Pemanfaatan Teknologi Memberikan Pengalaman Belajar yang Menyenangkan
Pendidikan berkualitas dapat dihadirkan dengan dukungan teknologi digital. Transformasi untuk masa depan pendidikan Indonesia perlu memanfaatkan teknologi untuk menyiapkan pembelajar sepanjang hayat.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemanfaatan teknologi digital untuk pendidikan berkualitas yang semakin masif di masa pandemi Covid-19 harus terus dilanjutkan. Pengoptimalan teknologi digital dapat membawa pengalaman belajar yang lebih menyenangkan.
Vice President & General Manager Google for Education Shantanu Sinha di Jakarta, Senin (22/5/2023), mengatakan, ada tiga tren yang menentukan masa depan pendidikan. Ketiganya ialah mempersonalisasi proses belajar, meningkatkan kualitas pengajar, dan beralih ke pola pikir pembelajaran seumur hidup.
Menurut Shantanu, para guru sudah paham perlunya personalisasi belajar karena tiap orang memiliki keunikan, mulai dari motivasi, cara belajar, hingga kecepatan belajar. Namun, untuk melakukannya, tidak mudah dan butuh waktu karena jumlah siswa yang banyak serta usaha lebih banyak.
”Dengan memanfaatkan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) dan teknologi adaptif, personalisasi pembelajaran semakin mudah. Para siswa terbantu untuk mengakses informasi dengan cara yang paling sesuai untuk mereka,” ujarnya.
Pemanfaatan AI dalam pendidikan juga akan semakin menarik bagi para pengajar. Mereka bisa memanfaatkan cara baru untuk mengajar, menghemat waktu, dan mendatangkan berbagai potensi positif lain yang besar.
”Karena itu, kemampuan pengajar untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi harus terus diperkuat. Pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi pendidikan akan membuat siswa menjadi terhubung, termotivasi, dan mengalami belajar yang menyenangkan,” ujar Shantanu yang sebelumnya menjabat Presiden dan Chief of Operating Officer Khan Academy.
Manusia di masa depan juga dituntut untuk membangun pola pikir dan keahlian baru menjadi pemecah masalah global. Untuk itu, kemampuan belajar secara mandiri sepanjang hidup semakin dibutuhkan.
”Belajar sepanjang hidup itu sungguh terjadi. Banyak orang berubah karier. Seperti saya dari mengawali karier sebagai insinyur bidang software, lalu masuk ke konsultan dan manajemen, butuh belajar banyak hal. Teknologi digital mendukung tiap orang untuk dapat belajar secara mandiri sepanjang hidupnya,” ujarnya.
Youtube, misalnya, kini digunakan sebagai alat pembelajaran seumur hidup. Sekitar 94 persen pengguna di Indonesia melaporkan menggunakan Youtube untuk mengumpulkan informasi dan pengetahuan. Sebanyak 92 persen pengguna juga melaporkan bahwa mereka mempelajari cara memperbaiki masalah praktis melalui Youtube.
Lima tema untuk Indonesia
Guna mendukung transformasi pendidikan di dunia yang kini berubah, Google berkolaborasi dengan mitra penelitian Canvas8 mengadakan studi global di 24 negara. Keduanya memadukan masukan dari 94 pakar pendidikan, literatur akademis yang telah ditinjau para ahli dua tahun terakhir, dan analisis narasi media di bidang pendidikan.
”Laporan Masa Depan Pendidikan Indonesia: Lima Tema” disampaikan guna menumbuhkan dan mengembangkan bidang pendidikan di masa depan yang berbasis pada teknologi.
Dengan memanfaatkan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) dan teknologi adaptif, personalisasi pembelajaran semakin mudah. Para siswa terbantu untuk mengakses informasi dengan cara yang paling sesuai untuk mereka.
Kelima tema tersebut mencakup meningkatkan kondisi lingkungan belajar, meningkatkan literasi digital guru, mengurangi beban administrasi, pengalaman belajar yang kontekstual, serta mendorong pembelajaran mandiri yang berpusat pada siswa.
Indonesia perlu meningkatkan kondisi lingkungan belajar dengan menunjang pembangunan infrastruktur digital yang berdampingan juga dengan pelatihan berpikir kritis guna membantu siswa menjelajahi dunia digital baru. Hal lainnya ialah meningkatkan literasi digital guru agar mereka lebih memahami teknologi dan menerapkannya di kelas secara efektif.
Country Lead Google for Education Indonesia Olivia Basrin mengatakan, pihaknya percaya teknologi dapat mentransformasi pendidikan di Indonesia dengan meningkatkan akses informasi, memperluas kesempatan belajar, dan mendorong siswa untuk ikut aktif dalam proses belajar-mengajar.
Hingga saat ini, sudah sekitar 405.000 guru menerima pelatihan Google. Selain itu, lebih dari 14.700 guru menjadi pendidik tersertifikasi Google. Indonesia menduduki peringkat satu dari lima negara di Asia Pasifik. Indonesia juga bertengger di nomor tujuh dunia yang memiliki jumlah pelatihan dan sertifikasi guru level 1 dan 2 terbanyak.
”Jika dibandingkan dengan jumlah guru yang ada, tentu pekerjaan rumah masih besar untuk meningkatkan kapasitas guru. Kami terus bekerja sama dengan pemerintah dan sektor swasta untuk mendukung para guru,” kata Olivia.
Selanjutnya, Indonesia harus mengurangi beban administrasi dunia pendidikan. Penggunaan alat digital dapat mengurangi beban administrasi para guru sehingga mereka memiliki lebih banyak waktu untuk mengajar.
Pendidikan di sekolah harus memberikan pengalaman belajar yang kontekstual untuk menyiapkan siswa menghadapi tantangan dunia nyata. Sekolah di Indonesia dapat bekerja sama dengan industri dan komunitas lokal untuk meningkatkan kemampuan umum bekerja, dari kemampuan menyelesaikan masalah dan bekerja sama hingga kemampuan manufakturing digital.
Terakhir, pendidikan juga harus mendorong pembelajaran mandiri yang berpusat pada siswa. Teknologi membantu pengajar Indonesia mengisi kesenjangan pembelajaran dan memfasilitasi proses belajar otodidak dan mendorong siswa untuk melakukan investigasi secara mandiri.
Olivia mengatakan, Kurikulum Merdeka memberikan peluang bagi guru untuk mengembangkan pendidikan yang dipersonalisasi. ”Kami ingin membantu para guru dengan teknologi untuk mengimplementasikan Kurikulum Teknologi. Kami juga mendukung agar lebih banyak guru yang terlatih dan mendapat sertifikasi,” ujar Olivia.