Bangkit dan Berdayakan Anak-anak Muda dengan Pendidikan Berkualitas
Anak-anak muda dapat bangkit dan berkarya melawan keterbatasan. Dukungan pada akses pendidikan berkualitas mampu memberdayakan generasi muda.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Akses anak-anak muda untuk mendapatkan pendidikan dan pelatihan berkualitas memberikan peluang bagi mereka untuk bangkit dan berkarya bagi masyarakat dan bangsa. Ruang bagi anak-anak muda mendapatkan kesempatan meraih beasiswa pendidikan dan pelatihan kerja hingga pembentukan karakter akan menyiapkan mereka menjadi generasi masa depan bangsa yang bermanfaat.
Staf Khusus Presiden Bidang Pendidikan dan Inovasi Billy Mambrasar, Minggu (21/5/2023), meyakini, pendidikan berkualitas dapat membawa generasi muda keluar dari kemiskinan. Namun, perlu dukungan semacam beasiswa pendidikan bagi anak-anak muda potensial untuk mewujudkan cita-citanya.
”Kami percaya, cara jitu untuk keluar dari kemiskinan adalah dengan pendidikan,” ujar Billy.
Berasal dari keluarga sederhana dan lingkungan yang serba kekurangan di Pulau Yapen, Papua, Billy berhasil melalui jalan berliku. Merantau dari Papua, Billy menempuh pendidikan di Institut Teknologi Bandung (ITB) hingga melanjutkan pendidikan di universitas bergengsi dunia, seperti Oxford University dan Harvard University.
Semasa kuliah di Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan ITB, Billy sempat mengajukan Beasiswa Teladan Tanoto Foundation, tetapi belum lolos karena nilainya belum memenuhi standar. Barulah pada saat menempuh pendidikan pascasarjana di bidang pembangunan manusia dan psikologi di Harvard University, Billy meraih beasiswa program Teladan Tanoto Foundation.
Billy tidak menyerah untuk bisa tembus ke perguruan tinggi ternama dunia dengan mencari peluang beasiwa. Billy pun menjadi orang Papua pertama yang berhasil lulus dari Harvard University.
Pengalaman hidup penuh liku membuat Billy mampu menangkap berbagai permasalahan sosial di masyarakat, khususnya yang dihadapi anak-anak Papua, terutama terbatasnya akses pendidikan dan kendala ekonomi. Hal itulah yang melatarbelakangi inisiatifnya mendirikan Yayasan Kitongbisa yang fokus pada pendidikan anak kurang mampu dan pengembangan kewirausahaan.
”Di sini, ketimpangan dan kesenjangan ekonomi adalah masalah utamanya,” ujar Billy.
Ada pula Widya Hasian Situmeang yang berasal dari keluarga sederhana di Pekanbaru, Riau. Widya merantau ke Bogor untuk menuntut ilmu di Jurusan Ilmu Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Institut Pertanian Bogor (IPB).
Kalau bukan anak muda Papua yang mau berjuang untuk memajukan Papua, siapa lagi.
Widya mengisahkan, lolos seleksi beasiswa Program Teladan Tanoto Foundation dan mendapatkan berbagai program mendukungnya untuk berkembang. Dia terpantik untuk menginisiasi berbagai program sosial berbasis desa. Hal itu pula yang mengantarkannya pada jenjang pendidikan pascasarjana (magister) dengan fokus pada sosiologi perdesaan.
Peneliti dan pengajar sekolah vokasi IPB itu juga aktif sebagai sukarelawan di Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan. Di organisasi ini, Widya makin banyak berinteraksi dengan kehidupan masyarakat perdesaan.
”Di sini, saya juga menemukan celah peluang untuk berkontribusi lebih jauh. Salah satunya terlibat untuk mendorong regenerasi petani muda,” kata Widya.
Kisah inspiratif anak-anak muda bangsa yang mendapat pendidikan berkualitas dan berkiprah di masyarakat tersebut tertuang dalam buku INSPIRE, Mozaik Kisah Para Teladan yang dluncurkan pekan lalu. Buku ini memuat kisah 28 alumnus berbagai perguruan tinggi yang juga penerima beasiswa Teladan dari Tanoto Foundation.
CEO Global Tanoto Foundation J Satrijo Tanudjojo mengatakan, kesetaraan peluang melalui pendidikan berkualitas, termasuk akses perguruan tinggi, perlu didorong. Tanoto Foundation berkontribusi melalui program kepemimpinan dan beasiswa Teladan. ”Selama hampir dua dekade, para penerima beasiswa Teladan telah lulus, berkarier, dan berkontribusi nyata bagi masyarakat, komunitas, dan lingkungan,” kata Satrijo.
Dukungan dunia usaha
Secara terpisah, dukungan bagi anak-anak muda untuk mandiri lewat kewirausahaan ataupun pendidikan, juga menjadi komitmen Tangguh LNG, bisnis utama BP di Indonesia yang berlokasi di Kabupaten Teluk Bintuni, Papua Barat. Lewat program sosial Tangguh, pemberdayaan dilakukan di bidang kesehatan, pendidikan, tata kelola pemerintahan, pengembangan masyarakat Papua dan Papua Barat, serta program pengembangan kewirausahaan bagi masyarakat asli.
Direktur PT Papua Kreasi Sejahtera-Raja Laut Abdul Wahab Iha atau biasa dipanggil Awi, yang bekerja sama dengan Tangguh LNG untuk program kewirausahaan, menuturkan, berawal dari semangat memberdayakan anak-anak muda di Fakfak, Papua Barat, dirinya bertemu dengan BP dan coba mengembangkan bisnis dengan memanfaatkan hasil alam tanah Papua. Industri pengalengan ikan berhasil dijalankan dengan memanfaatkan hasil ikan dari nelayan lokal dan juga para petani sebagai sumber bahan bumbu olahan.
”Kami percaya bahwa salah satu cara untuk memajukan masyarakat adalah dengan memiliki keberlanjutan ekonomi yang dijalankan langsung oleh anggota masyarakat. Kalau bukan anak muda Papua yang mau berjuang untuk memajukan Papua, siapa lagi,” kata Awi.
Di bidang pendidikan dan pengembangan keterampilan, Tangguh LNG telah berperan dalam pengembangan tenaga kerja Papua melalui program pelatihan dan beasiswa. Sejak 2008, Tangguh telah memberikan beasiswa kepada 1.350 siswa lokal di tingkat sekolah menengah atas dan universitas.
Di luar itu, ada lebih dari 200 orang Papua yang telah mendapatkan pelatihan sebagai teknisi, pengelas, scaffolder, dan operator rigger pada 2015-2017. Program pemagangan intensif teknisi Tangguh LNG dengan durasi pelatihan selama tiga tahun di Ciloto, Jawa Barat, juga telah meluluskan lebih dari 110 putra-putri asal Papua dan Papua Barat yang kini bekerja sebagai teknisi bersertifikasi internasional di Tangguh LNG. Program ini bertujuan untuk mengasah bakat lokal dan memenuhi komitmen Tangguh LNG untuk mempekerjakan 85 persen tenaga kerja pada 2029 berasal dari Papua dan Papua Barat.
Axl Feilino Himan Bau, salah satu alumnus program pemagangan, mengisahkan, awalnya dia bermaksud melanjutkan kuliah, tapi ketika mendengar tentang program pemagangan Tangguh LNG, justru merasa tertarik. ”Menjalani program ini tidaklah mudah, tantangan terbesar adalah beradaptasi dengan program dan lingkungan baru. Namun, dengan tekad yang kuat, kami berhasil melewati tahun pertama yang penuh pengenalan terhadap dunia migas. Tiga tahun telah berlalu dan kami sekarang mendapatkan kesempatan untuk bekerja di Tangguh LNG bersama keluarga BP Indonesia,” kata Axl.