Puncak haji telah usai. Sebagian jemaah mulai pulang ke Tanah Air. Sebagian anggota jemaah asal Indonesia menyelipkan harapan demi pelaksanaan ibadah haji yang lebih baik.
Oleh
ADI PRINANTYO dari Mekkah, Arab Saudi
·3 menit baca
Fasilitas di Mina, titik terakhir puncak haji setelah Arafah dan Muzdalifah, menjadi catatan bagi sebagian jemaah haji asal Indonesia. Seperti dituturkan Nurhayati, anggota jemaah asal Surakarta, Jawa Tengah. Menurut Nurhayati, air di Mina sering tidak mengalir.
Bahkan, lanjut dia, kamar mandi di maktab 60 tidak bisa digunakan. ”Akhirnya, penghuni maktab 60 harus menumpang di kamar mandi maktab 61. Saat harus mengejar waktu untuk ibadah, antre lama di kamar mandi jadi problem,” ujarnya, akhir pekan lalu.
Hal lain yang juga dikeluhkan, pelayanan konsumsi. Farhani Matondang, anggota jemaah asal Medan, Sumatera Utara, mengatakan, pada Rabu (28/6/2023), ketika harus bertolak dari Muzdalifah ke Mina, pelayanan konsumsi sangat terlambat.
”Berangkat dari Muzdalifah pukul 12.30, itu sangat terlambat karena idealnya kan pagi. Maaf kepada pemerintah, sesampai di Mina juga belum ada konsumsi. Jadi, hari itu, sudah sejak pagi di Muzdalifah belum ada konsumsi, sesampai di Mina kami juga belum menerima,” kata Farhani, Jumat (30/6/2023) lalu.
Curhat tentang konsumsi juga diutarakan Ken Erliana, asal Surabaya. ”Di Mina, pengaturan jemaah untuk melempar jumrah, menurut saya teratur, relatif rapi. Hanya, untuk makanan, ada sedikit kejenuhan terutama untuk sayurnya. Maktabnya bagus, hanya AC saja yang kadang bermasalah,” ujar Ken Erliana.
Terlepas dari keluhan seputar air bersih, konsumsi dan pengatur suhu udara di maktab di Mina, mereka tetap bersyukur dan berterima kasih kepada pemerintah atas berbagai fasilitas perjalanan ibadah haji. ”Prinsipnya, berterima kasih kepada pemerintah atas pelaksanaan ibadah haji. Tidak menyangka akhirnya bisa ke Tanah Suci, alhamdulillah,” kata Nurhayati.
Muhammad Irsad, anggota jemaah asal Surabaya menambahkan, sesampai di Mina semua kebutuhannya tercukupi, termasuk makanan-minuman, bahkan ada buah-buahan. ”Tidur juga nyaman, seperti di rumah sendiri. Di Tanah Suci, buat saya terasa lebih religius, ingin terus beribadah, karena juga bersama dengan yang berniat sama,” ujarnya.
Saat ditanya soal pelayanan petugas haji Indonesia, Irsad menjawab spontan, ”Petugas haji luar biasa”. Ia menilai, tim yang dipimpin ketua kelompok terbang (kloter) sangat perhatian kepada jemaah.
”Kebetulan kami terbagi dalam tiga tenda dan tiap hari tenda-tenda kami didatangi untuk memastikan kesehatan jemaah, terutama untuk jemaah lansia dan yang berisiko tinggi. Pembimbing ibadah juga tiap hari datang untuk memberi konsultasi dan bimbingan ibadah, misalnya terkait aturan lempar jumrah,” tambah Irsad.
Apresiasi terhadap pelayanan petugas haji juga terlontar dari Soedjiman, asal Lampung. Ketika itu, saat bermalam di Mina, dia tidur dengan pengatur suhu udara (AC) yang sejuk. Namun, efeknya baru terasa di pagi hari.
”Pagi harinya saya menggigil kedinginan. Saya cari-cari petugas dan oleh petugas diantar ke klinik kesehatan Arab Saudi di Mina. Alhamdulillah setelah diperiksa dan mendapat obat secara gratis, saya sehat-sehat saja, dan bisa meneruskan ibadah sampai selesai,” kata Soedjiman.
Menurut dia, menunaikan ibadah haji adalah perjalanan iman. Jadi seperti apa pun itu layanannya, harus diterima dengan ikhlas. ”Terima kasih kepada pemerintah dan petugas haji yang telah memberikan pelayanan dengan baik,” ucapnya.
Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas dalam berbagai kesempatan mengapresiasi pengabdian petugas haji, yang telah melewati beban tugas tidak ringan selama puncak haji di Arafah-Muzdalifah-Mina (Armina). Meski masih ada beberapa masalah terkait layanan untuk jemaah, Menag menilai secara keseluruhan kinerja petugas haji sudah baik.
Yaqut menegaskan, problem-problem di Armina terjadi karena tidak optimalnya penanganan Mashariq, perusahaan penyedia layanan puncak haji di Arab Saudi. ”Terkait hal itu, Kementerian Agama dan Kementerian Haji Arab Saudi sudah membentuk tim untuk menginvestigasi penyebab masalah di Armina. Doakan semoga hasilnya cepat selesai,” katanya.
Berhaji, seperti kata Soedjiman, adalah perjalanan iman. Andai ada halangan atau rintangan, jemaah biasanya menganggap itu bagian dari cobaan. Namun, sejatinya, mutu pelayanan terhadap jemaah haji perlu terus diperbaiki dari tahun ke tahun. Kenyamanan jemaah menjamin khusyuknya ibadah....