Laksamana Malahayati Jadi Inspirasi TNI AL Perkuat Maritim
Sejarah nasional membuktikan peran perempuan di dunia militer bukan hal baru. ”Reputasi Malahayati tak terbantahkan dalam sejarah maritim Indonesia,” ungkap Kepala Staf TNI AL Laksamana Muhammad Ali.
Oleh
WILLY MEDI CHRISTIAN NABABAN
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Figur Laksamana Malahayati, mantan Panglima Angkatan Laut Kesultanan Aceh, menginspirasi TNI Angkatan Laut untuk terus memperkuat poros maritim. Malahayati memiliki paket lengkap dalam menjalankan fungsi TNI AL. Hal itu mencakup pertahanan militer, penegakan hukum, dan diplomasi.
Malahayati merupakan salah seorang perempuan pahlawan nasional. Pada 1599, ia memimpin sekitar 2.000 anggota pasukan dari laskar Inong Balee, AL Kesultanan Aceh, yang terdiri dari perempuan dan janda, berperang melawan Belanda. Dalam pertempuran satu lawan satu di geladak kapal, Malahayati membunuh Cornelis de Houtman dan menangkap Frederick de Houtman.
Kepala Staf TNI AL Laksamana Muhammad Ali berpandangan, teladan Malahayati terus menginspirasi penguatan maritim. Kejayaan maritim masa lalu bisa dijadikan proyeksi pembangunan kekuatan di masa depan. Kekuatan itu meliputi pembangunan infrastruktur maritim, regulasi perdagangan, diplomasi, hingga pengembangan armada.
”Reputasi Malahayati tak terbantahkan dalam sejarah maritim Indonesia. Namanya tercatat dalam manuskrip kuno Eropa dan China. Ia juga kerap terlibat pertempuran laut dan ekspedisi militer skala besar,” ujar Ali dalam bincang sejarah secara hibrida di atas Kapal Perang RI (KRI) Banda Aceh 593 yang berlabuh di Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (18/8/2023).
Kegiatan itu turut diikuti oleh pengamat pertahanan dan intelijen Susaningtyas Nefo Handayani Kertapati, Deputi V Kantor Staf Presiden (KSP) Jaleswari Pramodhawardani, dan wartawan senior harian Kompas Edna Caroline Pattisina. Hadir pula Wali Kota Jakarta Utara Ali Maulana Hakim dan jajaran pejabat utama Markas Besar TNI AL.
Selain berperang, Malahayati juga dikenal sebagai figur yang andal dalam diplomasi. Ia menjalin kerja sama dengan Inggris dan Turki—untuk kepentingan Kesultanan Aceh pada masa itu—demi membendung pengaruh Spanyol dan Belanda di Selat Malaka.
Belajar dari figur Malahayati, keterlibatan perempuan dalam dunia militer bukanlah hal baru. Perempuan bisa menjadi pemimpin yang efektif bahkan dalam kalangan tradisional yang didominasi laki-laki. Karena itu, perempuan perlu diberikan ruang seluas-luasnya dalam tubuh TNI.
Dari figur Malahayati, lanjut Ali, TNI AL belajar taktik dan strategi armada kapal, perang laut, hingga metode penggalangan masyarakat. Sebelum dikukuhkan sebagai pahlawan nasional, Malahayati juga menginspirasi pembentukan Korps Wanita AL (Kowal) pada 1963.
”Sejak 2013, akademi AL terus menempa Taruni yang kelak bisa menjadi sosok Laksamana Malahayati modern, yang sama kinerjanya seperti masa Kesultanan Aceh,” ucapnya.
Ali menegaskan, negara maju saat ini merupakan negara yang berhasil membangun kekuatan maritimnya. Negara-negara tersebut kini berpengaruh besar dalam percaturan politik dan ekonomi dunia. Menurut dia, Indonesia dahulu sangat kuat dari segi maritim. Hal itu ditunjukkan oleh catatan sejarah mengenai Kerajaan Majapahit dan Sriwijaya.
Ke depan, TNI AL akan memperkuat fungsi universal, yakni pertahanan militer, diplomasi, penegakan hukum, dan bantuan sosial bagi masyarakat sipil. Seluruh fungsi tersebut terdapat dalam figur Malahayati.
Menurut Jaleswari, keterlibatan perempuan belum optimal terekam dalam tubuh TNI. Hasil rekapitulasi prajurit TNI 2022 mencatat, terdapat 444.133 personel TNI aktif. Namun, hanya ada 8.850 personel perempuan yang 3.000 orang di antaranya berasal dari Kowal.
”Artinya, TNI baru terdiri atas 2 persen personel perempuan. Secara spesifik, TNI AL terdiri atas 4 persen perempuan. Tingkat partisipasi perempuan di TNI lebih rendah dari beberapa negara, misalnya India 3 persen, Inggris 10 persen, dan Afrika Selatan 7 persen,” ungkapnya.
Belajar dari figur Malahayati, keterlibatan perempuan dalam dunia militer bukanlah hal baru. Perempuan bisa menjadi pemimpin yang efektif bahkan dalam kalangan tradisional yang didominasi laki-laki. Karena itu, perempuan perlu diberikan ruang seluas-luasnya dalam tubuh TNI.
Sementara itu, Susaningtyas Nefo Handayani Kertapati menyampaikan, visi Indonesia sebagai poros maritim dunia merupakan hal yang fundamental. Hal itu tidak dapat dicapai oleh TNI AL saja, tetapi perlu keterlibatan unsur kementerian dan lembaga lainnya.
Berbagai catatan kekuatan maritim Indonesia pada masa lalu harus bisa diulang. Segala potensi yang dimiliki Indonesia perlu dimanfaatkan agar RI disegani di kawasan, misalnya dengan memanfaatkan posisi negara yang ada di persimpangan Samudra Hindia dan Pasifik.
Menurut Susaningtyas, 40 persen dari perdagangan dunia melewati Indonesia. Sebanyak 70 persen potensi perikanan dunia terdapat di Samudra Pasifik dan Indonesia memasok 30 persen dari produk perikanan dunia.
Ada pula peningkatan industri perkapalan dengan penjaminan rantai pasok bahan baku dan komponen kapal dari industri lainnya. Terakhir, menginterpretasikan jalur Asia Tenggara dan China Belt and Road Initiative untuk memaksimalkan nilai tambah dari hasil perdagangan.
”Potensi ini harus dimanfaatkan sebagai subyek kekuatan utama kawasan, bukan sekadar obyek atau proxy dari bangsa lain,” jelasnya.
Untuk mencapai poros maritim dunia, Indonesia perlu meningkatkan infrastruktur pelabuhannya. Susaningtyas menyebut data Indeks Kinerja Logistik yang dirilis Bank Dunia pada 2023 menunjukkan Indonesia turun peringkat menjadi ke-63 dari 139 negara. Padahal, pada 2018, Indonesia berada di peringkat ke-46 dari 167 negara.
Selain infrastruktur, optimalisasi dan digitalisasi sistem pelayaran, navigasi, hingga manajemen pelabuhan diperlukan. Hal ini untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas fasilitas yang ada agar konektivitas antarwilayah dapat terjamin.
”Ada pula peningkatan industri perkapalan dengan penjaminan rantai pasok bahan baku dan komponen kapal dari industri lainnya. Terakhir, menginterpretasikan jalur Asia Tenggara dan China Belt and Road Initiative untuk memaksimalkan nilai tambah dari hasil perdagangan,” tutur Susaningtyas.