Rekor Penambahan Kasus dan Kematian Covid-19 Kembali Terjadi
Rekor tertinggi secara nasional dengan 34.379 kasus baru pada Rabu (7/7/2021), sedangkan korban jiwa bertambah 1.040 orang dalam sehari.
Oleh
Ahmad Arif
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Meluasnya penyebaran Covid-19 di Pulau Jawa menyebabkan rekor tertinggi secara nasional dengan 34.379 kasus baru pada Rabu (7/7/2021), sedangkan korban jiwa bertambah 1.040 orang dalam sehari. Kenaikan kasus juga mulai terjadi di pulau-pulau lain sehingga memicu pengetatan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat mikro di 43 kabupaten/kota luar Jawa-Bali.
Jumlah kasus aktif dalam sehari bertambah 18.504 sehingga total menjadi 343.101 orang. Sebanyak 100.062 kasus aktif itu terdapat di Jakarta, menyebabkan rumah sakit kewalahan menampung pasien.
”Jika benar pasien yang butuh perawatan di Jakarta mencapai 40 persen, seperti disampaikan Gubernur DKI, dengan kasus aktif mencapai 100.000, seluruh tempat tidur rumah sakit dikonversi jadi perawatan Covid-19 tetap tidak cukup,” kata peneliti layanan kesehatan dari Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman, Joko Mulyanto.
Menurut Joko, rasio tempat tidur rumah sakit per populasi di Jakarta pada 2020 hanya sekitar 2,7 orang. ”Dengan penduduk sebesar 10 juta, berarti jumlah tempat tidur rumah sakit hanya 27.000,” katanya.
Maka, dengan kasus aktif saat ini dan yang membutuhkan perawatan sekitar 40 persen, berarti kebutuhan tempat tidur rumah sakit di Jakarta mencapai 40.024. ”Kalau di negara lain, proporsi pasien Covid-19 yang butuh perawatan maksimal 20 persen. Mengejutkan kalau di Jakarta sampai 40 persen. Tetapi, bisa jadi sebenarnya kasus yang belum ditemukan 3-4 kali lebih banyak,” katanya.
Peningkatan kasus baru masih berpeluang terjadi. Apalagi, mobilitas penduduk di Pulau Jawa belum menunjukkan penurunan.
Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dalam konfrensi pers daring pada Senin (5/7/2021) menyebutkan, dari 91.163 kasus aktif di Jakarta saat itu, 36.465 orang yang butuh perawatan. ”Artinya, kita memiliki jumlah orang yang harus dirawat cukup besar karena dari pengalaman selama ini, dari jumlah kasus aktif, 40 persen butuh perawatan,” katanya.
Dengan kondisi ini, menurut Joko, secara teoretis daya tampung rumah sakit di Jakarta sudah terlampaui. ”Dampaknya, pasien dengan gejala sedang hingga berat banyak yang tidak bisa dirawat,” katanya.
Menurut dia, fenomena ini yang menyebabkan tingginya risiko kematian pasien isolasi mandiri di Jakarta. Data Dinas Kesehatan Jakarta, pada Sabtu (3/7/2021), terdapat 369 pemakaman yang dilakukan dengan prosedur Covid-19 di DKI Jakarta. Dari jumlah itu, ada 45 korban atau 12,1 persen dari total jenazah yang dimakamkan dengan protokol Covid-19 meninggal di rumah.
”Bahkan, pernah dalam sehari sampai 47 korban yang meninggal saat isolasi mandiri,” kata Kepala Seksi Surveilans Epidemiologi dan Imunisasi Dinas Kesehatan DKI Jakarta Ngabila Salama.
Epidemiolog dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), Iwan Ariawan, mengatakan, peningkatan kasus baru masih berpeluang terjadi. Apalagi, mobilitas penduduk di Pulau Jawa belum menunjukkan penurunan.
”Berdasarkan data yang didapatkan FKM UI bekerja sama dengan Facebook Data for Good, mobilitas penduduk di Jawa yang turun hanya pada tanggal 3 (Sabtu) dan 4 (Minggu). Hari kerja kembali naik,” katanya.
Meski demikian, untuk mobilitas di Jabodetabek, menurut data ini sudah mulai menurun. ”Masih terlalu dini mengevaluasi efektivitas PPKM darurat, tetapi sejauh ini untuk Pulau Jawa belum ada tanda-tanda penurunan mobilitas,” katanya.
Tingkat kematian
Jakarta juga memiliki penambahan kasus baru tertinggi, yaitu mencapai 9.366 kasus dan penambahan korban jiwa sebanyak 142 orang atau rasio kematian 1,5 persen. Jawa Tengah yang memiliki penambahan 3.823 kasus baru, jumlah kematiannya tertinggi, yaitu 480 orang atau rasio kematian 12,5 persen.
Sementara itu, Jawa Barat yang memiliki 3.823 kasus baru, jumlah kematiannya 67 orang atau rasio kematian 1,7 persen. Jawa Timur dengan 2.548 kasus baru memiliki 155 tambahan korban jiwa atau rasio kematian 6 persen.
Tingginya rasio kematian di luar Jakarta menandai masih kurangnya jumlah tes yang dilakukan. Seperti disebutkan dalam laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pekan lalu, jumlah tes yang dilakukan di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat masih di bawah ambang minimal 1 per 1.000 populasi per pekan.
Situasi luar Jawa
Peningkatan kasus Covid-19 mulai terdeteksi di sejumlah daerah luar Jawa. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, dalam konferensi pers daring, menyebutkan, untuk mengantisipasi lonjakan kasus Covid-19 di luar Jawa dan Bali, pemerintah memberlakukan pengetatan PPKM mikro mulai 6 Juli hingga 20 Juli mendatang.
Pengetatan PPKM mikro di luar Jawa dan Bali diberlakukan di 43 kabupaten/kota yang berada di 20 provinsi, yang memiliki level asesmen 4. Selain pengetatan mobilitas dan peningkatan tes dan lacak, Airlangga juga meminta agar pemerintah daerah meningkatkan kapasitas rumah sakit khusus Covid-19 menjadi 40 persen.
”Sekarang ini secara nasional rata-rata TT (tempat tidur) di RS untuk Covid-19 sebesar 28 persen dari kapasitas. Untuk di Jawa-Bali rata-rata 31 persen dan di Luar Jawa-Bali 19 persen dari kapasitasnya sehingga sekarang didorong untuk mencapai target Kemenkes agar dinaikkan ke 40 persen dari kapasitas, sekaligus ditingkatkan kesiapan nakes, obat, dan alat kesehatan,” kata Airlangga.
Untuk mendukung pengetatan PPKM mikro di luar Jawa dan Bali serta PPKM darurat di Jawa-Bali, menurut Airlangga, pemerintah akan memberikan bantuan beras masing-masing 10 kg kepada 20 juta penduduk. Sebanyak 10 juta akan disalurkan melalui Program Keluarga Harapan (PKH) dan 10 juta kepada penerima bantuan sosial tunai (BST). Nantinya, program ini akan dikoordinasikan oleh Kementerian Sosial dan Bulog.