Paparan Kebisingan Pesawat Tingkatkan Risiko Kurang Tidur
Paparan kebisingan pesawat dapat mengganggu tidur. Penelitian terbaru menyebutkan orang yang terpapar kebisingan pesawat tingkat sedang cenderung tidur kurang dari tujuh jam.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Paparan kebisingan pesawat dapat mengganggu tidur. Penelitian terbaru oleh Boston University School of Public Health (BUSPH) dan Oregon State University, Amerika Serikat, menyebutkan orang yang terpapar kebisingan pesawat tingkat sedang cenderung tidur kurang dari tujuh jam.
Risiko ini meningkat pada orang yang tinggal di dekat bandara. Para peneliti memeriksa paparan kebisingan pesawat yang dilaporkan lebih dari 35.000 orang yang tinggal di sekitar 90 bandara utama di Amerika Serikat.
Penelitian tersebut diterbitkan dalam Jurnal Environmental Health Perspectives pada April 2023. Studi itu menemukan orang yang terpapar kebisingan pesawat pada tingkat lebih dari 45 desibel (dB) cenderung tidur kurang dari tujuh jam per malam.
”Studi ini membantu kita memahami jalur kesehatan potensial yang dapat disebabkan kebisingan pesawat, seperti melalui gangguan tidur,” ujar penulis senior studi tersebut, Junenette Peters, dilansir dari Sciencedaily.com,Selasa (2/5/2023).
Penelitian ini merupakan analisis skala besar terhadap kebisingan pesawat dan durasi tidur yang memperhitungkan berbagai paparan lingkungan di masyarakat. Tidur cukup sangat penting untuk kesehatan, termasuk fungsi fisik dan mental.
Rata-rata orang dewasa membutuhkan waktu tidur sekitar 7-9 jam per hari. Kurang tidur dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular, depresi, diabetes, dan gangguan kesehatan lainnya.
Penelitian ini merupakan analisis skala besar terhadap kebisingan pesawat dan durasi tidur yang memperhitungkan berbagai paparan lingkungan di masyarakat. Tidur cukup sangat penting untuk kesehatan, termasuk fungsi fisik dan mental.
Dalam studi ini, tim peneliti memeriksa tingkat kebisingan pesawat setiap lima tahun mulai 1995 hingga 2015. Mereka fokus pada dua pengukuran, yaitu estimasi waktu malam (night) yang menangkap kebisingan pesawat saat orang tidur dan tingkat suara rata-rata siang-malam (DNL).
DNL merupakan metrik utama yang digunakan Badan Penerbangan Federal AS (Federal Aviation Administration/FAA) untuk kebijakan kebisingan pesawat. Ambang batas untuk dampak kebisingan signifikan adalah di atas 65 desibel.
Setelah memperhitungkan berbagai faktor, termasuk demografi, perilaku kesehatan, komorbiditas, dan paparan lingkungan hasil penelitian menunjukkan kemungkinan tidur kurang dari tujuh jam meningkat karena paparan kebisingan pesawat meningkat. Durasi tidur pendek juga lebih mungkin dialami oleh orang yang tinggal di dekat kargo utama bandara.
”Kami menemukan hubungan yang sangat kuat untuk subkelompok tertentu yang masih kami coba pahami. Misalnya, ada sinyal yang relatif kuat antara kebisingan pesawat dan gangguan tidur, durasi tidur pendek, serta kualitas tidur yang buruk, di dekat kargo utama,” ujar Matthew Bozigar, asisten profesor epidemiologi di Oregon State University.
Menurut Bozigar, hal itu karena operasional kargo cenderung menggunakan lebih banyak pesawat tua dan sarat muatan sehingga lebih berisik saat terbang malam hari. Selain itu, jumlah kargo yang dikirimkan melalui udara terus meningkat dalam beberapa dekade terakhir.
”Jika tren ini berlanjut, itu bisa berarti semakin besar dampak kebisingan pesawat ke lebih banyak orang,” ujarnya.