Memantau Jam Sebelum Tertidur Memperburuk Insomnia
Insomnia atau gangguan yang menyebabkan sulit tidur dialami oleh banyak orang. Penelitian terbaru di Indiana University, Amerika Serikat, menyebutkan, memantau jam sambil mencoba untuk tertidur memperburuk insomnia.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Insomnia atau gangguan yang menyebabkan sulit tidur dialami oleh banyak orang. Tak jarang orang-orang khawatir waktu tidurnya tidak cukup sehingga terus-menerus memantau jam. Penelitian terbaru di Indiana University, Amerika Serikat, menyebutkan, memantau jam sambil mencoba untuk tertidur memperburuk insomnia.
Penelitian yang dipimpin oleh Spencer Dawson itu berfokus pada sampel dari hampir 5.000 pasien yang menjalani perawatan di klinik tidur. Dawson merupakan asisten profesor klinis di Department of Psychological and Brain Sciences, Indiana University.
Insomnia dapat memicu munculnya berbagai gangguan, seperti berkurangnya konsentrasi dan daya berpikir. Kondisi ini juga dikaitkan dengan masalah kesehatan jangka panjang, termasuk penyakit kardiovaskular, diabetes, dan depresi.
Peserta penelitian mengisi kuesioner tentang tingkat keparahan insomnia mereka, penggunaan obat tidur, dan waktu yang dihabiskan untuk memantau perilaku mereka sendiri saat mencoba untuk tidur. Mereka pun diminta melaporkan diagnosis psikiatri. Riset ini menggunakan analisis mediasi untuk mengetahui bagaimana faktor-faktor tersebut saling memengaruhi.
”Kami menemukan perilaku pemantauan waktu atau jam terutama berpengaruh pada penggunaan obat tidur karena memperparah gejala insomnia,” ujarnya dilansir dari Eurekalert.org, Selasa (16/5/2023).
Dawson mengatakan, orang-orang khawatir tidak cukup waktu tidur. Kemudian mereka mulai memperkirakan berapa lama akan tertidur kembali dan kapan mereka harus bangun.
Insomnia dapat memicu munculnya berbagai gangguan, seperti berkurangnya konsentrasi dan daya berpikir. Kondisi ini juga dikaitkan dengan masalah kesehatan jangka panjang, termasuk penyakit kardiovaskular, diabetes, dan depresi.
”Itu bukanlah jenis aktivitas yang membantu memfasilitasi untuk tertidur. Semakin stres Anda, semakin sulit Anda tertidur,” katanya.
Ketika sulit untuk tidur, orang cenderung menggunakan alat bantu tidur. Hal ini bertujuan mendapatkan kendali atas waktu tidur mereka agar memadai.
Penelitian itu menunjukkan intervensi perilaku sederhana dapat memberikan bantuan bagi mereka yang berjuang melawan insomnia. ”Satu hal yang dapat dilakukan adalah membalikkan atau menutupi jam, menyingkirkan jam tangan pintar, dan menjauhkan ponsel sehingga mereka tidak dapat melihat waktu,” ujarnya.
Dalam penelitian lain oleh American Academy of Neurology disebutkan, transisi waktu dalam pergantian musim dikaitkan dengan peningkatan gangguan tidur. Studi ini melibatkan 30.097 orang berusia 45-85 tahun dengan meneliti durasi dan kepuasan tidur, kemampuan untuk tertidur, serta rasa kantuk berlebihan pada siang hari.
”Tidur berperan penting dalam menjaga kesehatan, suasana hati, kognisi, performa kerja, dan aktivitas sosial yang baik. Kondisi ini dipengaruhi oleh ritme sirkadian serta waktu internal yang mengatur proses tubuh,” ujar penulis studi itu, Ron B Postuma, dari McGill University, Kanada.
Akan tetapi, gangguan tidur yang terjadi dalam transisi waktu akibat pergantian musim tidak berlangsung lama. Gangguan itu umumnya tidak lagi dirasakan dua minggu setelah pergantian musim.