Uni Eropa berusaha mencari kesepakatan atas stimulus senilai 2,1 miliar dollar AS dan anggaran saptatahun. Para pemimpin UE sudah berbulan-bulan berunding, tetapi belum menemukan kata sepakat.
Oleh
kris mada
·4 menit baca
BRUSSELS, MINGGU — Setelah tiga hari berunding di Brussels, Belgia, para pemimpin dari 27 negara Uni Eropa tetap gagal mencapai kesepakatan. Para diplomat menimbang kemungkinan perundingan dilanjutkan pada Senin (20/7/2020) atau dibuat pertemuan baru.
Hingga Minggu (19/7/2020) sore waktu Brussels atau Minggu malam WIB, para pemimpin Eropa belum bersepakat soal anggaran penanggulangan dampak pandemi Covid-19. Lewat rapat yang dimulai sejak Jumat, Uni Eropa (UE) berusaha mencari kesepakatan atas stimulus senilai 2,1 miliar dollar AS dan anggaran saptatahun UE.
Sejumlah diplomat dalam perundingan yang sudah diperpanjang sehari dari jadwal dua hari itu menyebut bahwa belum ada kesepakatan. Bahkan, perundingan terpaksa dijeda beberapa jam, lalu dilanjutkan pada Minggu sore waktu Brussels atau Minggu malam WIB. Kanselir Jerman Angela Merkel menyebut kesepakatan mungkin tidak akan dicapai. ”Ada niat baik, walakin ada banyak perbedaan,” ujarnya.
Kanselir Austria Sebastian Kurz juga mengatakan masih banyak hal harus diselesaikan. Bersama Belanda, Denmark, dan Swedia, Austria menentang rencana pemberian hibah mekanisme pendanaan untuk menanggulangi dampak pandemi Covid-19 di UE.
Kuartet yang dikenal sebagai kelompok frugal atau superhemat itu ingin agar kucuran dari UE ke negara anggotanya dihitung sebagai utang. Mereka juga menolak UE menerbitkan utang bersama untuk mendanai program penanggulangan dampak pandemi.
Sementara negara-negara selatan, seperti Italia, Spanyol, dan Yunani, berharap UE memberikan hibah. Adapun sumber dana untuk membiayai program pemulihan itu didapat dari utang yang cicilannya ditanggung bersama seluruh 27 anggota UE. Yunani, yang baru pulih dari krisis utang Eropa 2009-2011, menyatakan tidak siap menanggung utang baru. Di sisi lain, Yunani juga membutuhkan dana untuk memulihkan perekonomian yang terpukul Covid-19.
Para pemimpin UE sudah berbulan-bulan berunding. Jerman yang awalnya menentang kini berusaha mencari jalan tengah. Bersama Perancis, Jerman berusaha mencari titik temu dalam perundingan yang awalnya dijadwalkan berlangsung dua hari, mulai Jumat.
Presiden Dewan Eropa Charles Michel mencoba mencari jalan tengah dengan menawarkan pemangkasan nilai hibah dari awalnya 500 miliar euro menjadi 450 miliar euro. Dalam proposal Michel, akan ada pula 300 miliar euro yang dikucurkan sebagai utang kepada negara terdampak.
Sayang, usulan itu sulit disepakati. Sebab, kuartet frugal hanya mengusulkan hibah paling banyak 155 miliar euro. Sebaliknya, Merkel dan Presiden Perancis Emannuel Macron menolak memangkas hibah di bawah 400 miliar euro.
Macron menyebut ada keinginan untuk mencapai kesepakatan. Walakin, sebaiknya kesepakatan itu jangan sampai mengorbankan UE. ”Keinginan mencapai kesepakatan jangan sampai mencegah kita dari (mencapai) ambisi. Ini bukan tentang prinsip, sebab kita menghadapi krisis sosial, ekonomi, dan kesehatan luar biasa. Sebab, negara kita membutuhkan hal ini, dan kita membutuhkan persatuan Eropa,” ujarnya.
Persyaratan
Selain soal nilai, ketidaksepakatan juga terjadi soal syarat penerimaan dana. Belanda mengusulkan agar penerima harus memastikan penegakan hukum. Hal itu ditentang terutama oleh Hongaria dan Polandia. Budapest dan Warsawa menilai syarat itu bagian dari campur tangan UE pada proses peradilan mereka.
Selama bertahun-tahun, Budapest dan Warsawa dinilai tidak menegakkan hukum sesuai peraturan. Hongaria dan Polandia dinilai menjalankan hukum sesuai kepentingan penguasa. ”Belanda berkeras bahwa kepatuhan pada hukum harus menjadi syarat penerimaan dana,” kata Perdana Menteri Ceko Andrej Babis.
PM Hongaria Victor Orban mengancam akan memveto aturan soal anggaran penanggulangan dampak Covid-19 jika syarat itu jadi diberlakukan. Ancaman Orban sama saja membuka peluang UE gagal bersepakat. Sebab, setiap keputusan UE harus disepakati bersama seluruh anggotanya.
Namun, Orban menolak disalahkan kalau Budapest sampai memveto kesepakatan UE soal anggaran itu. Ia menyalahkan Belanda. ”Saya tidak tahu apa alasan pribadi PM Belanda membenci saya atau Hongaria. Dia menyerang sangat keras. Saya tidak suka saling menyalahkan. Walakin, dia (PM Belanda Mark Rutte) orang yang paling bertanggung jawab untuk semua kekacauan,” ujarnya.
PM Polandia Mateusz Morawiecki mengatakan tidak akan menyetujui mekanisme membekukan bantuan bagi negara yang dinilai tidak mematuhi hukum. Ia juga menyebut masih banyak perbedaan di antara pemimpin. ”Posisinya semakin mendekat, walakin belum cukup,” ujarnya. (AFP/REUTERS)