Vaksinasi Dikebut, Kapasitas Penyimpanan di Daerah Perlu Diperluas
Pasokan vaksin Covid-19 terus bertambah untuk mempercepat pelaksanaan vaksinasi di Indonesia. Karena itu, kapasitas penyimpanan vaksin mesti diperluas guna menjaga mutu, efikasi, dan keamanan vaksin tersebut.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sebanyak 16 juta dosis bahan baku vaksin Sinovac China tiba di Indonesia pada Kamis (25/3/2021). Ketersediaan vaksin Covid-19 ini akan terus ditingkatkan. Karena itu, kapasitas penyimpanan di setiap fasilitas kesehatan perlu diperbesar agar pelaksanaan vaksinasi bisa lebih lancar.
Juru bicara PT Bio Farma untuk Vaksinasi Covid-19, Bambang Heriyanto, menyampaikan, 16 juta dosis vaksin dalam bentuk bahan baku atau bulk ini merupakan pengiriman keenam yang telah diterima Indonesia. Dengan begitu, total bahan baku vaksin yang diterima dari Sinovac menjadi 53,5 juta dosis.
”Dari total bulk vaksin yang diterima ini tidak semuanya akan menjadi vaksin jadi karena ada proses produksi yang menyebabkan ada wastage (yang terbuang) sehingga diperkirakan dari 53,3 juta dosis bahan baku akan menghasilkan 43 juta dosis vaksin,” katanya, di Jakarta, Kamis (25/3/2021).
Total vaksin yang diproduksi PT Bio Farma sejak Januari 2021 sebanyak 24 juta dosis vaksin. Dari jumlah itu, 17 juta dosis di antaranya sudah didistribusikan ke sejumlah wilayah di Indonesia. Vaksin yang telah didistribusikan tersebut sudah mendapatkan sertifikat lot release (penjaminan mutu) dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Proses produksi vaksin Covid-19 terus berjalan di PT Bio Farma. Sebanyak 24 juta dosis disiapkan untuk diproduksi. Percepatan produksi ini dilakukan seiring dengan target pemerintah untuk mempercepat vaksinasi di masyarakat.
Dari total bulk vaksin yang diterima ini tidak semuanya akan menjadi vaksin jadi karena ada proses produksi yang menyebabkan ada wastage (yang terbuang).
Bambang menyampaikan, proses produksi dan distribusi vaksin tidak mengalami kendala. Indonesia berpengalaman dalam pelaksanaan imunisasi dasar. Proses distribusi rantai dingin yang dijalankan tidak berbeda dengan distribusi vaksin yang digunakan dalam imunisasi dasar.
Kapasitas
Meski begitu, menurut dia, tantangan yang perlu diantisipasi adalah kapasitas penyimpanan vaksin. Setiap dinas kesehatan di tingkat provinsi dan kabupaten/kota serta fasilitas kesehatan harus dipastikan memiliki tempat penyimpanan mencukupi. Jumlah vaksin yang akan tersedia akan semakin besar, terutama mulai Juli 2021.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, bahan baku vaksin yang dikirimkan oleh Sinovac sampai Juli 2021 sebanyak 149 juta dosis. Jumlah ini akan bertambah 100 juta-127 juta dosis sampai Desember 2021. Selain itu, vaksin jadi dari AstraZeneca yang dikirimkan melalui kerja sama multilateral akan dikirimkan sekitar 11,7 juta dosis sampai Mei 2021. Saat ini jumlah vaksin AstraZeneca yang diterima melalui jalur itu 1,136 juta dosis.
Indonesia juga bekerja sama dengan AstraZeneca melalui jalur bilateral untuk pengadaan vaksin 50 juta dosis yang dikirimkan mulai kuartal III-2021 dengan tambahan opsi 50 juta dosis. Kerja sama juga dilakukan bersama Novavax dengan komitmen pengadaan vaksin sekitar 50 juta vaksin yang akan dikirimkan mulai kuartal III-2021.
Bambang menuturkan, dengan ketersediaan vaksin yang semakin besar, kapasitas penyimpanan vaksin yang dibutuhkan semakin besar. Untuk sementara, strategi yang disiapkan untuk mengatasi kendala itu adalah melalui mekanisme distribusi vaksin berdasarkan kebutuhan setiap daerah.
”Pada daerah yang sudah kosong (ketersediaan vaksin) akan dilaporkan oleh Kementerian Kesehatan untuk segera dikirimkan lagi dari Bio Farma. Harapannya target satu juta orang yang divaksinasi per hari bisa tercapai,” kata Bambang.
Juru bicara Badan POM untuk Vaksinasi Covid-19, Lucia Rizka Andalusia, menyampaikan, pengawasan mutu, khasiat, dan keamanan dari vaksin dilakukan mulai dari proses pengujian, produksi, distribusi, hingga pemberian kepada masyarakat. Setiap batch vaksin yang diproduksi pun harus mendapatkan sertifikat lot release dari Badan POM sekalipun sebelumnya sudah mendapatkan izin penggunaan darurat (emergency use authorization/EUA).
Hal itu penting untuk memastikan setiap vaksin yang diproduksi memiliki mutu, khasiat, dan keamanan sama, serta dapat dipertanggungjawabkan. Proses distribusi vaksin juga terus diawasi, terutama untuk memantau kestabilan suhu penyimpanan vaksin yang harus disimpan dengan suhu 2-8 derajat celsius.
Terkait dengan masa kedaluwarsa vaksin, Rizka menyampaikan, rata-rata masa kedaluwarsa yang ditetapkan Badan POM untuk produk vaksin Covid-19 selama enam bulan. Ketentuan ini baik untuk produk vaksin produksi Sinovac, Bio Farma, dan AstraZeneca.
”Masa kedaluwarsa ini ditentukan dari hasil uji stabilitas vaksin. Dari data pengujian stabilitas yang dimiliki produsen untuk ketiga produk vaksin yang diterima di Indonesia saat ini baru tiga bulan. Karena itu, dengan perhitungan dua kali masa pengujian stabilitas, Badan POM menetapkan masa kedaluwarsa vaksin Covid-19 selama enam bulan. Lama waktu ini bisa berubah menyesuaikan hasil pengujian dari produsen,” ucapnya.
Satuan Tugas Penanganan Covid-19 melaporkan per 25 Februari 2021, jumlah penduduk yang sudah mendapat vaksinasi Covid-19 dosis pertama 6,3 juta orang dan vaksinasi untuk dosis kedua 2,9 juta orang. Pemerintah menargetkan 181,5 juta penduduk Indonesia bisa mendapatkan vaksinasi selama satu tahun agar kekebalan komunitas bisa terbentuk.
Secara terpisah, Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono menyampaikan, percepatan vaksinasi terus diupayakan, salah satunya dengan menggelar vaksinasi massal di daerah-daerah. Vaksinasi diharapkan tidak sekadar menjadi program, tetapi juga gerakan bersama melibatkan semua penduduk.
Ia pun mengimbau agar warga tak ragu divaksinasi karena keamanan, mutu, dan khasiat vaksin telah dipastikan. Penggunaannya merupakan rekomendasi dari para ahli. ”Bagi yang sudah divaksinasi, jangan lupa tetap menjalankan protokol kesehatan. Bukan berarti vaksinasi membuat orang kebal, butuh waktu agar imunitas terbentuk dalam tubuh,” tutur Dante.
Inovasi deteksi virus
Sementara itu, kebutuhan alat deteksi virus penyebab Covid-19, SARS-CoV-2, yang cepat dan akurat mendesak guna memutus rantai penularan. Inovasi dalam negeri pun muncul, termasuk Saliva RT Lamp Covid-19, yang dikembangkan Stem Cell and Cancer Institute PT Kalbe Farma.
In Vitro Diagnostics Division Research Manager, Stem Cell, and Cancer Institute PT Kalbe Farma Akterono Dwi Budiyanti mengungkapkan, inovasi Saliva RT Lamp (reverse transcription loop mediated isothermal amplification) Covid-19 untuk mendeteksi SARS-CoV-2 pada air liur atau saliva. Alat ini sudah mendapat izin edar dari Kemenkes. (LAS)