Upaya Dongkrak Vaksinasi Warga Lansia Tergantung Pemda
Cakupan vaksinasi Covid-19 dosis penguat bagi warga lansia masih belum mencapai target. Terobosan baru perlu diupayakan pemerintah daerah untuk meningkatkan cakupan vaksinasinya.
Oleh
WILLY MEDI CHRISTIAN NABABAN
·4 menit baca
KOMPAS/RADITYA HELABUMI
Tenaga medis memeriksa kesehatan warga lansia sebelum menerima suntikan vaksin Covid-19 penguat kedua dalam vaksinasi di Kantor Wali Kota Jakarta Pusat, Jakarta, Rabu (25/1/2023).
JAKARTA, KOMPAS — Langkah khusus seperti mendatangi langsung warga lansia untuk vaksinasi Covid-19 dosis penguat diserahkan pada kebijakan setiap pemerintah daerah. Upaya maksimal perlu ditempuh untuk meningkatkan cakupan vaksinasi minimal 70 persen dari 21,55 juta warga lansia.
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengatakan, upaya menjemput bola atau mendatangi warga lansia secara langsung tergantung pada kebijakan daerah masing-masing. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memaksimalkan peran kader kesehatan atau kader desa.
”(Imbauan ke daerah berupa) Target vaksinasi warga lansia baik dosis lengkap maupun dosis penguat minimal 70 persen,” ujarnya saat dihubungi di Jakarta, Rabu (25/1/2023).
Merujuk data Kementerian Kesehatan hari ini, jumlah warga lansia yang menerima vaksin Covid-19 dosis penguat pertama baru 7,24 juta orang (33,62 persen) atau bertambah 0,01 persen dari kemarin. Adapun dosis penguat kedua bagi warga lansia baru menyasar 415.282 orang (1,93 persen) atau meningkat 0,02 persen dari kemarin. Jumlah ini masih sangat jauh di bawah target minimal yang harus dicapai, yakni 70 persen dari total 21,55 juta warga lansia.
Laju vaksinasi Covid-19 nasional menurun dari rata-rata 61.916 suntikan per hari pada Desember 2022 menjadi 27.263 suntikan per 18 Januari 2023. Secara spesifik, baru 10 dari 34 provinsi yang vaksinasi dosis lengkap warga lansianya mencapai 70 persen. Padahal, vaksinasi dosis penguat mensyaratkan vaksinasi dosis lengkap (suntikan pertama dan kedua) terlebih dahulu (Kompas, 25/1/2023).
Kepala Dinas Kesehatan Bali I Nyoman Gede Anom menuturkan, pihaknya akan mendatangi setiap warga lansia setempat secara door-to-door untuk mencapai target. Hal ini karena capaian vaksinasi warga lansia di Bali masih rendah. Selain itu, kedatangan wisatawan mancanegara yang semakin meningkat membuat perlindungan pada warga lansia semakin krusial.
Gejala lanjutan ( long Covid) banyak ditemukan pada pasien berusia 40 tahun ke atas, memiliki komorbid, dan pasien dengan dampak Covid-19 yang berat.
”Warga lansia di Bali cenderung sudah merasa aman karena Covid-19 melandai. Hal ini membuat minat mereka untuk divaksin semakin menurun,” katanya.
Sementara itu, Kepala Seksi Surveilans Epidemiologi dan Imunisasi Dinas Kesehatan DKI Jakarta Ngabila Salama menyebutkan, belum ada upaya mendatangi langsung warga lansia untuk vaksinasi. Namun, pihaknya berkoordinasi dengan pemangku kepentingan di tingkat RT, RW, kader, dan pemuka agama yang bersentuhan langsung dengan masyarakat.
”Memang masih jauh dari target yang ditetapkan. Oleh karena itu, kami mengimbau pimpinan perusahaan untuk mendorong karyawan dan keluarga, khususnya warga lansia, agar segera vaksinasi Covid-19 dosis lengkap maupun dosis penguat,” tuturnya.
Menurut Ketua Umum Perhimpunan Gerontologi Medik Indonesia (Pergemi) Siti Setiati, rendahnya cakupan vaksinasi dosis penguat warga lansia disebabkan pemahaman yang minim tentang vaksinasi serta rasa bosan dan lelah karena terkurung selama pandemi.
Selain itu, rendahnya cakupan vaksinasi penguat bagi warga lansia bisa juga karena kekhawatiran efek pascavaksinasi. Masih ada kekhawatiran warga lansia bahwa vaksin Covid-19 menyebabkan demam, lemas, atau tidak enak badan.
”Masalah utamanya terletak pada minimnya pemahaman dan misinformasi. Hal ini dapat diantisipasi dengan menggalakkan penyebaran informasi melalui berbagai kanal media,” ungkapnya.
Langkah lain yang dapat ditempuh ialah mendatangi warga lansia secara langsung. Upaya jemput bola ini dapat melibatkan lembaga pemerintah dan non-pemerintah, seperti Ikatan Dokter Indonesia (IDI). ”Semangat yang dibawa harus semangat kolaborasi agar seluruh warga lansia dapat terlindungi,” katanya.
”Long Covid”
Ketua Umum Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Agus Dwi Susanto mengutarakan, dampak Covid-19 pada warga lansia cenderung lebih parah ketimbang pada orang usia muda. Pada saat memasuki usia lanjut, kondisi imunitas seseorang akan menurun.
Hal yang sama juga berlaku untuk long Covid ataugejala lanjutan akibat infeksi Covid-19, seperti kelelahan, sesak napas, dan disfungsi kognitif. Hasil penelitiannya pada 2022 menemukan, 66 persen dari 256 pasien Covid-19 mengalami long Covid.
”Gejala lanjutan (long Covid) banyak ditemukan pada pasien berusia 40 tahun ke atas, memiliki komorbid, dan pasien dengan dampak Covid-19 yang berat,” kata Agus.
Oleh karena itu, vaksinasi Covid-19 terutama dosis penguat berperan krusial untuk menekan dampak infeksi virus korona. Adapun tiga hal penting bagi warga lansia meliputi vaksinasi, deteksi dini, dan pengobatan yang sesuai.