Pembangunan bendungan memiliki banyak manfaat. Namun, adanya bendungan pada sungai bisa menghalangi migrasi ikan sehingga siklus hidup ikan terancam. Karena itu, jalan ikan perlu dibangun.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·5 menit baca
Indonesia memiliki biodiversitas ikan air tawar yang tinggi. Setidaknya ada 1.300 spesies ikan air tawar di Indonesia. Keragaman itu terbesar kedua di dunia setelah Brasil. Kekayaan biodiversitas tersebut patut untuk dijaga sebagai sumber ketersediaan pangan sekaligus benteng pertahanan terhadap perubahan iklim.
Akan tetapi, pembangunan yang semakin gencar saat ini membuat keragaman ikan air tawar tersebut semakin terancam. Hal tersebut terutama terkait dengan pembangunan bendungan maupun bendung di sejumlah wilayah. Bendung berfungsi untuk irigasi sehingga permukaan air ditinggikan, sedangkan bendungan merupakan waduk.
Bendungan memiliki banyak manfaat bagi kehidupan masyarakat, mulai dari irigasi pertanian, penyediaan air minum, pembangkit listrik, serta rekreasi. Namun, di balik berbagai manfaat tersebut, pembangunan bendungan bisa berdampak pada kehidupan populasi ikan di sungai.
Meski demikian, keberadaan bendungan dapat menghambat kegiatan migrasi ikan. Berbagai jenis ikan tidak mampu melewati pembatas bendungan sehingga siklus hidupnya pun terganggu. Padahal, dari 1.300 spesies ikan di Indonesia, hampir 80 persen di antaranya melakukan migrasi, baik untuk pemijahan, mencari makan, maupun mencari daerah yang sesuai untuk berkembang.
Kepala Pusat Riset Konservasi Sumber Daya Laut dan Perairan Darat Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Arif Wibowo, di Jakarta, Sabtu (19/8/2023), menuturkan, isu konektivitas menjadi persoalan yang dihadapi pada perkembangan ikan air tawar di Indonesia. Sungai yang dimodifikasi dengan pembangunan bendungan membuat migrasi ikan terganggu. Hal ini mengakibatkan sumber daya ikan di sungai tersebut menjadi berkurang.
”Kalau sungai tidak dibangun bendungan, 30 tahun ke depan biomassa ikan bisa sampai 100 persen. Namun, kalau dibangun bendungan hanya tersisa 20 persen. Selain itu, 100 persen ikan yang hidup bermigrasi akan hilang,” tuturnya.
Salah satu ikan air tawar yang hidup bermigrasi adalah ikan sidat. Ikan tersebut melakukan pemijahan di laut, kemudian berkembang dan hidup di sungai. Jika jalur migrasi dari ikan sidat terhalang oleh bendung, dikhawatirkan jenis ikan tersebut menjadi sulit ditemukan di Indonesia.
Peneliti di BRIN Dwi Atminarso, dalam keterangan pers yang terbit pada 17 Maret 2023, menuturkan, hasil penelitian yang dilakukannya tentang Bendungan Perjaya di Sungai Komering, Sumatera Selatan, menunjukkan adanya dampak pembangunan bendungan terhadap penurunan spesies ikan. Pembangunan bendungan di Sungai Komering telah berdampak pada penurunan spesies ikan dari sebelumnya sekitar 50 spesies menjadi 38 spesies.
”Bendungan di Sungai Komering menghalangi jalur migrasi ikan. Ada kebutuhan untuk memastikan bahwa pengembangan sungai tidak berdampak pada perikanan,” katanya.
”Fishway”
Arif menyampaikan, pembangunan bendung ataupun bendungan tidak mungkin dihentikan karena kebutuhan masyarakat semakin tinggi. Untuk itu, solusi berupa inovasi diperlukan untuk memastikan bendungan tetap bisa dibangun, tetapi tidak mengganggu siklus hidup ikan.
Inovasi berupa fishway atau jalan ikan menjadi salah satu cara yang ditawarkan. Fishway atau jalan ikan ini merupakan bangunan yang dapat digunakan sebagai jalan ikan untuk melewati bangunan melintang sungai, seperti bendung atau bendungan. Selain fishway, ada pula fishtrack dan fishladder atau tangga ikan yang berfungsi sebagai tangga bagi ikan untuk berenang dari hilir ke hulu atau sebaliknya.
Menurut Arif, adanya bangunan jalan khusus ikan di bendungan bisa menjadi solusi yang baik terhadap aktivitas perikanan serta pembangunan sistem irigasi dan pembangkit listrik di sungai. Diharapkan pembangunan jalan khusus ikan ini bisa lebih masif di Indonesia.
Saat ini, jumlah bendungan yang dilengkapi dengan fishway di Indonesia sangat minim. Dari sekitar 1.300 bendungan hanya ada tiga bendungan dengan fishway, yakni bendungan di Sungai Musi (Sumatera Selatan), Sungai Batanghari (Jambi), dan Sungai Poso (Sulawesi Tengah).
Pembangunan jalan khusus ikan yang belum masif di Indonesia disebabkan oleh berbagai tantangan. Kurangnya kesadaran akan pentingnya menjaga biodiversitas ikan air tawar salah satu tantangannya. Hal itu menyebabkan pembangunan jalan khusus ikan tidak masuk dalam rencana pembangunan bendungan atau bendung.
Selain itu, regulasi yang mengatur kewajiban adanya fishway pada pembangunan bendungan juga belum tersedia. Aturan turunan untuk kewajiban pembangunan fishway diharapkan bisa segera terealisasi dengan adanya Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2023 tentang Pengarusutamaan Pelestarian Keanekaragaman Hayati dalam Pembangunan Berkelanjutan.
Arif menyampaikan, tantangan lainnya adalah adanya pertimbangan anggaran dalam pembangunan. Untuk membangun jalur khusus ikan setidaknya dibutuhkan tambahan sekitar 10 persen dari total anggaran pembangunan bendungan.
Namun, anggaran tersebut seharusnya bukan jadi persoalan sebab manfaat yang didapatkan dengan adanya jalan khusus ikan jauh lebih besar. ”Setidaknya 10 persen dari biaya bendungan yang digunakan untuk pembangunan fishway itu benefit cost-nya bisa kembali setelah delapan tahun. Itu akan berkelanjutan karena jumlah ikan tetap terjaga dan tidak ada ikan yang hilang,” tuturnya.
Spesifik
Arif menyampaikan, inovasi fishway bukan hal yang pertama di dunia. Sejumlah negara sudah menerapkan fishway dalam pembangunan bendung ataupun bendungan. Namun, penelitian tetap dibutuhkan untuk setiap pembangunan fishway di suatu wilayah. Sebab, pembangunan fishway spesifik bergantung pada lokasi pembangunan.
Sebelum membangun fishway perlu memperhatikan, antara lain keragaman jenis ikan yang tinggal di sungai tersebut, termasuk pada ukuran, biomassa, serta pola hidup ikan ketika migrasi. Selain itu, pembangunan fishway di suatu wilayah juga perlu memperhatikan hidrodinamika air, kecepatan aliran air, ketinggian air, serta pola air di setiap musim.
Kombinasi antara data ikan dan data air diperlukan untuk membangun sebuah jalan khusus ikan. Oleh karena itu, sistem fishway di satu wilayah tidak dapat langsung ditiru di wilayah lain. Bentuk serta komponen dari bangunan fishway harus bisa mengakomodasi kondisi di wilayah tersebut.
Deputi Bidang Kebijakan Pembangunan BRIN Mego Pinandito menuturkan, riset dan inovasi mengenai fishway akan terus dikembangkan. Riset ini diperlukan untuk membantu menjaga keseimbangan sistem irigasi dan ekosistem ikan perairan darah, terutama untuk membantu migrasi ikan dalam mempertahankan siklus hidupnya.
”Ikan menjadi sumber pangan penting bagi masyarakat sehingga perlu dilestarikan. Ikan khususnya air tawar, memiliki life cycle migrasi dari hulu ke hilir. Sebaiknya, perencanaan sistem irigasi harus memperhatikan keberlangsungan hidup ikan,” katanya.