Demi melindungi anak-anak saat ini hingga masa depan, Kota Surabaya mengajukan diri jadi kota layak anak dunia.
Oleh
SONYA HELLEN SINOMBOR
·4 menit baca
Kota Surabaya, Jawa Timur, adalah salah satu kota metropolis di Indonesia yang terus berkembang dan menunjukkan komitmennya terhadap pemenuhan hak dan perlindungan anak. Setelah beberapa kali mendapatkan anugerah Kota Layak Anak Tingkat Utama, Kota Surabaya mengajukan diri menjadi kota layak anak tingkat dunia yang tergabung dalam Child Friendly City Initiative (CFCI).
Untuk mengadvokasi dan mendukung pembangunan kota layak anak di Surabaya, Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Anak-anak (Unicef) mengunjungi kota tersebut pada Senin hingga Rabu (25-27/3/2024). Tim Child Friendly City Initiative (CFCI) Unicef, dipimpin oleh Shema Sen Gupta, Director Child Protection Section Unicef Headquarter New York.
Kunjungan tersebut merupakan bagian dari proses penilaian Kota Surabaya untuk menjadi anggota CFCI tingkat dunia. Bersama Shema Sen Gupta, ikut serta tim CFCI antara lain Rachel Harvey (Child Protection Adviser Unicef Regional Office Bangkok), Millen Kidane (Chief of Child Protection Section Unicef Indonesia), Astrid G Dionisio (Child Protection Specialist Unicef Indonesia), dan Kinanti Pinta (Communication Specialist Unicef Indonesia).
”Saya datang ke sini untuk melihat kesiapan Kota Surabaya menjadi anggota CFCI, dan saya melihat Kota Surabaya sangat memiliki komitmen untuk menjadi CFCI,” ujar Shema seusai pertemuan dengan Pemerintah Kota Surabaya di Balai Kota Surabaya, Selasa (26/3/2024) petang.
Shema mengatakan dalam kunjungan selama dua hari di Kota Surabaya telah melihat berbagai upaya pemerintah dan semua pemangku kebijakan dalam melindungi anak-anak. Upaya itu seperti menerapkan program Open City School for Excellent Adolescent (OCSEA).
Pada kesempatan tersebut, tim CFCI mendengarkan presentasi dari Pemkot Surabaya yang disampaikan Sekretaris Daerah Kota Surabaya Ikhsan. Kota Surabaya yang berpenduduk 3 juta jiwa—tersebar di 31 kecamatan, 153 kelurahan, 1.360 rukun warga, serta 9.149 rukun tetangga—menjalankan sejumlah program perlindungan anak dalam rangka menjadi anggota CFCI.
Sebagai persiapan menjadi anggora CFCI, Kota Surabaya menetapkan visi gotong royong menuju kota dunia yang maju, humanis, dan berkelanjutan. Visi itu dijalankan dengan mewujudkan kota layak anak yang didukung sarana-prasarana yang maju dan memadai, kebijakan yang humanis bagi anak Kota Surabaya, serta dukungan anggaran.
”Semua dinas di Kota Surabaya mempunyai peran yang sama untuk menyiapkan Kota Surabaya sebagai kota yang ramah anak, sesuai tugas masing-masing,” kata Ikhsan.
Pemerintah memfasilitasi anak-anak di Kota Surabaya untuk terlibat dalam berbagai program, termasuk melibatkan dalam musyawarah perencanaan daerah.
Ia lalu mencontohkan upaya yang dilakukan saat ditemukan kasus tengkes. Penanganan kasus tersebut tidak hanya dikerjakan dinas kesehatan, tetapi semua dinas terkait akan turut melakukan intervensi.
Selama tiga hari di Kota Surabaya, tim CFCI Unicef mengunjungi sejumlah tempat yang terkait perlindungan dan pemenuhan hak anak di Kota Surabaya. Pada hari pertama, Senin lalu, Shema dan tim mendatangi Alun-alun Surabaya dan berdialog dengan perwakilan anak-anak Kota Surabaya.
Sebelum berdialog dengan anak-anak, Shema mendatangi Pusat Informasi Sahabat Anak (PISA) Kota Surabaya, ruang Pusat Informasi Sahabat Perempuan (Prisma), dan ruang podcast Si Arek FAS (Forum Anak Surabaya) yang berlokasi di kompleks Alun-alun Surabaya.
Di PISA, tim CFCI Unicef didampingi Kepala Perwakilan Unicef Pulau Jawa Tubagus Arie Rukmantara melihat ruang khusus yang menyediakan layanan informasi dan edukasi bagi anak-anak, termasuk informasi tentang hak-hak anak, kesehatan, pendidikan, dan perlindungan anak. Adapun ruang PRISMA dihadirkan untuk berkontribusi terhadap pembangunan lingkungan yang aman dan mendukung semua anak di Surabaya.
Dalam dialog yang dipandu dua anak dan diramaikan oleh pertunjukan Chamber Acoustic Spensabaya (CAS) dari SMPN 1 Surabaya, Shema memberikan kesempatan kepada anak-anak yang hadir untuk menyampaikan pertanyaan terkait isu perlindungan anak.
Sementara itu, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak serta Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3APPKB) Kota Surabaya Ida Widayati menyampaikan, pemerintah memfasilitasi anak-anak di Kota Surabaya untuk terlibat dalam berbagai program, termasuk musyawarah perencanaan daerah.
”Apa yang dimiliki Kota Surabaya untuk anak-anak ada banyak, salah satunya fasilitas di sini (kompleks Alun-alun Surabaya),” kata Ida.
Pada hari kedua, tim CFCI Unicef mengunjungi MTsN 1 Surabaya yang menerapkan program CSEA. Para siswa MTsN bersama SMPN 1 Kota Surabaya dan SMP Santa Maria Surabaya menyambut kedatangan Shema dan tim CFCI di halaman sekolah tersebut.
Selain menjelaskan berbagai kegiatan terkait OCSEA, antara lain aksi-aksi pencegahan #jagabarenglawanOCSEA, para siswa juga menampilkan pertunjukan seni dan budaya. Mereka menampilkan musikalisasi puisi, storytelling, pemutaran film, presentasi Duta Insan Sanmar, dan praktik baik OCSEA dari ketiga sekolah tersebut.
Kunjungan berlanjut ke Rumah Anak Prestasi di Nginden, sebuah tempat yang penuh dengan keceriaan dan semangat anak-anak berkebutuhan khusus (ABK). Anak-anak menyambut tim CFCI dengan pertunjukan musik dan peragaan busana.
Kunjungi puspaga
Untuk mengetahui sejauh mana peran masyarakat dalam mendukung Kota Surabaya menjadi anggota CFCI, tim Unicef mendatangi pusat pembelajaran keluarga (puspaga) di Balai RW 005 Genteng untuk berdialog dengan pihak RW dan ibu-ibu di puspaga tersebut. Sejumlah ibu meneteskan air mata saat menceritakan kasus kekerasan seksual yang menimpa anak-anak di lingkungan mereka.
”Di tempat kami terjadi kasus, anak SD kelas VI usia 12 tahun berkenalan dengan orang dewasa melalui Whatsapp sehingga mengakibatkan dia hamil dan terjadi aborsi. Saat ini anak dalam pendampingan kami dan putus sekolah,” ujar Susi, fasilitator masyarakat dari puspaga di RW 5.
Millen Kidane memberikan dukungan kepada ibu-ibu dan meminta agar kuat menghadapi kasus anak-anak saat ini. ”Gunakan jejaring ini untuk saling mendukung dan melakukan hal baik seperti yang dilakukan selama ini,” kata Millen yang memberikan apresiasi atas kemajuan yang dicapai ibu-ibu di puspaga tersebut dalam melindungi anak-anak.