Jika lukisan diidentikkan dengan ilmu seni rupa, Syakieb Sungkar justru lebih tertarik mendalami filsafat. Filsafat membantunya menemukan sudut pandang yang tidak biasa dalam berkarya.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·4 menit baca
Meskipun baru dua kali menggelar pameran tunggal lukisan, Syakieb Sungkar bukanlah orang baru dalam dunia seni rupa. Tiga dekade ia menjadi kolektor lukisan. Tabungan lamunan yang tersimpan sejak lama ditumpahkan melalui keliaran ekspresi dalam lukisan surealisme dengan kekayaan absurditas.
Absurditas itu menggambarkan kreasi fantasi Syakieb. Jadi, jangan heran kalau 16 lukisan yang dipajang dalam pameran Dreams di Cemara 6 Galeri–Toeti Heraty Museum, Jakarta, itu menonjolkan ketidakteraturan dan kekacauan.
”Karya lukisan ini adalah tabungan khayalan. Tabungan itu saya ekspresikan dengan menumpahkannya di atas kanvas,” ujarnya, Senin (12/6/2023).
Namun, ia tetap menyisipkan kritik nan menggelitik. Kritik itu tersirat dalam lukisannya berjudul ”Metamorfosis Kafka”. Lukisan ini menggambarkan sosok pahlawan superfiktif, Captain America, menunggangi robot serangga raksasa yang sedang terbang.
Di bawahnya melintas mobil dengan pelat bertuliskan RI 1. Sementara di bagian pinggir lukisan terdapat bangunan berwarna putih mirip Istana Merdeka. Obyek lain, seperti buaya, nyamuk, jamur, pohon, dan bunga matahari memperkaya khayalan lukisan itu.
”Filosofinya, Captain America bisa menunggangi atau mengendalikan apa saja. Dalam perspektif global, Amerika Serikat mengendalikan dunia, termasuk di Indonesia,” ujarnya.
Dalam lukisan ”Bustle on The Side Road”, Syakieb melukis obyek-obyek yang tidak saling berkaitan. Seseorang menunggang kuda terbang di angkasa. Ada sosok perempuan tanpa pakaian berbaring di jalan.
Di sudut kiri lukisan, terdapat gambar seseorang bermain piano. Ada juga obyek seorang lelaki sedang memanjat kayu salib. Lukisan ini memakai beragam warna yang saling ”tabrak”, seperti biru, hitam, putih, kuning, cokelat, hijau, ungu, merah, dan jingga.
”Karya ini didasari oleh pemikiran anak muda sekarang tentang orang-orang di dunia yang sudah tidak terkoneksi secara fisik, egois, dan individualistik karena sibuk dengan eksistensinya masing-masing. Sejumlah pengunjung bisa menangkap pesan ini,” katanya.
Karya Syakieb juga memuat unsur paradoks. Dalam lukisan berjudul ”Merdeka Belajar”, misalnya, gambar dua siswa perempuan di sisi kanan dibuat sangat rapi. Sementara gambar di sisi kiri dibikin tak beraturan dengan obyek-obyek kecil berupa kursi, gunung, mobil, rumah, dan pesawat. Di sisi ini juga terdapat sosok Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Anwar Makarim melambaikan tangan.
Menurut Syakieb, karya-karyanya memang membenturkan beberapa gaya. Hal ini juga untuk mempertegas derajat ketidaksempurnaan kehidupan.
”Lukisan-lukisan ini cerminan kalau dunia tidak baik-baik saja. Apakah bisa seni menawarkan dunia alternatif yang berbeda? Saya pun coba menunjukkan sisi kebahagiaan meski ada kritik di dalamnya,” jelasnya.
Riset
Agar imajinasinya tak mandek, Syakieb berusaha mengikuti tren di sekitarnya. Intensi ini tertangkap jelas di beberapa karyanya.
Dalam keliaran ekspresinya, Syakieb terus menggali ’kekacauan’ kreativitasnya. Gaya dan tema lukisannya akan terus berubah. Mungkin banyak yang menyebutnya sebagai ketidak-konsistenan. Namun, ini justru keunggulan untuk terus belajar dan bergerak maju.
Lukisan berjudul ”Free Fire” menampilkan karakter A 124 dan Hayato. Kedua karakter ini merupakan karakter andalan dalam gim tersebut.
Ia juga tak lupa melibatkan karakter anime. Dalam lukisan ”The Journey”, misalnya, karakter Naruto dan Luffy (anime One Piece) mengisi bagian tengah lukisan. Obyek lain, seperti komodo, ubur-ubur, dan kobra, mempertahankan kekhasan khayalannya.
”Riset penting dalam melukis. Saya berusaha mengelola surealisme dengan idiom-idiom pop. Jadi, sangat perlu memperhatikan sekeliling kita,” ujarnya.
Pameran yang berlangsung pada 3-17 Juni 2023 ini merupakan pameran kedua Syakieb. Pameran pertamanya di Bali pada 2021 bertajuk ”Retro Expressionism, Painting Reenactment” menggunakan pendekatan realisme dengan membingkai orang-orang di sekitarnya dalam lukisan.
Pengaruh filsafat
Jika lukisan diidentikkan dengan ilmu seni rupa, Syakieb justru lebih tertarik mendalami filsafat. Secara formal, ia menyelami filsafat di program magister Sekolah Tinggi Filsafat (STF) Driyarkara, Jakarta, pada 2017-2020.
Filsafat membantunya menemukan sudut pandang yang tidak biasa. Kemutlakan pun menjadi relatif. Jadi, tak ada hegemoni pemikiran dalam melukis.
”Banyak orang berpikir, kalau sudah realis, ya realis saja. Menurut saya tidak begitu. Realis bisa dicampur dengan komik, gaya protes, dan hal-hal lain yang tidak biasa. Ketidakbiasaan itu biasa,” jelasnya.
Kurator pameran, Anna Sungkar, menyebutkan, bagi Syakieb, melukis bukanlah sekadar bersenang-senang. Namun, melukis lebih banyak merupakan refleksi atas kehidupan, koreksi, komentar, atau antitesis yang terjadi di masyarakat.
Dalam pameran Dreams, semesta yang diciptakannya terlihat kacau, tidak logis, berantakan, dan salah tempat. Pemirsa seperti diajak ke negeri antah-berantah di mana semua tokoh dalam lukisannya terlihat tidak mempunyai motif yang jelas dalam bertindak.
”Terkadang ia membayangkan suatu kejadian yang sebetulnya ia tidak tahu pasti keadaan atau kebenaran sesungguhnya,” katanya.
Di pameran kali ini, Syakieb banyak melamun. Oleh sebab itu, pamerannya diberi judul ”Dreams” yang didukung corak surealis.
Direktur Cemara 6 Galeri Inda Citraninda Noerhadi menyampaikan, ”Dreams” adalah kata paling tepat untuk menuturkan seluruh karya Syakieb dalam satu bingkai. Dalam pameran itu, pengunjung dapat melihat mimpi-mimpi seorang kolektor yang terpapar oleh banyak karya seni.
”Kita mungkin belum bisa mengakses karya-karya seni yang ia koleksi. Namun, lewat ’Dreams’, kita bisa membayangkan preferensinya ketika membeli suatu karya,” katanya.
Dalam keliaran ekspresinya, Syakieb terus menggali ”kekacauan” kreativitasnya. Gaya dan tema lukisannya akan terus berubah. Mungkin banyak yang menyebutnya sebagai ketidakkonsistenan. Namun, ini justru keunggulan untuk terus belajar dan bergerak maju.