Seharian Tahan Lapar-Haus, Hindari ”Balas Dendam” Saat Berbuka Puasa
Puasa Ramadhan menjadi kesempatan bagi tubuh untuk melakukan detoksifikasi atau membersihkan racun dalam tubuh.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·4 menit baca
Selain sebagai ibadah, puasa juga menjadi kesempatan bagi tubuh untuk beristirahat secara fisik ataupun mental. Puasa sekaligus memberi waktu agar tubuh bisa melakukan detoksifikasi. Proses detoksifikasi merupakan proses menetralkan dan membersihkan racun di dalam tubuh.
Banyak manfaat yang bisa didapatkan dari proses detoksifikasi tubuh. Hal itu mulai dari mengembalikan fungsi metabolisme alami tubuh, membersihkan darah dan cairan tubuh, mencegah peradangan, mempercepat peremajaan sel, serta meningkatkan fungsi kerja organ tubuh, seperti hati, jantung, lambung, usus, dan ginjal.
Jika detoksifikasi dilakukan secara berkelanjutan, manfaatnya akan semakin besar, mulai dari meningkatkan imunitas tubuh, meningkatkan kebugaran, mencegah timbulnya jerawat, hingga meningkatkan sensitivitas pada pikiran dan perasaan seseorang.
Dalam buku Puasa Sambil Detoks: Memurnikan Kembali Body, Mind, and Soul yang ditulis Guru Besar IPB University, Hardinsyah, disebutkan, puasa merupakan detoksifikasi yang paling mudah, murah, dan efektif. Akan tetapi, manfaat nonspiritual dari puasa Ramadhan tersebut bisa didapatkan apabila puasa dijalankan dengan benar.
Hal yang paling terlihat bahwa puasa Ramadhan dilakukan dengan baik dan benar adalah setelah 5-10 hari berpuasa tubuh akan mengalami adaptasi metabolisme sehingga jumlah asupan makanan akan menurun. Selain itu, biasanya, ketika memasuki minggu kedua atau ketiga puasa Ramadhan, akan mulai dirasakan adanya penurunan berat badan serta keringat cenderung tidak berbau.
Karena itu, jika sudah menjalankan puasa selama beberapa hari, tetapi tidak terjadi perubahan pada tubuh, hal itu bisa menjadi tanda bahwa puasa yang dijalankan perlu diperbaiki.
”Yang paling sering terjadi dan tidak disadari adalah puasa justru jadi momen untuk makan berlebihan. Keadaan ini diperparah jika kita ikut menganut paham 'balas dendam' yang memakan apa saja saat berbuka dan semakin menjadi-jadi saat Lebaran,” tulis Hardinsyah.
Bahkan, menu-menu yang pada hari biasa jarang dikonsumsi pada saat puasa jadi sering dimakan hampir setiap hari. Itu mulai dari kolak, es cendol, gorengan, hingga kue-kue manis. Perilaku itu bukan memberikan dampak baik dari puasa, tetapi malah menimbulkan berbagai risiko penyakit, seperti darah tinggi, kolesterol, maag, diabetes, stroke, dan serangan jantung.
Berbuka puasa
Berbuka menjadi bagian dari ibadah puasa yang penting untuk diperhatikan agar manfaat detoksifikasi bisa dicapai dengan optimal. Usahakan untuk berbuka tepat waktu. Berbuka tepat waktu diharapkan bisa menghindari kecenderungan untuk makan secara berlebihan. Berbuka dengan tertib juga penting untuk memulihkan tenaga setelah sekitar 14 jam berpuasa.
Biasanya, ketika sudah memasuki minggu kedua atau ketiga puasa Ramadan, akan mulai dirasakan adanya penurunan berat badan serta keringat yang cenderung tidak berbau.
Saat berbuka sangat disarankan untuk mengonsumsi air putih lebih dahulu. Air dengan suhu hangat yang relatif sama dengan suhu tubuh lebih baik untuk membantu proses pencernaan. Hindari minuman yang terlalu panas maupun terlalu dingin. Minuman yang terlalu dingin bisa menimbulkan kram pada perut.
Jika sesekali ingin berbuka dengan minuman manis, seperti kolak ataupun es buah, sebaiknya juga tidak terlalu dingin. Konsumsi kopi dan teh sebagai minuman untuk berbuka sebaiknya dihindari pula karena dikhawatirkan dapat melukai lambung.
Hardinsyah, dalam bukunya, mengungkapkan agar mendahulukan makan buah segar ketika berbuka. Buah tersebut bisa dikonsumsi dalam bentuk buah potong ataupun jus tanpa es. Namun, konsumsi buah untuk berbuka jangan berlebihan. Dua sampai tiga potong buah saja cukup. Buah merupakan sumber gula yang baik untuk menggantikan kadar gula darah yang berkurang saat puasa.
Apabila ingin mengonsumsi camilan untuk berbuka, juga sebaiknya tidak berlebihan. Pilih camilan yang tidak banyak mengandung minyak, serta tidak terlalu pedas, terlalu asam, terlalu manis, dan terlalu asin. Rasa berlebihan tersebut bisa berbahaya menimbulkan iritasi pada tenggorokan dan lambung.
Kurma bisa menjadi pilihan yang tepat untuk berbuka puasa. Buah kurma yang sudah masak mengandung gula sederhana yang bisa menjadi sumber energi yang baik bagi tubuh. Disarankan untuk cukup mengonsumsi 2-3 butir kurma saat berbuka.
Pilih kurma yang masih ada salut luarnya sebagai tanda kurma tersebut kaya akan serat. Kurma yang dikonsumsi merupakan kurma yang diawetkan tanpa penambahan apa pun, bukan kurma yang sudah diolah sebagai manisan berlumur gula atau jus kurma.
Beri jeda pula sebelum makan berat dengan melaksanakan shalat Maghrib atau beristirahat sejenak. Istirahat ini bertujuan untuk memberikan kesempatan pada sistem pencernaan untuk mulai bekerja secara perlahan-lahan setelah seharian beristirahat saat puasa.
”Perlu diingat, lakukan berbuka puasa dengan santai. Hindari makan dan minum tergesa-gesa. Itu sebabnya beberapa menit sebelum berbuka sebaiknya kita sudah berada di rumah atau di tempat terbuka,” ucap Hardinsyah.
Manfaat puasa
Berbagai manfaat puasa telah dibuktikan melalui banyak penelitian. Salah satunya dari penelitian terkait implikasi puasa Ramadhan terhadap gangguan saluran pencernaan. Riset yang dipublikasi dalam jurnal Cureus pada 31 Maret 2023 menyebutkan, puasa Ramadhan memiliki dampak positif, mulai dari penurunan massa lemak tubuh hingga penurunan tekanan darah sistolik.
Dalam sistem pencernaan, puasa Ramadhan juga dapat menstabilkan beberapa hormon yang bertanggung jawab untuk mengendalikan napsu makan dan meningkatkan komposisi mikroba usus.
Penelitian lain yang dilakukan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Ari Fahrial Syam dan tim juga menunjukkan manfaat puasa Ramadhan. Hasil studi yang diterbitkan di Jurnal Internasional Endokrinologi dan Metabolisme pada 2016 ini mengungkapkan, puasa Ramadhan berdampak terhadap penurunan berat badan. Ketika berpuasa, kadar lemak pada tubuh akan berkurang.
Dari penelitian yang dilakukan, berat badan, lemak tubuh, indeks massa tubuh, kadar air, dan mineral mengalami penurunan pada subyek yang menjalani puasa Ramadhan. Namun, penelitian itu juga menunjukkan bahwa massa protein pada tubuh tidak mengalami perubahan signifikan.
”Penelitian ini sekaligus menjelaskan manfaat dan keamanan dari puasa Ramadhan. Puasa dapat menurunkan berat badan dan lemak tubuh tanpa mengurangi massa protein tubuh,” kata Ari.