Cakupan Vaksinasi Lansia Rendah, Atasi Kendala dengan Strategi Efektif
Cakupan vaksinasi Covid-19 pada lansia masih rendah. Padahal, lansia merupakan kelompok rentan yang harus mendapatkan perlindungan dari vaksinasi. Pemerintah pun kini masih menanggung biaya vaksinasi untuk lansia.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kelompok masyarakat usia lanjut atau lansia merupakan kelompok rentan yang menjadi prioritas pemerintah dalam program vaksinasi Covid-19. Sekalipun vaksinasi ini gratis, kesadaran untuk mendapatkan vaksinasi masih rendah. Upaya kolaboratif yang efektif dari berbagai pihak perlu dilakukan untuk mendorong cakupan vaksinasi pada lansia.
Ketua Satuan Tugas Imunisasi Dewasa Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (Papdi) Sukamto Koesnoe dihubungi di Jakarta, Kamis (4/1/2024), mengatakan, lansia termasuk kelompok rentan yang harus dilindungi dari penularan Covid-19. Karena itu, vaksinasi perlu diberikan untuk melindungi mereka dari risiko kesakitan dan kematian akibat Covid-19.
“Lansia dan individu dengan komorbid memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami penyakit Covid-19 yang lebih berat. Mereka cenderung akan mengalami komplikasi yang serius, termasuk pneumonia, sindrom pernapasan akut berat, bahkan kematian. Vaksinasi dapat melindungi mereka dari risiko itu,” tuturnya.
Sukamto menambahkan, vaksinasi juga dapat melindungi lansia dari risiko perawatan di rumah sakit. Dengan vaksinasi, risiko rawat inap di rumah sakit dapat berkurang secara signifikan. Risiko terjadinya komplikasi penyakit dalam jangka panjang pun dapat dicegah.
Sejumlah pasien Covid-19 yang sembuh dilaporkan mengalami komplikasi jangka panjang atau “long Covid-19”. Gejala yang muncul, antara lain, kelelahan kronis, gangguan pernapasan, gangguan kognitif, dan gangguan jantung. “Vaksinasi dapat membantu mengurangi risiko komplikasi jangka panjang ini,” katanya.
Itu sebabnya lansia yang tidak mendapatkan vaksinasi Covid-19 dosis lengkap serta dosis penguat (booster) dapat menghadapi risiko yang lebih tinggi akibat infeksi Covid-19. Penularan yang terjadi bisa lebih parah dengan komplikasi yang serius, bahkan hingga kematian.
Lansia yang tidak mendapatkan vaksinasi juga menjadi sumber penularan bagi orang lain, termasuk kelompok rentan lain, seperti lansia lain atau individu dengan sistem kekebalan yang lemah. Lansia harus dipastikan mendapatkan dosis lengkap agar terlindungi dari risiko penularan dan menularkan ke orang lain.
Sesuai dengan rekomendasi PAPDI, lansia dan masyarakat dengan komorbid sebaiknya mendapatkan vaksinasi dosis penguat (booster) Covid-19 setiap enam bulan. Pada usia dewasa lain, yakni usia muda di atas 18 tahun dengan komorbid dan penyandang obesitas perlu mendapat dosis lanjutan setiap 12 bulan. Pada ibu hamil dosis lanjutan diberikan satu kali selama masa kehamilan. Sementara pada tenaga kesehatan dan petugas yang kerap berhubungan dengan pasien mendapatkan dosis penguat setiap 12 bulan sekali.
Cakupan rendah
Sukamto menuturkan, sekalipun vaksinasi Covid-19 pada lansia amat penting serta ditanggung oleh pemerintah, cakupan yang tercapai masih sangat rendah. Data Kementerian Kesehatan, seperti yang dikutip dari laman vaksin.kemkes.go.id, vaksinasi Covid-19 dosis lengkap hingga dosis kedua mencapai 70,36 persen dari total sasaran. Namun, dosis penguat pertama hanya 33,93 persen dari total sasaran dan dosis penguat kedua hanya 2,46 persen. Total sasaran pada kelompok lansia sebanyak 21,5 juta orang.
Menurut Sukamto, rendahnya cakupan vaksinasi Covid-19 pada lansia bisa terjadi karena berbagai faktor. Antara lain, aksesibilitas yang sulit, terutama bagi lansia yang tinggal di daerah yang jauh dari fasilitas vaksinasi, penggunaan teknologi yang terbatas untuk melakukan pendaftaran, mobilitas yang terbatas akibat kondisi kesehatan, adanya ketakutan dan kekhawatiran untuk divaksinasi, kurangnya informasi dan edukasi mengenai pentingnya vaksinasi Covid-19, serta adanya keterbatasan pasokan vaksin di sejumlah wilayah.
Untuk mengatasi kendala tersebut, upaya kolaboratif antara pemerintah, tenaga medis, dan masyarakat sangat diperlukan untuk meningkatkan cakupan vaksinasi Covid-19 pada lansia.
Lansia dan individu dengan komorbid memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami penyakit Covid-19 yang lebih berat.
Sukamto mengatakan, upaya untuk meningkatkan cakupan vaksinasi pada lansia dapat dilakukan melalui kampanye informasi dan edukasi yang akurat, jelas, dan mudah dipahami terkait vaksinasi Covid-19. Pendekatan persoalan juga dapat dilakukan dengan melibatkan tenaga medis dan relawan agar penjelasan mengenai pentingnya vaksinasi dapat diterima dengan baik oleh lansia. Hal ini sekaligus untuk meningkatkan kepercayaan kepada lansia mengenai keamanan vaksin.
“Penting juga untuk memastikan lansia memiliki akses yang mudah dan nyaman ke tempat vaksinasi. Ini dapat mencakup penyediaan fasilitas vaksinasi yang dekat dengan tempat tinggal lansia, transportasi yang terjangkau, atau bahkan dengan pelaksanaan vaksinasi di rumah bagi lansia yang memiliki keterbatasan mobilitas,” ujarnya.
Pemberian insentif berupa hadiah kecil, diskon atau keuntungan khusus, serta penghargaan dapat dilakukan pula sebagai upaya meningkatkan motivasi lansia untuk mendapatkan vaksinasi. “Penerapan strategi itu harus didukung oleh kerja sama antara pemerintah, tenaga medis, komunitas, dan keluarga lansia,” kata Sukamto.
Secara terpisah, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi menyampaikan, pemerintah saat ini masih mempersiapkan petunjuk teknis penerapan vaksinasi Covid-19 program pemerintah.
Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 2193 Tahun 2023 tentang Pemberian Imunisasi Covid-19 Program, imunisasi Covid-19 program yang ditanggung pemerintah hanya untuk kelompok lanjut usia, lanjut usia dengan komorbid, dewasa dengan komorbid, tenaga kesehatan yang bertugas di garda terdepan, ibu hamil, dan kelompok usia lain dengan gangguan sistem imun tubuh.