Perkuat Akses dan Peran Perempuan di Dunia Digital
Peran dan partisipasi perempuan di dunia digital sangat penting. Namun, keterbatasan akses menghambat perempuan untuk bergerak dan berkarya di dunia digital. Akses dan kesempatan setara dengan laki-laki menjadi kunci.
Oleh
SONYA HELLEN SINOMBOR
·4 menit baca
Dunia digital saat ini tidak bisa dihindarkan seiring kemajuan teknologi informasi. Namun, hingga kini perempuan yang terlibat dalam dunia kerja digital, terutama di tingkat pemimpin, jumlahnya masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki.
Dalam berbagai bidang pengetahuan, teknologi, informasi dan komunikasi, perempuan masih tertinggal dalam kesempatan memperoleh dan mengakses informasi. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), persentase pengguna internet perempuan pada tahun 2022 sebesar 54,70 persen dan laki-laki 60,40 persen.
Keterbatasan perempuan dalam mengakses berbagai pengetahuan teknologi informasi dan komunikasi diakui oleh Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) I Gusti Ayu Bintang Darmawati.
Perempuan berperan besar terhadap pembangunan ketahanan dan keamanan siber Indonesia.
”Data yang ada menunjukkan penggunaan dan kepemilikan telepon genggam, penggunaan komputer, penggunaan internet menunjukkan kesenjangan antara laki-laki dan perempuan,” ujar Bintang Darmawati saat acara ”Kartini Digital-Perempuan Indonesia Berdaya di Dunia Digital” yang digelar Kementerian PPPA bekerja sama dengan Huawei, Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), serta Indonesia Women in Cybersecurity, Selasa (16/5/2023), di Perpustakaan Nasional di Jakarta.
Minimnya perempuan dalam akses perempuan pada dunia digital berpangkal pada penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, teknik, dan matematika (STEM). Hingga kini, perempuan kurang tertarik untuk terlibat di bidang STEM karena kuatnya sentimen dominasi laki-laki, serta adanya stereotipe jender saat mencari kerja.
Isu jender
Ketimpangan tersebut menunjukkan upaya meningkatkan partisipasi dan kepemimpinan perempuan, khususnya dalam cybersecurity atau keamanan siber, bukanlah menjadi isu ekonomi dan ketenagakerjaan semata, tetapi juga merupakan isu jender.
Padahal, penguasaan STEM pada seluruh generasi saat ini merupakan salah satu faktor penting untuk memajukan Indonesia di masa depan. Menguasai STEM adalah syarat untuk melakukan inovasi dalam berbagai bidang kehidupan. Tak hanya itu, bidang STEM adalah bidang pembangunan yang sangat strategis di mana otomatisasi dan digitalisasi yang berpengaruh terhadap kelangsungan hidup perempuan.
Mengapa partisipasi perempuan dalam STEM rendah? Sejumlah penelitian menemukan beberapa penyebab rendahnya partisipasi perempuan dalam bidang STEM, seperti penelitian Organisasi PBB untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan (UNESCO) mendapati sebanyak 61 persen perempuan mempertimbangkan stereotipe jender saat mencari kerja.
”Selain itu, 50 persen perempuan kurang tertarik bekerja di bidang STEM karena kuatnya dominasi laki-laki. Hal ini harus menjadi perhatian kita semua,” ujar Menteri PPPA.
Kenyataannya, jika melihat tingkat pendidikan tinggi di bidang STEM, partisipasi perempuan Indonesia cukup tinggi. Bahkan, pada beberapa bidang perempuan mendominasi hingga lebih dari 80 persen untuk jurusan biologi dan farmasi.
Akan tetapi, ketika memasuki dunia kerja, jumlah partisipasi perempuan tersebut menurun drastis. Bahkan, data yang dihimpun Kementerian PPPA di industri STEM saat ini hanya ada 2 dari 10 perempuan memilih berkarier secara profesional dan hanya 3 dari 10 perempuan yang menjadi peneliti di bidang STEM.
Oleh karena itu, Deputi Bidang Kesetaraan Gender Kementerian PPPA Lenny N Rosalin mendorong perempuan untuk terus meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka serta memanfaatkan peluang yang ditawarkan oleh digitalisasi.
Terbukti, dari studi yang dilakukan UN Women dan Gojek pada tahun 2020 menunjukkan, sebenarnya 71 persen dari seluruh perempuan Indonesia yang berprofesi sebagai wiraswasta telah memanfaatkan perangkat digital. Sementara laki-laki hanya 68 persen dari wiraswasta laki-laki telah melakukan yang sama.
Peningkatan peran perempuan dalam STEM juga akan berdampak besar untuk jangka panjang. Selain akan memperkecil kesenjangan perempuan dalam berbagai hal dan melindungi perempuan karena di masa depan, semua hal akan terhubung dengan STEM.
Kesempatan setara
Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Hinsa Siburian, menilai, partisipasi perempuan dalam dunia digital penting. Hal ini karena perempuan berperan besar terhadap pembangunan ketahanan dan keamanan siber Indonesia. Kuncinya adalah dengan memberikan pendidikan serta kesempatan yang setara.
Karena itu, keterlibatan perusahaan digital, juga seperti Huawei, sangat penting untuk ikut mendorong optimalisasi potensi perempuan Indonesia di bidang keamanan siber.
Dengan demikian, dukungan Huawei terhadap program ”Kartini Digital” yang diprakarsai Kementerian PPPA akan menjadi kontribusi nyata perusahaan terhadap pemberdayaan perempuan sekaligus pemenuhan kebutuhan talenta digital. Dalam program ini akan melatih 100.000 talenta digital Indonesia.
Dengan dukungan tersebut, peran perempuan di dunia digital akan semakin besar. Menurut James Sun, Vice President of Public Affairs and Communications Division Huawei Indonesia, Huawei adalah perusahaan yang didirikan di atas nilai-nilai inklusif, termasuk mewujudkan kesetaraan jender melalui pemberdayaan perempuan.
Program Kartini Digital yang diprakarsai Kementerian PPA selaras dengan nilai-nilai perusahaan dan patut didukung demi membangun masa depan Indonesia Digital yang berkeadilan serta menyejahterakan semua.
”Melalui dukungan Huawei terhadap Kartini Digital, kami juga selangkah semakin dekat dengan target kami untuk melatih 100.000 talenta digital Indonesia,” ucap James Sun, Vice President of Public Affairs and Communications Division Huawei Indonesia.
Harapannya, melalui program Kartini Digital, perjuangan hak-hak perempuan pada era digital akan meningkatkan peran serta perempuan dalam membangun ekosistem digital Indonesia yang lebih inklusif, berdampak kepada seluruh masyarakat, dan aman.
Kendati demikian, penting untuk memastikan dan memberikan penguatan kapasitas digital pada perempuan agar siap berkarya di dunia digital. Karena, jika tidak bijak dan dilengkapi literasi digital yang kuat, perempuan juga rentan mengalami kekerasan berbasis jender.