Ketika Pandawara Menginisiasi Bersih-bersih Pesisir Lampung
Gerakan bersih-bersih sampah di pesisir Kota Bandar Lampung pada Senin (10/7/2023) disambut ribuan orang. Kesadaran untuk mengatasi persoalan sampah yang berserakan dan mengotori laut ini digerakkan oleh anak-anak muda.
Oleh
VINA OKTAVIA
·5 menit baca
Jam menunjukkan pukul 07.00 WIB ketika ratusan orang mulai berdatangan ke pesisir perkampungan nelayan di Jalan Ikan Selar, Sukaraja, Kecamatan Bumiwaras, Kota Bandar Lampung. Meski mendung gelap dan hujan, semangat warga Lampung untuk mengikuti gerakan bersih-bersih sampah di pesisir hari itu tak surut.
Semakin siang, jumlah orang yang hadir di sana justru semakin banyak, mencapai ribuan orang. Tak hanya anak-anak muda dan warga sekitar, gerakan bersih-bersih sampah kawasan pesisir itu juga diikuti berbagai pihak. Polisi, TNI, Pemerintah Kota Bandar Lampung, hingga Pemerintah Provinsi Lampung ikut membersihkan sampah.
Meski hujan mengguyur, semangat ribuan sukarelawan juga tak gentar. Salah satunya adalah M Arif (20), mahasiswa salah satu perguruan tinggi swasta di Bandar Lampung. Meski hujan turun semakin deras, ia tidak bergegas berteduh. Arif tetap bertahan mengumpulkan sampah yang yang menumpuk di bibir pantai.
”Saya senang gerakan bersih-bersih sampah di kawasan pesisir ini diikuti ribuan orang. Ini menandakan masyarakat sebenarnya masih memiliki kesadaran untuk mengatasi persoalan sampah,” ucap Arif.
Sarah Anita (19) juga bergeming ketika hujan mengguyur. Dia terus berada di pinggir pantai untuk mengangkut sampah yang ada di sekelilingnya. Sesekali ia tampak kesulitan mengangkat sampah plastik yang sudah lama tertimbun hingga mengeras. ”Setahu saya, tumpukan sampah di sini memang sudah lama,” ucapnya.
Ia mengaku mengetahui ajakan untuk membersihkan sampah di pesisir Kecamatan Bumiwaras itu dari akun Instagram @pandawaragroup. Sarah yang mendukung aksi bersih-bersih sampah yang yang sering dilakukan Pandawara Group itu lantas datang memenuhi undangan mereka. Apalagi, daerah yang akan dibersihkan berada di Lampung.
Ia menempuh jarak sekitar 5 kilometer dari rumahnya yang berada di Kecamatan Tanjung Karang Pusat, Bandar Lampung. Sarah datang bersama lima sahabatnya.
Tak hanya membuat ribuan orang datang untuk memungut sampah, ajakan aksi bersih-bersih sampah oleh anak muda itu juga mampu menggerakkan pelaku usaha di Lampung untuk berkontribusi memberikan makanan. Seruit Buk Lin, misalnya, menyumbangkan 1.000 paket makan siang untuk sukarelawan.
Gerakan bersih-bersih sampah di kawasan pesisir Kota Bandar Lampung hari itu memang diisiniasi Pandawara Group. Lima sekawan yang terdiri dari Rafli Pasya, Agung Permana, Gilang Rahma, Muchamad Iksan, dan Rifki Sa'dullah itu mengajak warga Lampung untuk bergotong royong membersihkan sampah melalui media sosial.
Lewat unggahan di akun Instagram @pandawaragroup pada Sabtu (8/7/2023), lima anak-anak muda itu menyebut, pesisir di perkampungan nelayan Sukaraja termasuk pantai yang terkotor kedua di Indonesia. Mereka pun mengundang warga Lampung untuk ikut aksi bersih-bersih sampah pada Senin (10/7/2023) pagi.
Sebelumnya, pada Mei 2023, Pandawara Group juga melakukan aksi bersih-bersih pantai di Pantai Labuan, Desa Teluk, Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang, Banten. Pantai itu disebut sebagai pantai terkotor pertama di Indonesia.
Salah satu personel Pandawara Group, Gilang, mengatakan, tujuan utama kegiatan itu adalah memperkuat sinergi antara masyarakat dan pemerintah. Ia berharap lebih banyak pihak yang peduli pada permasalahan sampah.
”Memang sebetulnya dalam hakikatnya persoalan sampah ini tanggung jawab kita semua,” ucap Gilang.
Tercemar
Selama belasan tahun, kondisi pesisir Kota Bandar Lampung sangat memprihatinkan akibat tercemar berbagai jenis sampah, terutama sampah rumah tangga. Tidak hanya di permukaan, sampah juga terbawa dan mengendap di dasar laut.
Selain sampah dari warga sekitar pesisir, sampah yang menumpuk di perkampungan nelayan Sukaraja itu juga berasal dari aliran sungai yang terbawa hingga ke laut. Ketika gelombang pasang, sampah-sampah itu terbawa ke darat dan mengotori pantai.
Memang sebetulnya dalam hakikatnya persoalan sampah ini tanggung jawab kita semua.
Nelayan setempat mengatakan, setiap menjaring ikan, mereka menemukan banyak sampah plastik tersangkut di jaring. Sampah yang tersangkut juga membuat jaring payang mudah rusak.
Kondisi laut yang tercemar sampah plastik membuat nelayan sulit mencari ikan. Berbagai jenis ikan, seperti jenis simba atau kembung, kini tak pernah lagi didapat oleh nelayan.
Kini, nelayan hanya bisa menjaring ikan-ikan kecil, seperti jenis selar. Mereka pun harus memilah ikan-ikan di antara tumpukan sampah.
Ketua Komunitas Nelayan Sukaraja Maryudi mengatakan, sedikitnya ada 250 keluarga nelayan yang bergantung dari usaha mencari ikan. Namun, kondisi perairan Bandar Lampung yang semakin kotor membuat penghasilan nelayan kian menipis.
Setiap hari, nelayan mencari ikan dengan cara menebar jaring payang sepanjang lebih dari 1 kilometer. Setelah 1-2 jam, jaring ditarik bersama-sama oleh 10-12 nelayan. Dalam sehari, satu kelompok nelayan bisa menjaring 2-3 kali. Penghasilan yang didapat oleh nelayan berkisar Rp 20.000-Rp 30.000 per hari.
Menurut Maryudi, pemerintah daerah sebenarnya sudah beberapa kali menggelar kegiatan bersih pantai, tetapi sampah kembali menumpuk.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Bandar Lampung Budiman P. Mega menuturkan, sampah yang terkumpul dari aksi bersih-bersih sampah yang diikuti sekitar 3.700 orang itu mencapai 300 ton. Selanjutnya, sampah yang telah dikumpulkan itu akan dibawa ke TPA Bakung. Pihaknya menyiapkan 50 unit truk sampah untuk mengangkut sampah tersebut.
Adapun Kepala Dinas Lingkungan Hidup Lampung Emilia Kusumawati menyebut, Pemprov Lampung telah berupaya menyelesaikan persoalan sampah di kawasan pesisir Bandar Lampung. Salah satunya bekerja sama dengan PT Bukit Asam untuk membuat jaring di muara. Selain itu, PT Pelindo II Cabang Panjang juga telah mengoperasikan kapal pengeruk sampah. Pemerintah juga menggandeng komunitas bank sampah di Lampung untuk mengajak ibu rumah tangga memilah dan menyetorkan sampah di bank sampah.
Namun, persoalan sampah di Lampung belum sepenuhnya teratasi. Ia memperkirakan, volume sampah di Lampung mencapai 1,6 ton per tahun. Dari jumlah itu, sekitar 38 persen merupakan sampah plastik.
Ia menyebut, pemerintah memang tidak bisa mengatasi persoalan sampah sendirian. Ke depan, langkah-langkah kolaborasi dengan berbagai pihak untuk mengatasi persoalan sampah akan terus dilakukan. Gerakan bersih-bersih sampah yang diinisiasi anak-anak muda ini diharapkan semakin meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menjaga bumi dari ancaman sampah.
Agus Solihin, pegiat lingkungan yang juga Founder Bank Sampah Emak.id, berharap, gerakan bersih-bersih sampah yang diinisiasi Pandawara Group dapat mendobrak kesadaran masyarakat bahwa persoalan sampah harus diselesaikan bersama-sama. Setelah ini, harapannya lebih banyak gerakan sosial yang dilakukan anak-anak muda di Lampung untuk mengatasi persoalan sampah.
Menurut dia, hal sederhana yang bisa dilakukan untuk mengatasi persoalan sampah adalah memilah sampah dari rumah dan menyetorkannya ke bank sampah. Dengan cara itu, setiap orang sebenarnya sudah berkontribusi mengelola sampah rumah tangga dengan bijak.
Ia menyebut, sudah banyak anak-anak muda di Lampung yang melakukan upaya pengelolaan sampah. Bank Sampah Emak.id, misalnya, telah menghimpun sekitar 5.000 ibu-ibu rumah tangga di Bandar Lampung untuk mengelola sampah dari rumah.
Hingga saat ini, pihaknya masih terus berupaya menumbuhkan kesadaran warga untuk melakukan pengelolaan sampah rumah tangga.