TNI AL Gelar Pertunjukan Teater Jalasena Laksamana Malahayati
Laksamana Malahayati akan diperankan oleh Marcella Zalianty. Dia ingin semangat panglima angkatan laut pertama di dunia ini menjadi simbol pengingat kekuatan maritim Indonesia.
Oleh
STEPHANUS ARANDITIO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — TNI Angkatan Laut akan menggelar pertunjukan teater yang mengangkat sosok Laksamana Malahayati, seorang panglima angkatan laut pertama di dunia dari Kesultanan Aceh Darussalam di abad ke-16. Pergelaran seni bertajuk ”Jalasena Laksamana Malahayati” ini digelar di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jakarta pada 8 dan 9 September 2023.
Kepala Staf TNI Angkatan Laut (Kasal) Laksamana Muhammad Ali mengatakan, kisah hidup dan sejarah Laksamana Malahayati selalu menginspirasi kekuatan maritim Indonesia. Khususnya terkait penggunaan kekuatan berbasis maritim dalam menjaga kedaulatan dan membangun perekonomian di samping pembangunan infrastruktur maritim, diplomasi maritim, dan kekuatan armada laut.
”Memasuki usianya ke-78 pada 10 September 2023, TNI AL menjadikan kisah heroik perjuangan Laksamana Malahayati bersama Laskar Inong Balee, sebuah kesatuan yang berisikan lebih dari 2.000 prajurit perempuan, dalam mengusir bangsa asing dari Tanah Rencong sebagai inspirasi,” kata Ali, Kamis (7/9/2023).
Sejumlah aktor Tanah Air terlibat dalam pergelaran ini, seperti Marcella Zalianty sebagai produser sekaligus pemeran Laksamana Malahayati, Arswendi Bening sebagai Sultan Aceh, Cut Mini yang memerankan sosok ibu Laksamana Malahayati, Teuku Rifnu Wikana sebagai suami Malahayati, serta Aulia Sarah sebagai Cut Limpah. Mereka akan disutradarai oleh Iswandi Pratama dibantu Jay Subiyakto selaku penata artistik dan Toro Arto sebagai pimpinan produksi.
Sembilan prajurit Korps Wanita Angkatan Laut (Kowal) bersanding dengan pemain-pemain teater dari kelompok ternama, di antaranya Teater Koma dan Wayang Orang Bharata. Mereka berlatih sejak pertengahan Juli 2023 di Gelanggang Olahraga Mabes TNI AL Cilangkap, Jakarta. Pementasan diadakan pada 8 September 2023 (khusus TNI) dan 9 September 2023 (umum) pukul 14.00-15.30 dan 20.00-21.30.
”Ini akan menjadi suatu tontonan yang berbeda dari pementasan yang pernah dibuat di Tanah Air. Tokoh Laksamana Malahayati ini simbol bahwa kita ini negara maritim. Identitas ini mungkin hilang ditelan waktu, kita perlu menyadari kembali bahwa kita ini negara maritim dan Aceh pernah menjadi kota dengan semangat maritim yang tinggi,” kata Marcella.
Selain adegan pertempuran kolosal yang menggambarkan prajurit Inong Balee dengan serdadu asing, ditampilkannya pula replika kapal perang ke atas panggung pertunjukan. Replika kapal perang ini merupakan hasil riset Jay Subiyakto dan menghasilkan sebuah bentuk kapal yang terbuat dari rangka baja berukuran tinggi 3,5 meter dan panjang 10 meter yang dapat dibongkar pasang.
Mereka akan tampil di panggung utama Graha Bhakti Budaya selebar 12 meter dan panjang 18 meter yang akan memberi dinamika tersendiri bagi penata artistik yang pernah menampilkan musikal Laskar Pelangi pada 2010 ini. Dengan dukungan immersive sound system dan tata cahaya berkekuatan 130.000 watt dipadu dengan set multimedia untuk menguatkan visual panggung, Jay juga melengkapinya dengan struktur rumah panggung khas Aceh yang sarat makna dan Istana Kesultanan Aceh Darussalam yang ia desain layaknya bangunan dalam ukuran normal.
”Buat saya ini suatu tantangan yang berat karena harus memberikan yang terbaik untuk TNI AL, di mana ayah saya dulu (Laksamana Subiyakto) menjadi Kasal 1948-1959. Ini menarik bagi anak muda untuk tahu sejarah bahwa di abad ke-16 pun sudah ada kesetaraan jender di Aceh,” kata Jay.
Semangat pantang menyerah Laksamana Malahayati selalu mengilhami TNI AL, salah satunya dengan membentuk Kowal pada 1963 silam. Bahkan, sejak 2013, Akademi Angkatan Laut mulai menempa taruni agar kelak lahir lebih banyak lagi Laksamana Malahayati di era modern.
TNI AL pun turut menyematkan nama Laksamana Malahayati yang merupakan pahlawan nasional pada salah satu kapal perang yang masih beroperasi sampai hari ini, KRI Malahayati-362, yang memperkuat Komando Armada III di Sorong, Papua Barat. Selain menjadikan sebagai nama alutsista, ”Malahayati” turut dipakai untuk penamaan sejumlah kesatrian, gedung, dan jalan di Kompleks TNI AL, bahkan di Markas Besar TNI pun terdapat sarana dan prasarana yang diberi nama Malahayati.