Salatiga-Ambarawa Masih Bergetar, Dipastikan Gempa ”Swarm”
Sabtu sekitar pukul 18.55 hingga 19.05, dua getaran ringan terasa dari sisi Jalan Raya Ambarawa-Magelang, dekat Gereja Santo Yusup (Gereja Jago) Ambarawa. Setiap getaran tersebut berlangsung singkat.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
UNGARAN, KOMPAS — Gempa di Kota Salatiga hingga Banyubiru dan Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, masih terasa hingga Sabtu (23/10/2021) malam. Hingga pukul 19.15, tercatat terjadi 23 event gempa yang dikategorikan swarm tersebut. Warga diminta memahami konsep evakuasi mandiri dan tidak termakan hoaks.
Sabtu sekitar pukul 18.55 hingga 19.05, dua getaran ringan terasa dari sisi Jalan Raya Ambarawa-Magelang, dekat Gereja Santo Yusup (Gereja Jago) Ambarawa. Masing-masing getaran tersebut berlangsung singkat, sekitar 2-3 detik. Pada pukul 20.00, getaran serupa kembali terjadi.
Rona (43), warga Kelurahan Panjang, Ambarawa, mengatakan, gempa ringan pertama kali dirasakan menjelang pergantian hari Jumat ke Sabtu. Getaran kemudian terus terjadi pada Sabtu dini hari dan membuat sejumlah warga keluar rumah karena khawatir getaran semakin kencang.
Sabtu pagi hingga malam, rentetan gempa terus terjadi. ”Paling kencang terasa (Sabtu) sore tadi sekitar pukul 16.30. Beberapa barang di warung saya yang ditaruh di atas berjatuhan. Tapi sebentar saja. Karena dari kemarin malam sudah terjadi, jadi biasa saja. Yang penting tetap waspada,” katanya.
Gempa bumi swarm adalah rangkaian kejadian gempa bumi dangkal yang terkluster dalam frekuensi yang relatif banyak dalam waktu berdekatan. Biasanya magnitudo gempanya kecil (Setyoajie Prayoedhie).
Rona menambahkan, aktivitas pekerja pada bangunan sekolah yang sedang direnovasi di depan rumahnya terhenti. Lantaran getaran terus terjadi, para pekerja yang mengerjakan bangunan di lantai dua bangunan sekolah memilih berhenti dan pulang ke kampung halaman.
Purnomo (42), warga Kelurahan Lodoyong, Ambarawa, mengatakan, getaran awalnya sempat membuat khawatir. Namun, setelah terjadi berulang kali dan tergolong ringan, ia tidak panik. ”Mungkin buat yang tidak terbiasa menakutkan. Tapi, kan, saya baca-baca, gempanya terbilang kecil. Ya, berdoa saja, mudah-mudahan aman,” ucapnya.
Kepala Stasiun Geofisika Kelas III Banjarnegara Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Setyoajie Prayoedhie, dihubungi dari Ambarawa, mengatakan, hingga pukul 19.15, tercatat ada 23 event gempa, termasuk gempa utama pada Sabtu dini hari.
Ia mengonfirmasi gempa itu jenis swarm. ”Gempa bumi swarm adalah rangkaian kejadian gempa bumi dangkal yang terkluster dalam frekuensi yang relatif banyak dalam waktu berdekatan. Biasanya magnitudo gempanya kecil,” ujarnya. Bahkan, untuk event Salatiga, berdasarkan analisis BMKG, merupakan gempa bumi yang dipicu aktivitas sesar aktif Merapi-Merbabu dan Telomoyo.
Siaga dan waspada
BMKG, lanjut Setyoajie, mengimbau masyarakat tetap beraktivitas secara normal, tetapi tetap siaga dan waspada. Warga juga agar memahami konsep evakuasi mandiri sehingga tahu apa yang harus dilakukan sebelum, sesaat, dan setelah terjadi gempa.
Ia pun meminta warga berhati-hati dalam menerima informasi. ”Jangan mudah percaya hoaks. Jika membutuhkan informasi terkini terkait gempa bumi, bisa menghubungi BMKG atau BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) setempat,” katanya.
Saat dikonfirmasi terkait dampak gempa, Kepala Pelaksana Harian BPBD Kabupaten Semarang Heru Subroto masih memastikannya. ”Ini baru dalam perjalanan mengecek lokasi laporan,” katanya melalui pesan singkat. Pada Sabtu pagi, belum ada laporan kerusakan kepada BPBD Kabupaten Semarang.
Di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Gunawan Mangunkusumo, Ambarawa, 96 orang pasien rawat inap dipindah ke lantai 1. ”Kecuali pasien isolasi Covid-19 dan perinatologi bayi karena terkait instalasi,” kata Direktur RSUD dr Gunawan Mangunkusumo Hasty Wulandari, seperti dikutip dari Kompas.com.
Menurut dia, juga ada beberapa keretakan dinding RS. Antisipasi dilakukan dengan mengosongkan area parkir depan mushala. Komunikasi dengan BPBD terkait tenda dan persiapan evakuasi pasien infeksius ke ruang intermediate juga diintensifkan. Juga terkait persiapan evakuasi pasien ke depan mushala.