UE Belum Mencapai Kata Sepakat soal Stimulus Ekonomi
Nasib Uni Eropa pascapandemi, terutama dalam hal ekonomi, ditentukan dalam pertemuan para pemimpin negara UE di Brussels, Belgia. Perbedaan pandangan di antara beberapa negara masih mengemuka.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
BRUSSELS, SABTU — Para pemimpin Eropa berupaya mencapai kesepakatan tentang stimulus ekonomi sebesar 1,85 triliun euro pada hari kedua pertemuan tingkat tinggi tatap muka pertama mereka di Brussels, Belgia, Sabtu (18/7/2020). Belanda menyambut usulan stimulus baru, tetapi kesepakatan belum tercapai.
Sebanyak 27 pemimpin negara anggota Uni Eropa berdiskusi siang malam untuk menentukan siapa yang harus mengawasi penggunaan dana stimulus ini dan ketentuan apa yang perlu ditambahkan sebagai syaratnya.
Perdana Menteri Belanda Mark Rutte mengatakan, suasana hari kedua pertemuan berjalan ”lebih suram”. ”Ini akan memakan waktu, saya pikir.”
”Saya melakukan ini untuk seluruh Eropa karena ini juga jadi kepentingan Spanyol dan Italia untuk keluar dari krisis ini dengan kekuatan,” kata Rutte, Sabtu pagi.
Para pemimpin Uni Eropa telah mengajukan stimulus 750 miliar euro yang sebagian didasarkan atas pinjaman bersama untuk dialokasikan sebagai pinjaman dan bantuan kepada negara-negara terdampak pandemi yang membutuhkan. Selain itu, mereka juga membahas anggaran UE tahun 2021-2027 yang diusulkan di atas 1 triliun euro.
Negara-negara konservatif, seperti Austria, Denmark, dan Swedia, berpendirian bahwa utang apa pun harus diawasi. Parlemen Eropa juga harus menyetujui kesepakatan yang dicapai para pemimpin negara anggota.
Perdana Menteri Bulgaria Boyko Borissov menyebutkan, dirinya melihat peluang kompromi dengan melibatkan menteri-menteri keuangan UE untuk mengawasi utang baru dibandingkan hanya melibatkan Komisi Eropa.
Seorang diplomat mengabarkan bahwa pada Sabtu, pertemuan itu berakhir sekitar jam makan siang. Setiap delegasi dapat membahas usulan baru dari Charles Michel, Presiden Dewan Eropa.
Usulan baru tersebut mengurangi porsi hibah langsung dan meningkatkan proporsi pinjaman yang harus dikembalikan.
Akan tetapi, bagaimana dan siapa yang mengawasi penggunaan dana stimulus yang dikucurkan masih menjadi perdebatan. Michel mengusulkan mekanisme yang mencegah negara mana pun untuk menjatuhkan veto terhadap penggunaan dana stimulus oleh negara penerima.
Diplomat yang lain menggambarkan usulan Michel itu merupakan awal dari negosiasi yang panjang menuju kesepakatan.
Kedua diplomat itu berbicara dengan kondisi anonim karena tidak memiliki kewenangan untuk membahas negosiasi tertutup selama pertemuan secara publik.
Rutte dipandang sebagai pemimpin dari empat negara ”hemat” yang menghendaki adanya syarat reformasi ekonomi dalam penyaluran stimulus pada negara terdampak pandemi.
Sebelum pertemuan Sabtu, Rutte telah bertemu dengan Kanselir Jerman Angela Merkel, Presiden Perancis Emmanuel Macron, Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte, juga Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen, serta Michel.
Salah satu mitra Rutte, Kanselir Austria Sebastian Kurz, mengatakan, pembahasan stimulus itu tidak mandek sama sekali. ”Ada kemajuan demi kemajuan dicapai,” katanya kepada televisi ORF.
Pandemi telah membuat UE terperosok dan perekonomian 27 negara anggotanya, berdasarkan perkiraan terbaru, berkontraksi 8,3 persen tahun ini. Sekitar 135.000 warga UE meninggal karena Covid-19.
Dalam pertemuan langsung untuk pertama kalinya sejak Februari 2020, para pemimpin negara anggota UE memakai masker, tidak berjabat tangan, dan duduk dalam jarak tertentu. Namun, posisi negosiasi mereka menyisakan jurang yang lebih lebar dari tempat duduk mereka.
Setelah sesi yang produktif Jumat lalu, tuan rumah sekaligus Presiden Dewan Eropa Charles Michel menemui para pemimpin kunci, yakni Rutte, Macron, dan Presiden Hongaria Viktor Orban, untuk memperkecil jarak di antara mereka.
Orban tidak ingin ada tambahan syarat dalam stimulus, sementara Rutte sebaliknya. Adapun Macron berargumen Eropa harus menunjukkan solidaritas untuk keluar dari krisis.
Michel diharapkan menyodorkan opsi-opsi kompromi kepada para pemimpin itu ketika pertemuan dilanjutkan kembali sekalipun harus dijadwalkan pertemuan ulang.
Perdana Menteri Ceko Andrej Babis merasa pesimistis setelah melalui pertemuan hari pertama, Jumat. ”Saya tidak mendapat kesan bahwa kita semakin dekat dengan kesepakatan,” ujarnya.
Akan tetapi, Rutte menyebutkan, walaupun ada perbedaan tajam, pembahasan terus berlanjut. ”Kita mencapai kemajuan selama pertemuan sehari ini,” katanya. ”Sebagai awalan, ini membantu kita untuk memahami lebih baik posisi kita satu sama lain, lalu kita bisa mencari kompromi yang memungkinkan.” (AP/REUTERS)