Waspadai Hujan Intensitas Sedang hingga Lebat di Wilayah Indonesia Timur
Hujan intensitas sedang hingga lebat diprediksi masih akan terjadi di wilayah Indonesia timur, termasuk Papua. Hal ini terjadi karena terdapat faktor dinamika atmosfer.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·3 menit baca
KOMPAS/PUSDALOPS BPBD PAPUA
Pohon tumbang karena angin kencang di salah satu ruas jalan di Kota Jayapura, Papua, Jumat (7/1/2022). Hujan deras disertai angin kencang menerjang Kota Jayapura sekitar lima jam pada Kamis (6/1/2022) malam.
JAKARTA, KOMPAS — Selama tiga hari ke depan, hujan intensitas sedang hingga lebat diprediksi masih akan terjadi di wilayah Indonesia timur, termasuk Papua, menyusul adanya banjir di Jayapura. Hingga Jumat (7/1/2022) siang, tercatat 6 orang meninggal akibat bencana hidrometeorologi basah ini.
Kepala Pusat Meteorologi Publik Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Fachri Radjab di Jakarta, Jumat (7/1/2022), mengemukakan, wilayah Indonesia timur yang berpotensi diguyur hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yakni Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Maluku, dan Papua.
Hujan dengan intensitas tinggi pada Kamis (6/1/2022) malam di Jayapura, Papua, bahkan telah menyebabkan sejumlah distrik diterjang banjir dan memicu longsor. Distrik terdampak meliputi Distrik Jayapura Utara, Jayapura Selatan, Abepura, Heram, dan Muara Tami.
Menurut Fachri, beberapa faktor dinamika atmosfer teramati pada saat kejadian banjir di Jayapura. Sejumlah faktor dinamika atmosfer tersebut yakni suhu muka laut sekitar perairan Papua yang cukup hangat sehingga meningkatkan aktivitas konvektif dan terdapat daerah belokan angin di wilayah utara Papua.
Secara umum, di semua pulau di Indonesia mengalami tren curah hujan ekstrem yang tinggi. Salah satu indikator peningkatan cuaca ekstrem ini adalah adanya siklon tropis Seroja pada April 2021.
KOMPAS/DOKUMENTASI SAR JAYAPURA
Tim SAR Jayapura menyelamatkan warga dari rumahnya yang terdampak banjir di Kota Jayapura, Papua, Jumat (7/1/2022). Penyebab banjir karena hujan dengan intensitas lebat yang melanda Jayapura sejak Kamis (6/1/2022) malam.
Selain itu, teramati juga angin meridional monsoon baratan yang bersifat basah dan kelembaban udara yang relatif sangat basah dari lapisan permukaan hingga lapisan 200 milibar. Berdasarkan analisis citra satelit, awan-awan yang tumbuh didominasi oleh awan-awan akonvektif seperti kumulus dan kumulonimbus mulai pukul 19.00-07.00 WIT.
Sebelumnya, Pelaksana Tugas Deputi Klimatologi BMKG Urip Haryoko menyampaikan, dari analisis BMKG sejak 1981-2021, terdapat tren peningkatan curah hujan dengan intensitas di atas 150 milimeter per hari di seluruh wilayah. Namun, tren peningkatan curah hujan tertinggi tercatat di Kalimantan. Kondisi ini membuktikan adanya perubahan cuaca ekstrem di Indonesia.
”Secara umum, di semua pulau di Indonesia mengalami tren curah hujan ekstrem yang tinggi. Salah satu indikator peningkatan cuaca ekstrem ini adalah adanya siklon tropis Seroja pada April 2021. Dengan adanya perubahan iklim, siklon tropis bisa terjadi di daerah 10 derajat lintang utara dan lintang selatan,” tuturnya.
Sementara itu, hingga Jumat siang, bencana hidrometeorologi basah yang terjadi di Kota Jayapura mengakibatkan 6 orang meninggal. Semua korban meninggal telah dievakuasi oleh Tim Reaksi Cepat (TRC) Polda Papua. Dari total korban jiwa, 3 orang telah diidentifikasi, sedangkan sisanya masih diidentifikasi.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Jayapura mencatat, sebanyak 500 orang mengungsi ke rumah kerabat terdekat. Sampai saat ini, BPBD masih mengevakuasi warga yang terjebak banjir menggunakan 3 perahu karet dan 1 truk serbaguna untuk evakuasi warga terdampak longsor.
Selain itu, sejumlah fasilitas umum juga turut terendam banjir, seperti Rumah Sakit Aryoko, kantor gubernur, fasilitas umum lain, dan rumah masyarakat. BPBD Jayapura melaporkan banjir berangsur surut tetapi listrik masih padam.