Olahraga Tidak Hanya Baik untuk Kesehatan Tubuh, tetapi Juga Jiwa
Olahraga tidak hanya baik untuk kesehatan tubuh. Ilmuwan telah menemukan aktivitas fisik juga baik untuk kesehatan mental.
Oleh
AHMAD ARIF
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kita sudah sering mendengar bahwa olahraga baik untuk kesehatan tubuh. Lebih dari itu, ilmuwan telah menemukan bahwa olahraga juga sangat baik bagi kesehatan mental.
Tinjauan sistematis oleh Mattheuw Pearce, epidemiolog dari Universitas Cambridge, dan tim yang dipublikasikan di jurnal JAMA Psychiatry pada Rabu (13/4/2022) menemukan adanya korelasi antara aktivitas fisik dan insiden depresi. Orang dewasa yang memenuhi rekomendasi aktivitas fisik, setara dengan 2,5 jam per minggu jalan cepat, memiliki risiko depresi yang lebih rendah dibandingkan dengan orang dewasa yang tidak melakukan aktivitas fisik.
Dalam analisis ini, para peneliti menganalisis 15 studi yang ada dengan kata kunci olahraga dan depresi yang secara keseluruhan mencakup lebih dari 191.000 partisipan riset.
Para peneliti menemukan bahwa orang yang melakukan setengah dari jumlah aktivitas fisik yang disarankan memiliki risiko depresi 18 persen lebih rendah dibandingkan dengan orang dewasa yang tidak melakukan aktivitas. Mereka yang melakukan aktivitas fisik sesuai jam yang direkomendasikan memiliki risiko depresi 25 persen lebih rendah. Namun, manfaat olahraga berkurang seiring aktivitas fisik di atas level itu.
Kesimpulan dari meta analisis hubungan antara aktivitas fisik dan depresi menunjukkan manfaat kesehatan mental yang signifikan dari aktif secara fisik, bahkan pada tingkat di bawah rekomendasi kesehatan masyarakat. ”Oleh karena itu, praktisi kesehatan harus mendorong setiap peningkatan aktivitas fisik untuk meningkatkan kesehatan mental,” tulis Pearce.
Depresi memengaruhi sekitar 280 juta orang di seluruh dunia dan merupakan penyebab utama beban penyakit terkait kesehatan mental, studi tersebut mencatat. Hal ini terkait dengan kematian dini akibat bunuh diri dan masalah kesehatan.
Mereka yang melakukan aktivitas fisik sesuai jam yang direkomendasikan memiliki risiko depresi 25 persen lebih rendah.
Para peneliti menyarankan, orang harus mencoba bergerak sedikit setiap hari, setidaknya lima menit atau 10 menit berjalan kaki. Cara lain ialah dengan gerakan peregangan dua menit setiap 30 menit untuk orang yang duduk seharian.
Antonia Baum, asisten profesor psikiatri klinis dan ilmu perilaku di Universitas George Washington di Washington, DC, yang tidak turut dalam kajian ini, seperti dikutip healthday.com, menyebutkan, ada banyak alasan mengapa olahraga dapat bermanfaat bagi kesehatan mental.
Manfaat tersebut, antara lain, dapat meningkatkan sirkulasi ke otak dan berdampak pada peradangan dan respons imun tubuh, dan memiliki hubungan positif terhadap kesehatan jantung dan depresi. ”Mungkin juga ada manfaat tidak berwujud, seperti perasaan diberdayakan dengan menjadi lebih kuat atau memiliki rasa sejahtera,” kata Baum.
Menurut Baum, penulis studi baru ini mengumpulkan banyak data untuk mendukung hubungan antara aktivitas fisik dan depresi meskipun ada banyak variabel, termasuk genetika.
Di sisi lain, Baum telah melihat bagaimana olahraga yang berlebihan dapat menyebabkan kelelahan pada atlet atau menjadi faktor dalam gangguan makan. Penelitian ini juga melihat pada titik mana manfaat olahraga mungkin berkurang.
”Mereka setidaknya menyinggung hubungan terbalik itu pada titik persilangan tertentu, yang tentu saja sulit untuk diukur,” kata Baum.
Sebelumnya, kajian yang dipublikasikan para peneliti dari MSH Medical School di jurnal Human Movement (2019) menunjukkan adanya tingkat kecemasan dan depresi yang berbeda di kalangan atlet yang berolahraga dengan intensitas berbeda. Dalam kajian ini para peneliti menilai tingkat kecemasan dan depresi 682 atlet Jerman dengan kondisi olahraga yang berbeda, baik dari sisi jumlah dan intensitas, pengaturan dalam ruangan vs luar ruangan), maupun konteks (olahraga individu atau tim).
Mereka menemukan bahwa orang yang berolahraga kurang dari 2,5 jam seminggu berisiko mengalami peningkatan kecemasan dan depresi.Penelitian tersebut menunjukkan bahwa atlet yang memenuhi pedoman latihan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yaitu aktivitas fisik intensitas sedang 150 menit sepanjang minggu untuk orang dewasa sehat berusia 18-64 tahun, memiliki status kesehatan mental yang lebih baik daripada mereka yang kurang aktif.