Studi terbaru dari Columbia University, AS, menunjukkan pola makan sehat dapat mengurangi risiko demensia.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Demensia atau gangguan penurunan fungsi otak, seperti daya ingat, sering dialami orang lanjut usia. Studi terbaru di Columbia University, Amerika Serikat, menyebutkan, pola makan sehat dapat mengurangi risiko demensia dan penurunan laju penuaan.
Laporan hasil penelitian itu telah dipublikasikan di jurnal Annals of Neurology pada Februari 2024. Riset ini menggunakan data Framingham Heart Study dengan melibatkan 1.644 peserta.
Banyak penelitian mengenai demensia berfokus pada bagaimana nutrisi tertentu memengaruhi otak. Dalam riset itu, para peneliti menguji hipotesis pola makan sehat yang dapat melindungi seseorang dari demensia dengan memperlambat laju penuaan biologis tubuh secara keseluruhan.
”Temuan kami menunjukkan bahwa laju penuaan yang lebih lambat memediasi hubungan pola makan sehat dengan berkurangnya risiko demensia. Oleh karena itu, orang yang mengonsumsi makanan yang lebih sehat memiliki kemungkinan lebih kecil terkena demensia,” ujar penulis pertama penelitian itu, Aline Thomas, dilansir dari Sciencedaily.com, Minggu (17/3/2024).
Peneliti menganalisis data dari Framingham Heart Study yang meliputi berbagai hal, di antaranya pola makan, epigenetik, dan tindak lanjut kesehatan yang dilakukan. Dalam setiap kunjungan tindak lanjut itu, pengumpulan data meliputi pemeriksaan fisik, kuesioner terkait gaya hidup, pengambilan sampel darah, dan pengujian neurokognitif.
Dari 1.644 data peserta yang dianalisis, 140 peserta mengalami demensia. Dalam mengukur laju penuaan, para peneliti menggunakan jam epigenetik yang disebut DunedinPACE.
”Jam tersebut mengukur seberapa cepat tubuh seseorang memburuk seiring bertambahnya usia. Ini seperti spidometer untuk proses biologis penuaan,” ujar Daniel Belsky, penulis senior studi yang juga ahli epidemiologi di Columbia University.
Dalam riset itu, para peneliti menguji hipotesis pola makan sehat yang dapat melindungi seseorang dari demensia dengan memperlambat laju penuaan biologis tubuh secara keseluruhan.
Belsky mengatakan, menguji hipotesis penuaan biologis multisistem sebagai mekanisme yang mendasari hubungan pola makan dengan demensia merupakan hal menarik untuk diteliti berikutnya. Riset ini juga menyebutkan, kepatuhan yang lebih tinggi terhadap diet Mediterranean-Dash Intervention for Neurodegenerative Delay akan lebih memperlambat laju penuaan dan mengurangi risiko demensia serta kematian.
”Kami menyarankan agar penelitian observasional tambahan dilakukan untuk menyelidiki hubungan langsung nutrisi dengan penuaan otak. Jika pengamatan kami juga dikonfirmasi pada populasi yang lebih beragam, pemantauan penuaan biologis mungkin dapat menginformasikan pencegahan demensia,” ucapnya.
Beberapa hal terkait hubungan pola makan dengan demensia belum dapat dijelaskan lebih rinci. Oleh karena itu, riset lanjutan tentang mekanisme otak yang lebih spesifik sangat diperlukan agar semakin memperjelas hubungan tersebut.
”Akan tetapi, kami memiliki beberapa bukti kuat bahwa pola makan sehat dapat melindungi seseorang dari demensia. Namun, mekanisme perlindungan ini belum dipahami dengan baik,” ujar profesor ilmu neurologi di Columbia University, Yian Gu.
Penelitian lain oleh American Academy of Neurology, Desember 2023, menunjukkan, orang yang memiliki pola tidur tidak teratur lebih berisiko mengalami demensia. Penelitian ini sekaligus mengingatkan pentingnya mengatur waktu tidur dan gaya hidup sehat untuk mengurangi risiko demensia.
Peneliti menemukan hubungan antara skor keteraturan tidur dan risiko demensia. Risiko demensia paling tinggi terjadi pada orang yang dengan pola tidur paling tidak teratur.