Surabaya Menuju Kota Layak Anak Dunia
Kota Surabaya adalah kota kedua terbesar di Indonesia. Sejak tahun 2017, Surabaya meraih anugerah Kota Layak Anak Utama.
Hari sudah siang saat rombongan dari Tim Child Friendly City Initiative (CFCI) Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Anak-anak atau Unicef mendatangi Rumah Anak Prestasi di Jalan Nginden Semolo Nomor 23, Kota Surabaya, Jawa Timur, Selasa (26/4/2024).
Alunan musik persembahan dari grup band anak-anak berkebutuhan khusus menyambut rombongan yang dipimpin oleh Shema Sen Gupta, Director Child Protection Section Unicef Headquarter New York.
Shema bersama Tim Program Inisiatif Kota layak Anak atau Child Friendly City Initiative (CFCI) Unicef, Rachel Harvey (Child Protection Adviser, Unicef Regional Office Bangkok) dan Millen Kidane (Chief of Child Protection Section Unicef Indonesia), kemudian membaur bersama anak-anak berkebutuhan tersebut.
Baca juga: Kota Surabaya Calon Anggota Kota Layak Anak Dunia
Selain mempersembahkan beberapa lagu, beberapa anak remaja laki-laki dan perempuan berkebutuhan khusus menampilkan peragaan busana. Tepuk tangan para orangtua dan rombongan Unicef memberi semangat pada anak-anak tersebut untuk berlenggak-lenggok dengan gembira di depan tamu.
Kunjungan Tim CFCI Unicef ke Rumah Anak Prestasi Kota Surabaya tersebut rangkaian proses penilaian untuk Kota Surabaya, yang saat ini menjadi calon anggota Kota Layak Anak atau Child Friendly City, tingkat dunia. Shema dan tim CFCI Unicef berada di Kota Surabaya selama tiga hari, 25-27 Maret 2024, untuk mengadvokasi dan mendukung pembangunan kota yang layak anak di Surabaya.
Rumah Anak Prestasi di Nginden yang diresmikan oleh Pemerintah Kota Surabaya sejak September 2022 merupakan salah satu tempat untuk menampung anak-anak berkebutuhan khusus di Surabaya, dalam mengembangkan bakatnya.
Program CFCI Unicef salah satunya adalah pencegahan agar anak tidak terjerumus pencegahan seksual dan eksploitasi seksual.
Selain mengembangkan kemampuan seni musik, anak-anak berkebutuhan khusus yang datang ke Rumah Anak Prestasi Ngiden diajarkan cara melukis, membatik, dan berbagai keterampilan lain. Di tempat tersebut juga tersedia berbagai fasilitas kesehatan untuk mendukung tumbuh kembang anak-anak berkebutuhan khusus, misalnya klinik perawatan gigi dan ruang terapi.
Selain mengunjungi Rumah Anak Prestasi di Nginden, Tim CFCI Unicef juga mendatangi Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTSN) 1 Surabaya. Di situ, tim ingin mengetahui lebih jauh upaya sekolah dalam memberikan perhatian pada perlindungan anak/siswa dari berbagai kekerasan.
Di MTSN 1 Surabaya, sejumlah siswa menyampaikan keterlibatan mereka dalam program pencegahan kekerasan terhadap anak-anak di sekolah. Keterlibatan mereka terutama dalam melawan eksploitasi dan pelecehan seksual anak secara daring atau online child sexual exploitation and abuse (OCSEA).
Kepada Tim CFCI Unicef para siswa MTSN 1 Surabaya, bersama beberapa siswa dari SMPN 1 Kota Surabaya dan SMP Santa Maria Surabaya, menyatakan, OCSEA kini merupakan persoalan yang harus dihadapi bersama sekolah.
Selain melakukan sosialisasi dan literasi, siswa MTSN 1 menjalankan proyek yang bernama ”Profrie” atau ”Protect Friends”, yakni program untuk melindungi sesama teman dari berbagai kekerasan.
Baca juga: Surabaya Pelihara Ambisi Tingkatkan Status Kota Layak Anak
”Cara kerja dari proyek ini adalah sama dengan konseling. Jadi, si korban menceritakan tentang kejadian yang dia alami. Kita sebagai pelopor mendengarkan, memberikan saran, dan melaporkan kepada pihak yang berwenang. Ini dapat dikatakan sebagai konseling sebaya,” ujar salah satu siswa saat menjelaskan kepada Shema dan tim CFCI Unicef.
Konseling sebaya tersebut dianggap efektif karena para siswa yang menjadi korban umumnya merasa malu jika bercerita langsung kepada seseorang yang lebih tua. Dengan menceritakan kepada teman mereka merasa lebih nyaman, dan kasus mereka bisa ditindaklanjuti sekolah. Untuk melaporkan kejadian yang dialaminya, para siswa disediakan kanal daring yang bisa diakses.
Adapun bentuk-bentuk pelecehan seksual yang kerap dialami para siswa mulai dari child sexual abuse material (CSAM), yakni penyebaran materi berupa gambar/video yang terkait dengan pornografi anak, bujuk rayu secara daring (grooming), anak-anak diminta membuat konten-konten bernuansa seksual/pornografi (sexting), hingga pemerasan seksual (sextortion), dan ajakan pada anak-anak untuk menggunakan tayangan langsung yang menampilkan aktivitas seksual (live streaming/video call).
Shema mengapresiasi Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Kementerian Agama, sekolah, dan para siswa yang menginisiasi gerakan perlindungan anak-anak dari kekerasan. ”Program CFCI Unicef salah satunya adalah pencegahan agar anak tidak terjerumus pencegahan seksual dan eksploitasi seksual,” ucapnya.
Selain itu, kata Shema, hal yang terpenting keberadaan mekanisme untuk mengidentifikasi mereka yang terduga atau mengalami kekerasan tersebut dan upaya meresponsnya.
Selain mengunjungi sekolah dan rumah anak prestasi, Tim CFCI Unicef berkunjung ke sejumlah tempat di Surabaya, seperti Pusat Informasi Sahabat Anak (PISA) Kota Surabaya, Ruang Pusat Informasi Sahabat Perempuan (PRISMA), dan Ruang Podcast Si Arek FAS (Forum Anak Surabaya), serta bertemu para ibu-ibu di Pusat Pembelajaran Keluarga (Puspaga) di Balai RW 005 Genteng.
Calon kota layak anak dunia
Kota Surabaya, Jawa Timur, merupakan salah satu kota di Indonesia yang pada 2022 lalu mengajukan sebagai anggota Kota Layak Anak tingkat dunia dan ikut dalam program CFCI Unicef. Program tersebut akan berlangsung selama 12 bulan (14 November 2023-13 November 2024). Tujuannya untuk memberikan kontribusi pada pemenuhan hak anak di Kota Surabaya.
Kota Surabaya memiliki potensi besar untuk menjadi kota yang layak anak. Dari sisi populasi, Surabaya merupakan kota metropolitan berpenduduk sekitar 3 juta jiwa.
Seperti kota besar lainnya, Surabaya juga menghadapi berbagai tantangan, seperti permasalahan kemiskinan, ketimpangan sosial, dan pencemaran lingkungan. Kota Pahlawan ini pun tak luput dari permasalahan kekerasan terhadap anak, partisipasi anak, dan akses anak terhadap layanan dasar, seperti pendidikan, kesehatan, air bersih, sanitasi, dan perlindungan sosial.
Selama beberapa tahun terakhir, Kota Surabaya mendapatkan anugerah Kota Layak Anak Tingkat Utama. Karena itulah, Kota Surabaya mengajukan anggota Kota Layak Anak tingkat dunia dan mengikuti Program Inisiatif Kota layak Anak atau Child Friendly City Initiative (CFCI).
Sekretaris Daerah Kota Surabaya Ikhsan menyatakan, sejak 2017, Kota Surabaya menerima anugerah Kota Layak Anak Tingkat Utama. Dalam rangka menuju Kota Layak Anak dunia, Surabaya menerbitkan sejumlah peraturan daerah (perda) terkait kota layak anak dan mengalokasikan anggaran khusus serta berbagai program untuk mencapai hal tersebut.
Baca juga: Mengejar Kota yang Layak Anak secara Penuh di Indonesia
Harapannya dengan menjadi kota layak anak dunia, di Kota Surabaya akan tercipta lingkungan perkotaan yang aman, sehat, inklusif, partisipatif, dan berkelanjutan bagi anak-anak. Hal ini akan memberikan kondisi yang ideal bagi anak-anak untuk dapat tumbuh, belajar, bermain, dan berkontribusi.
Adapun CFCI merupakan bagian dari program kerja sama Unicef dengan Pemerintah Indonesia. Sejak tahun 1996, CFCI telah membantu kota-kota di berbagai belahan dunia untuk memenuhi hak-hak anak, dengan Konvensi Hak-Hak Anak PBB sebagai dasarnya.
Jaringan Kota layak Anak di seluruh dunia menghubungkan para pemangku kepentingan yang berkomitmen untuk menjadikan kota dan komunitas mereka layak anak. Ini memungkinkan para pemangku kepentingan ini membangun kota dan komunitas yang lebih aman, bersih, dan tangguh bagi anak-anak.