Joe Biden Tunjuk Kamala Harris sebagai Calon Wapres
Kandidat presiden Amerika Serikat dari Partai Demokrat, Joe Biden, akhirnya menepati janjinya untuk memilih calon wakil presiden perempuan yang akan mendampinginya dalam pemilu presiden AS.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·4 menit baca
WILMINGTON, RABU — Kandidat presiden Amerika Serikat dari Partai Demokrat, Joe Biden, memilih Senator Kamala Harris sebagai kandidat wakil presidennya dalam pemilu Amerika Serikat November 2020. Pemilihan perempuan kulit hitam pertama dalam kontestasi politik AS ini sekaligus menjadi pengakuan peran penting pemilih kulit hitam untuk mengalahkan Presiden Donald Trump.
”Saya sekarang bangga menjadikannya sebagai pasangan dalam kampanye ini,” ujar Biden. Keputusan ini merupakan momen penting bagi Biden untuk membangun koalisi yang luas untuk melawan petahana Presiden Donald Trump. Kamala bisa menarik pemilih muda dan perempuan, khususnya mereka yang berasal dari daerah pinggiran yang berpaling dari Trump.
Kamala akan tampil bersama Biden untuk pertama kalinya sebagai pasangan kandidat presiden dan wapres pada acara di dekat kediamannya di Wilmington, Delaware, Rabu (12/8/2020).
Ketika mengumumkan pemilihan Kamala, Biden menyebut perempuan berusia 55 tahun itu ”pejuang tak kenal takut dan salah satu pegawai terbaik negeri ini”. Kamala mengatakan, Biden akan ”menyatukan rakyat Amerika” dan ”membangun Amerika yang sesuai dengan cita-cita kita”.
Kamala, yang memiliki darah Asia Selatan, adalah salah satu sosok terkemuka Partai Demokrat. Ia dengan cepat menjadi pesaing teratas untuk menempati posisi kandidat wapres dari Demokrat setelah kampanyenya menuju Gedung Putih berakhir.
Kamala menjadi pendamping Biden di saat krisis nasional AS sedang terjadi. Pandemi Covid-19 telah merenggut lebih dari 160.000 nyawa warga AS dan menjadi kasus kematian terbanyak di dunia. Terganggunya aktivitas bisnis telah menyebabkan masalah ekonomi yang parah. Sementara itu, kerusuhan terkait isu rasisme dan kekerasan polisi bermunculan di banyak tempat.
Cara Trump menangani krisis yang dinilai buruk oleh banyak pihak memberikan celah kepada Biden sehingga meningkatkan peluangnya ketika kampanye musim gugur dimulai. Dengan merangkul Kamala, Biden bisa memaksimalkan rekam jejak senator tersebut dalam isu pelayanan kesehatan dan latar belakangnya dalam penegakan hukum di negara bagian terbesar di AS.
Selasa (11/8/2020), Presiden Trump menyampaikan bahwa dirinya ”sedikit terkejut” bahwa Biden memilih Kamala. Menurut dia, Kamala adalah ”orang paling liberal di Senat AS”.
Rekam jejak Kamala sebagai jaksa agung California dan jaksa distrik di San Francisco menjadi sorotan selama pemilihan pendahuluan di Partai Demokrat.
Ia menyatakan diri sebagai ”jaksa progresif” yang mendukung reformasi penegakan hukum.
Pilihan Biden
Biden yang delapan tahun menjadi wakil dari Presiden Barack Obama telah menghabiskan waktu berbulan-bulan untuk mempertimbangkan siapa yang akan mendampinginya menuju Gedung Putih. Maret lalu, ia berjanji akan memilih perempuan sebagai wakil presidennya.
Pencarian Biden sangat luas, di antaranya Senator Massachusetts Elizabeth Warren, Wakil Florida Val Demings yang mendapatkan pujian dari partai atas kritiknya terhadap pemakzulan Trump. Lalu ada Wakil California Karen Bass yang memimpin Kaukus Kulit Hitam Kongres, serta mantan penasihat keamanan nasional Obama, Susan Rice. Tak ketinggalan Wali Kota Atlanta Keisha Lance Bottoms yang antusiasmenya merespons kerusuhan di kotanya mendapat perhatian nasional.
Dalam catatan sejarah, AS belum pernah dipimpin oleh presiden atau wapres perempuan. Hillary Clinton pernah menjadi kandidat presiden pada pemilu 2016. Dua perempuan telah menjadi calon wakil presiden, yaitu Geraldine Ferraro dari Demokrat tahun 1984 dan Sarah Palin dari Republik di tahun 2008.
Kamala lahir di AS pada tahun 1964. Ayahnya berasal dari Jamaika dan ibunya berasal dari India. Kamala bertahun-tahun menghabiskan waktunya di Barkeley, California. Ia sering kali menyebut ikatan mendalam dengan ibunya telah memberikan pengaruh yang besar pada dirinya.
Kamala terpilih menjadi jaksa di Distrik San Francisco tahun 2003. Saat menduduki jabatan itu, ia menciptakan program untuk pengedar narkoba tingkat rendah dan menindak siswa yang membolos. Tahun 2010, ia terpilih menjadi jaksa agung perempuan pertama sekaligus jaksa agung kulit hitam pertama di California. Saat itu, ia fokus pada banyak hal, termasuk krisis penyitaan dan menolak membela pelarangan pernikahan sesama jenis.
Setelah terpilih menjadi senator pada tahun 2016, dengan cepat ia mendapat perhatian setelah pertanyaannya yang tegas kepada para pejabat pemerintahan Trump dalam dengar pendapat. (AP/AFP)