Kebutuhan lulusan bidang sains, teknologi, teknik, dan matematika guna mendukung dunia kerja berbasis sains dan teknologi semakin meningkat. Lulusan bidang STEM tak hanya menguasai hal teknis, tetapi juga modal sosial.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kebutuhan industri seiring perkembangan teknologi pada lulusan bidang sains, teknologi, teknik, dan matematika atau STEM semakin meningkat. Talenta muda yang meminati bidang STEM juga meningkat. Namun, mendalami pendidikan tinggi bidang STEM kini tak sekadar menguasai kemampuan teknis, dibutuhkan pula sejumlah modal sosial dalam membangun jaringan demi meningkatkan peluang karier.
Dukungan untuk talenta muda di bidang STEM yang mampu berperan menemukan solusi untuk menciptakan dunia yang lebih positif di masa depan, antara lain, lewat kompetisi yang memberikan kesempatan bagi mahasiswa mengembangkan ide solutif berbasis STEM untuk pelbagai permasalahan. Kompetisi ini salah satunya disediakan perusahaan sains global 3M yang meluncurkan edisi kedua program tantangan kasus atau 3M Inspire Challenge.
Kompetisi ini dibuka untuk mahasiswa dari semua disiplin ilmu dan latar belakang di sepuluh negara Asia Pasifik, yakni Australia dan Selandia Baru, India, Korea, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam.
”Kami bersemangat untuk mengembangkan kemampuan mahasiswa termasuk ide dan ilmu pengetahuan. Melalui kompetisi 3M Inspire Challenge 2022, kami ingin mengungkap solusi untuk menciptakan dunia yang lebih positif untuk masa depan sambil memanfaatkan keahlian kami untuk menumbuhkan generasi pemimpin, pemikir, dan kreator masa depan,” kata Jim Falteisek, Senior Vice President, 3M Asia Corporate Affairs and Managing Director, 3M Korea, Sabtu (16/7/2022).
Banyak sekali lulusan STEM yang mendapatkan pekerjaan yang tidak sesuai dengan bidangnya atau belum mendapatkan pekerjaan sama sekali.
Dengan menekankan inovasi melalui keragaman dan inklusi, 3M Inspire Challenge hendak mengembangkan para talenta yang beragam STEM. Setiap tim wajib terdiri dari satu laki-laki dan satu perempuan. Keterlibatan mahasiswa ini untuk memastikan perempuan memiliki kesempatan yang sama untuk mengasah ketajaman inovasi mereka dan mendapatkan posisi di bidang STEM, yang pada akhirnya dapat membuka jalan bagi ide-ide yang lebih kreatif dan inovatif.
Kompetisi 3M Inspire Challenge tercipta atas beragam keterlibatan komunitas 3M yang selaras dengan komitmen perusahaan. Hal ini termasuk kemitraan dengan beberapa lembaga swadya masyarakat (LSM), seperti DoctoRabbit dan YCAB Foundation, untuk memberikan kesempatan kepada siswa dari berbagai latar belakang memperoleh pendidikan di bidang STEM berkualitas tinggi dan memberikan dampak positif di bidang pendidikan dan sains.
Kompetisi dimulai di tingkat nasional. Pemenang tiap negara mendapat hadiah uang tunai sebesar 2.000 dollar AS dan mendapatkan kesempatan magang di kantor 3M setempat. Selanjutnya, diadakan final tingkat regional, dan pemenang akan mendapatkan uang tunai sebesar 5.000 dollar AS.
Kompetisi 3M Inspire Challenge mulai berjalan sejak tahun lalu, dengan total 122 tim dari Asia Tenggara yang berpartisipasi. Pada tahun lalu, solusi cerdas di bidang keberlanjutan terbaik ialah Smart Bandage yang dapat memantau berbagai tahap proses penyembuhan luka yang diusulkan oleh tim Malaysia, kemudian 3M 360° Virtual Store dari tim Vietnam, serta masker bedah bioplastik berkelanjutan yang digagas oleh tim Indonesia.
Perlengkapi modal sosial
Bidang STEM semakin menjadi primadona bagi anak muda karena kebutuhan industri semakin meningkat dari tahun ke tahun seiring perkembangan teknologi. Namun, tren menunjukkan bahwa walaupun lulusan tersebut banyak dicari, banyak sekali lulusan bidang STEM yang mendapatkan pekerjaan tidak sesuai dengan bidangnya atau belum mendapatkan pekerjaan sama sekali.
Pandemi Covid-19 telah mendisrupsi praktik belajar-mengajar, terutama dalam hal keterampilan teknis, sehingga menyebabkan banyak mahasiswa lulusan tidak memiliki pengalaman yang cukup.
Hal ini menyebabkan para fresh graduate merasa kurang mampu untuk memasuki dunia kerja.
Selain itu, kebutuhan industri kini menuntut pekerja yang tidak hanya mampu secara teknis, tetapi juga mampu secara sosial. Keterampilan seperti komunikasi, kerja sama, problem-solving, dan berpikir secara kritis adalah beberapa hal yang menjadi kebutuhan perusahaan dewasa ini.
Menurut Rosemary Herbert, Asistant Lecturer dari Monash University, salah satu cara untuk mengatasi tantangan tersebut ialah menumbuhkan modal sosial para lulusan STEM. Salah satunya membangun jejaring pada saat mereka kuliah, seperti aktif di LinkedIn atau berjejaring dengan dosen atau asisten dosen yang memiliki jaringan yang lebih luas sehingga modal sosial para lulusan bidang STEM ini dapat tumbuh.
Lebih lanjut, Rosemary, yang ahli komunikasi sains, mengatakan, mahasiswa sains dikenal dengan keterampilan teknis yang sangat baik sebagai hasil dari gelar sarjana sains. Namun, pengajaran keterampilan teknis telah sangat terganggu oleh pandemi Covid-19. Pada tahun 2022, mahasiswa sains tahun ketiga hanya melakukan satu semester pembelajaran di kampus untuk melatih keterampilan ”lab basah” mereka, dan telah melaporkan bahwa mereka merasa tidak siap untuk tempat kerja lulusan.
”Kami tidak dapat melanjutkan tren siswa STEM yang tidak dipekerjakan dalam peran STEM setelah lulus. Para mahasiswa tak hanya butuh keahlian teknis, tetapi juga modal sosial yang dapat memberdayakan kemampuan kerja lulusan (bidang) STEM,” kata Rosemary.
Langkah pertama adalah membantu siswa mengembangkan profil LinkedIn yang kuat di awal perjalanan pendidikan mereka untuk meningkatkan visibilitas daring mereka. Mahasiswa harus menampilkan kepribadian profesional dari awal kursus mereka. Begitu mereka memiliki kehadiran daring, mereka dapat membangun modal sosial mereka melalui bergabung dengan kelompok profesional, mengambil keuntungan dari pendampingan, dan memilih untuk magang pembelajaran yang terintegrasi dengan pekerjaan.
Pengusaha yang merekrut lulusan bidang STEM mengharapkan staf mereka tidak hanya memiliki tingkat pengetahuan teknis dan konten yang tinggi, tetapi juga memiliki keterampilan profesional, seperti komunikasi, kerja tim, pemecahan masalah, dan pemikiran mandiri, untuk mendukung budaya tempat kerja. Karena itu, mahasiswa perlu diperlengkapi untuk mengembangkan dan menggunakan berbagai modal untuk transisi mereka ke pasar tenaga kerja. Modal yang diterima saat ini ialah manusia (teknis dan keterampilan yang dapat ditransfer), psikologis (ketahanan dan efikasi diri), identitas (narasi pekerjaan yang diarahkan sendiri), budaya (pemahaman perbedaan budaya), dan modal sosial.