar AS diperoleh hanya dalam waktu empat jam pada Selasa sore.
Latar belakang Harris menjadi keuntungan sekaligus peluang kerugian. Harris adalah minoritas ganda dalam politik AS. Ia perempuan yang lahir dari ayah dan ibu imigran. Sementara pasangannya, Douglas Emhoff, seorang Yahudi. Fakta-fakta itu memicu serangan, seperti tudingan Harris, sebagai anak dari orangtua yang imigran, tidak lahir di AS, dan karenanya tidak bisa jadi calon di pemilu.
Kabar palsu itu terutama disiarkan di media sosial. Sedikitnya 100 anggota parlemen dari sejumlah negara sampai menyurati Facebook untuk bertindak atas penyebaran kabar palsu itu. ”Salah satu materi paling penuh kebencian yang ditujukan kepada perempuan diperluas oleh algoritma Anda,” demikian isi surat para perempuan politisi itu kepada pimpinan Facebook, Mark Zuckerberg dan Sheryl Sandberg.
Salah satu penandatangan surat itu adalah anggota DPR AS dari California, Jackie Speier. Harris dan Speier sama-sama mewakili California di Kongres AS. Harris melalui Senat, Speier lewat DPR.
Melawan serangan seksis
Di sisi lain, pemilihan Harris juga membuat pasangan capres-cawapres dari Partai Demokrat itu mendapat sokongan dari para perempuan pemilih. Sejumlah perempuan politisi membuat kampanye berslogan ”Kami mendukungnya” untuk menyokong Harris. Mereka akan fokus pada isu rasis, seksis, dan kabar kibul yang berpeluang menyerang Harris karena latar belakangnya.
Para penyokong Harris itu terutama mengingat serangan seksis terhadap Hillary Clinton pada pemilu 2016. ”Sekarang kami memahami polanya dan mempunyai cara melawan,” kata Shaunna Thomas dari UltraViolet, kelompok pendamping hak politik perempuan.
Kelompok itu berkoalisi antara lain dengan kelompok Color of Change PAC, Planned Parenthood Votes, dan Time’s Up Now, dan Women’s March untuk menyokong Harris. Mereka telah membuat ruang operasi bersama.
Politisi Republikan, Sarah Palin dan Christine Todd Whitman, membenarkan bahwa Harris akan jadi sasaran perisakan. Palin mengingatkan bahwa serangan terhadap Harris bisa sangat menyakitkan dan sama sekali tidak terkait kemampuannya sebagai politisi. Mantan Gubernur Alaska itu pernah merasakannya kala menjadi cawapres AS dari Republikan pada pemilu 2008.
Sementara Whitman menyebut Harris akan jadi sasaran utama perisakan daring. ”Akan sangat brutal karena pelantar ini memungkinkan orang melakukan apa pun sembari menyembunyikan identitasnya,” kata mantan Gubernur New Jersey itu.
Baku serang
Beberapa jam selepas Biden mengumumkan memilih Harris, Presiden AS Donald Trump dan pendukungnya mengeluarkan video untuk mengejek mereka. Dalam video yang, antara lain, disebarkan Trump lewat Twitter itu, Harris disebut penuh kepalsuan (Phony Kamala) dan Biden sebagai orang lamban (Slow Biden). Trump dan penyokongnya menyebut Harris sebagai liberalis dan ekstremis yang berbahaya bagi AS.
Penyokong Trump menuding Harris menyokong peningkatan pajak, memangkas anggaran polisi, dan memberangus semua asuransi kesehatan swasta. ”Dia dikenal, dari yang saya pahami, sebagai salah satu orang paling liberal di Senat AS,” kata Trump.
Biden-Harris membalas serangan itu dengan fokus pada cara Trump mengelola AS. ”Virus ini berpengaruh pada hampir setiap negara. Walakin, ada alasan virus menghantam negara ini paling keras dibandingkan semua negara maju. Karena kegagalan Trump mengurusnya secara serius sejak awal. Inilah hasil memilih orang yang tidak cakap,” ujar Harris dalam kampanye perdana bersama Biden di Wilmington, Delaware, kota kediaman Biden selama puluhan tahun terakhir.
Kampanye pada Rabu siang waktu Delaware itu didominasi tim Biden-Harris dan awak media. Pandemi Covid-19 membuat Biden-Harris mustahil berkampanye di hadapan massa. Harris membandingkan jumlah warga AS yang tewas karena ebola di masa pemerintahan Barack Obama dengan warga AS yang tewas karena Covid-19 di masa Trump.
”Dia (Trump) mewarisi periode peningkatan ekonomi terpanjang dari Barack Obama dan Joe Biden. Lalu, seperti semua yang diwarisinya, ia mencampaknya ke tanah,” kata Harris.
Belum ada kejelasan apakah Biden-Harris akan berkampanye bersama lagi setelah ini.
Dalam kampanye perdana, Biden coba mengatasi isu perbedaannya dengan Harris. Isu itu meruak karena Harris dinilai menyerang Biden dalam proses seleksi bakal calon Presiden AS dari Demokrat pada 2019.
Dalam salah satu debat, Harris pernah mempertanyakan kebijakan Biden soal pemisahan bus sekolah untuk pelajar kulit putih dan kulit berwarna lain. Harris menyebut kebijakan itu berdampak pada dirinya sebagai salah satu pelajar kulit berwarna lain. ”Sekarang, gadis kecil sudah bangkit. Khususnya gadis kulit hitam dan coklat, yang sering dinilai rendah di masyarakat. Hari ini mereka melihat dirinya secara berbeda,” kata Biden dalam kampanye di Delaware.
Sementara Harris coba menunjukkan kedekatan dengan Biden lewat pembahasan hubungannya dengan mendiang Beau Biden, salah satu anak Joe Biden. Kala sama-sama menjadi Jaksa Agung Negara Bagian, Harris di California dan Biden di Delaware, mereka kerap berkomunikasi. Bahkan, Harris mengaku menelepon Biden lebih dari sekali dalam sehari. (AP/AFP/REUTERS)