Perusahaan Didorong Ajak Karyawan Tak Gunakan Plastik Sekali Pakai
Diperkirakan 4,8-12,7 metrik ton plastik berada di lautan setiap tahun dan 80 persen di antaranya berasal dari darat.
Oleh
Stephanus Aranditio
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Perusahaan-perusahaan di Indonesia didorong untuk membuat kebijakan internal untuk pengelolaan sampah plastik yang ditimbulkan dari aktivitas pekerjaan sehari-hari. Dengan begitu, korporasi turut berkontribusi mengubah pola hidup masyarakat agar lebih sadar akan kelestarian lingkungan hidup.
Direktur Climate and Market Transformation Yayasan WWF Indonesia, Irfan Bakhtiar, mencontohkan, salah satu hal kecil yang bisa dilakukan perusahaan adalah melarang penggunaan botol plastik sekali pakai di lingkungan kantor, lalu mewajibkan semua pegawainya untuk beralih ke botol isi ulang. Perusahaan juga wajib menyediakan akses air minum di kantornya.
”Kesadaran akan lingkungan itu tidak bisa hanya dengan mengingatkan, butuh kebijakan atau regulasi. Walaupun bukan perusahaan yang memproduksi plastik, tetapi kebanyakan juga menjadi pengguna,” kata Irfan dalam diskusi bersama PT Blue Bird di Kantor Blue Bird, Jakarta Selatan, Rabu (15/8/2023).
Selain itu, perusahaan juga harus memilah sampah berdasarkan jenisnya, yakni sampah organik, sampah anorganik, dan sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3). Maka dari itu, perlu penyediaan tempat sampah tiga pilah, serta memastikan pemilahan sampah tetap terjaga sampai ke tempat pembuangan akhir.
Menurut Irfan, jika perusahaan berani tegas menerapkan pembatasan penggunaan plastik di lingkungan kerjanya mereka turut berkontribusi mendukung program pemerintah untuk mencapai target Indonesia Bersih Sampah 2025. Target ini berupaya mengurangi sampah di hulu sebesar 30 persen dan penanganan sampah sebesar 70 persen pada 2025.
Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, total timbulan sampah di Indonesia pada 2022 mencapai 33,1 juta ton dan 18.01 persen merupakan sampah plastik. Diperkirakan antara 4,8-12,7 metrik ton plastik terakumulasi di lautan setiap tahun, 80 persen di antaranya diyakini berasal dari sumber berbasis darat, sedangkan 20 persen sisanya dari sumber berbasis laut, seperti dari perikanan dan industri perkapalan.
Selama ini, kampanye gerakan pengurangan sampah plastik hanya terfokus di komunitas masyarakat dan rumah tangga. WWF dengan program Plastic Smart Cities-nya telah berjalan sejak tahun 2021 di tiga area urban, yaitu DKI Jakarta, Kota Depok, dan Kota Bogor.
Salah satu perusahaan yang sudah menerapkan kebijakan pengurangan sampah plastik adalah PT Blue Bird. Perusahaan taksi ini memulai gerakan ini dengan mewajibkan sebanyak 1.500 pengemudi di wilayah DKI Jakarta membawa botol isi ulang di mobil selama bekerja.
Ribuan pengemudi ini diharapkan bisa menyebarkan kampanye pengurangan penggunaan plastik sekali pakai kepada setiap penumpang yang menggunakan jasanya. Dengan begitu, semua masyarakat atau minimal pengguna jasa mereka mulai mengubah perilaku demi menyelamatkan lingkungan hidup.
”Kami ingin semakin meningkatkan kesadaran pengemudi dan karyawan secara bertahap untuk mengubah perilaku mereka, agar dapat menjadi pribadi yang mendorong perbaikan kualitas lingkungan, terlebih mereka juga dapat menjadi agen perubahan karena mereka akan melayani banyak pelanggan setiap hari,” kata Mediko Azwar, Kepala Pemasaran PT Blue Bird.
Gerakan ini akan diperluas kepada lebih dari 8.000 pengemudi mereka di seluruh Indonesia agar lebih bertanggung jawab dalam menggunakan kemasan plastik sekali pakai sehingga berpotensi mengurangi lebih dari 120 ton botol plastik setiap tahun. Mereka juga memberdayakan karyawannya untuk mendaur ulang sampah plastik menjadi barang yang bisa dijual kembali.