Stem Cell and Cancer Institute PT Kalbe Farma mengembangkan alat deteksi virus Sars-CoV-2 bernama Saliva RT Lamp Covid-19 dengan sensitivitas sebesar 94 persen dan spesifisitas 98 persen.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kebutuhan alat deteksi virus SARS-CoV-2 yang cepat dan akurat kian mendesak untuk memutus rantai penularan Covid-19. Berbagai inovasi pun muncul, termasuk inovasi dari dalam negeri. Salah satunya inovasi Saliva RT Lamp Covid-19 yang dikembangkan oleh Stem Cell and Cancer Institute dari PT Kalbe Farma.
In Vitro Diagnostics (IVD) Division Research Manager, Stem Cell and Cancer Institute PT Kalbe Farma Akterono Dwi Budiyanti di Jakarta, Kamis (25/3/2021), mengatakan, inovasi Saliva RT Lamp (reverse transcription loop mediated isothermal amplification) Covid-19 bertujuan untuk mendetesi virus SARS-CoV-2 yang menjadi penyebab Covid-19 yang berada pada air liur atau saliva seseorang. Cara ini sebelumnya juga digunakan untuk mendeteksi virus penyebab MERS-2, malaria, dan TBC.
Kit ini kami kembangkan untuk menjawab tantangan yang ditemukan pada uji RT PCR yang mejadi gold standar deteksi virus SARS-CoV-2, yaitu pada pengabilan sampel lewat swab nasofaring. Untuk Saliva RT Lamp, pengambilan sampelnya bersifat non-invasif sehingga lebih nyaman. Pengambilan sampelnya pun bisa dilakukan secara mandiri sehingga risiko penularan pada tenaga kesehatan lebih minim.(Akterono Dwi Budiyanti)
”Kit ini kami kembangkan untuk menjawab tantangan yang ditemukan pada uji RT PCR yang mejadi gold standar deteksi virus SARA-CoV-2, yaitu pada pengambilan sampel lewat swab nasofaring. Untuk Saliva RT Lamp, pengambilan sampelnya bersifat non-invasif sehingga lebih nyaman. Pengambilan sampelnya pun bisa dilakukan secara mandiri sehingga risiko penularan pada tenaga kesehatan lebih minim,” katanya.
Secara teknis, alur pengerjaan dari pemeriksaan Saliva RT PCR dimulai dengan pengambilan sampel saliva. Kemudian dilanjutkan dengan proses inaktivasi melalui pemanasan dengan suhu 65 derajat celsius selama 15 menit. Pemeriksaan diteruskan dengan pre-treatment sampel selama 20 menit pada suhu 95 derajat kemudian uji RT Lamp selama 35 menit dengan suhu 65 derajat celsius. Proses pemeriksaan ini diklaim dapat selesai selama 1,5 jam.
Setelah itu, interpretasi hasil pemeriksaan bisa didapatkan melalui pemantauan perubahan warna yang terjadi pada sampel yang berada di tabung reaksi. Hasil sampel dinyatakan positif Covid-19 apabila terjadi perubahan warna dari semula berwarna merah muda menjadi kuning. Interpretasi hasil tersebut juga bisa dilakukan melalui aplikasi khusus bersama Color Grab yang bisa diunduh secara gratis melalui Playstore. Seseorang yang akan dites dianjurkan untuk tidak makan dan minum setidaknya 30 menit sebelum pengambilan sampel.
Akterono menuturkan, tes ini dilalukan melalui pemeriksaan molekuler yang termasuk dalam kategori NAAT (nucleic acid amplification test), seperti RT PCR (polymerase chain reaction) dan TCM (tes cepat molekuler). Pemeriksaan ini untuk mendeteksi secara spesifik asam nukleat yang merupakan material genetik dari virus penyebab Covid-19. Adapun keunggulan dari RT Lamp, yakni deteksi dapat dilakukan berdasarkan perubahan pH dengan menggunakan warna sebagai indikatornya.
Tes ini memiliki sensitivitas sebesar 94 persen dan spesifisitas 98 persen. Hasil ini diperoleh setelah diuji terhadap pasangan sampai air liur dan swab nasofaring dari pasien terduga Covid-19 baik asimtomatik dan simpomatik. Dari pengujian itu juga diketahui inklusivitasnya terbukti kecocokan 100 persen dengan mayoritas strain SARS-CoV-2 sehingga terbukti spesifik terhadap SARS-CoV-2.
”RT Lamp ini juga mampu mendeteksi varian virus B.1.1.7,” ujar Akterono.
Alat yang mulai dikembangkan sejak Juni 2020 ini sudah mendapatkan nomor izin edar dari Kementerian Kesehatan dengan kode Kemenkes RI AKD 20303120508 dengan merek ELVA Diagnostic SARS-CoV-2 Saliva Nucleic Acid Test Kit. Layanan tes Saliva RT Lamp sementara bisa didapatkan di Laboratorium KaIGEN Innolab yang berada di wilayah Jabodetabek dengan harga Rp 488.000.
Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Bambang PS Brodjonegoro menuturkan, pengembangan Saliva RT Lamp merupakan terobosan yang sangat berarti dalam penanggulangan Covid-19, terutama pada aspek testing karena memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi. Meski begitu, tim peneliti diharapkan tetap melakukan pengujian pada fase post marketing untuk memantau pemanfaatannya ketika sudah digunakan di masyarakat luas.
”RT Lamp Saliva ini bisa menjadi salah satu alternatif untuk mempercepat testing di Indonesia. Kita juga harapkan agar alat ini bisa segera masuk ke e-catalog inovas yang kita buat bersama LKPP (Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang Jasa Pemerintah). Alat ini juga harus mulai diuji efektivitasnya di tempat publik, terutama di tempat yang selama ini menjadi tempat pengetesan Covid-19,” ujarnya.
Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menambahkan, pemerintah dari Kementerian Kesehatan, Kementerian Riset dan Teknologi, serta Satuan Tugas Penanganan Covid-19 mendukung pengembangan dari alat ini. Pemanfaatannya pun diharapkan bisa digunakan secara luas di masyarakat.
”Pasti akan didiskusikan kapan akan dipakai dan seperti apa tahapan yang akan dilakukan juga. Tentu akan ada proses percobaan juga sebelum digunakan supaya jangan sampai proses ini mengganggu sistem yang sudah berjalan,” tuturnya.