Sekolah Diajak Membenahi Kualitas Pendidikan
Sekolah harus memastikan layanan pembelajaran berkualitas untuk siswa. Sekolah pun diajak berbenah dengan berbasis data sesuai kondisi sekolah yang terpotret di Rapor Pendidikan.

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Anwar Makarim berdialog dengan sejumlah kepala sekolah dan kepala dinas pendidikan di peluncuran Merdeka Belajar Episode 19: Rapor Pendidikan Indonesia, di Jakarta, Jumat (1/4/2022),
JAKARTA, KOMPAS — Penyelenggaraan pendidikan di sekolah-sekolah masih menunjukkan parameter yang rendah. Selain kompetensi minimum literasi dan numerasi yang rendah, bullying atau perundungan dan kekerasan seksual juga menjadi tantangan dalam menjaga keamanan lingkungan sekolah. Karena itu, satuan pendidikan didorong membenahi kualitas pendidikan sesuai dengan kebutuhan masing-masing.
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Anwar Makarim di acara Peluncuran Rapor Pendidikan Versi 2.0 di Jakarta, Rabu (10/5/2023), mengatakan, satuan pendidikan diajak membenahi berbagai aspek pembelajaran yang masih rendah, seperti kompetensi literasi dan numerasi, karakter profil Pelajar Pancasila, serta keamanan lingkungan belajar dari kekerasan. Aspek-aspek penilaian ini didapat dari pelaksanaan Asesmen Nasional (AN) tahun 2021 dan 2022 yang dituangkan menjadi Rapor Pendidikan untuk tiap satuan pendidikan dan daerah.
”Rapor Pendidikan hadir untuk mendukung satuan pendidikan dalam melakukan perencanaan program berbasis data. Dengan platform Rapor Pendidikan ini, satuan pendidikan dapat memanfaatkan hasil AN sebagai bahan refleksi guna membenahi aspek-aspek pembelajaran yang masih kurang di sekolah masing-masing,” kata Nadiem.
Di Rapor Pendidokan, yang terlibat bukan hanya kepala sekolah dan guru, melainkan juga siswa.
Sejak diluncurkan tahun 2022, platform Rapor Pendidikan telah dimanfaatkan sekitar 284.000 satuan pendidikan untuk melakukan refleksi dan pembenahan serta melakukan perencanaan berbasis data. ”Kini kepala satuan pendidikan, pendidik, tenaga kependidikan, dan operator sekolah dapat mengambil peran dalam memahami kondisi satuan pendidikan masing-masing serta menentukan prioritas pembenahan bersama,” kata Nadiem.
Umpan balik
Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kemendikbudristek Anindito Aditomo memaparkan, sebagai bagian dari Merdeka Belajar, Kemendikbudristek telah melaksanakan AN untuk mengukur kualitas hasil belajar literasi, numerasi, karakter, dan lingkungan belajar di seluruh satuan pendidikan di Indonesia. ”Hasil AN ini kami sampaikan sebagai umpan balik dan dasar melakukan perencanaan berbasis data melalui platform Rapor Pendidikan. Platform Rapor Pendidikan ini menjadi alat bagi satuan pendidikan untuk melakukan proses identifikasi, refleksi, dan benahi guna meningkatkan kualitas pembelajaran,” ujar Anindito.

Guna mengoptimalkan pemanfaatan platform Rapor Pendidikan, lanjut Anindito, Kemendikbudristek terus melakukan evaluasi dengan menjaring masukan dan aspirasi dari para pemangku kepentingan. Evaluasi tersebut mendorong Kemendikbudristek melakukan penyempurnaan platform Rapor Pendidikan secara berkelanjutan sehingga satuan pendidikan memperoleh parameter data dan wawasan yang semakin relevan dalam merencanakan pembenahan.
Peluncuran platform Rapor Pendidikan versi 2.0 untuk memperluas akses ke pendidik. Hal ini memungkinkan gotong royong antara kepala satuan pendidikan, pendidik, tenaga kependidikan, dan operator. ”Perluasan akses ini sekaligus menandakan pembenahan tidak hanya di tangan kepala satuan pendidikan, tetapi juga menjadi tanggung jawab seluruh warga satuan pendidikan,” ucap Anindito.
Baca juga: Kesenjangan Mutu dalam Rapor Pendidikan Indonesia
Pada versi 2.0, satuan pendidikan, mulai dari pendidikan anak usia dini (PAUD), pendidikan dasar, menengah, sekolah luar biasa, hingga pendidikan vokasi, dapat menemukan fitur-fitur baru, seperti deskripsi yang lebih ringkas, enam indikator prioritas untuk jenjang dasar-menengah dan delapan indikator prioritas untuk jenjang SMK, tiga spektrum warna yang lebih sederhana, serta tombol arti capaian saya untuk mengetahui lebih detail terkait capaian dan sumber datanya. Satuan pendidikan juga bisa mengetahui posisinya di antara satuan pendidikan lainnya di wilayah masing-masing.
”Rapor Pendidikan dihadirkan tidak hanya sekadar menampilkan data, tetapi juga lebih penting dari itu, yaitu untuk menghidupkan budaya refleksi, sehingga semua lingkungan sekolah dapat berdiskusi bersama serta menemukan permasalahan yang ada dan solusi yang sesuai untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di setiap sekolah,” kata Anindito.
Anindito mengatakan, kini platform Rapor Pendidikan hadir dengan proses identifikasi yang lebih ringkas, refleksi akar masalah yang lebih komprehensif, serta membantu satuan pendidikan melakukan pembenahan dengan beragam inspirasi aksi pembenahan yang lebih mendorong aksi nyata.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F05%2F01%2F3a3e44c9-2250-4668-8d43-c827f1f44782_jpg.jpg)
Siswa di sekolah kecil di SD Negeri Sremo 1, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, Rabu (15/2/2023),
Kepala SD Negeri 39 Pontianak Fatinam mengatakan, sebelum ada platform Rapor Pendidikan, sekolah mengevaluasi diri lewat program evaluasi diri sekolah (EDS) dalam bentuk rapor mutu. Namun, pengisian hanya melibatkan kepala sekolah dan guru.
”Di Rapor Pendidikan, yang terlibat bukan hanya kepala sekolah dan guru, melainkan juga siswa. Para siswa pun bukan siswa berprestasi yang dipilih sekolah, melainkan secara acak sesuai data pokok pendidikan. Kami merasa mendapatkan potret sekolah yang sesungguhnya karena semua warga sekolah terlibat,” kata Fatinam.
Ia menyambut baik perbaikan platform Rapor Pendidikan yang semakin memudahkan sekolah untuk memanfaatkan fitur-fitur evaluasi dan insipirasi perbaikan. ”Kami bisa melihat nilai tahun sebelumnya dengan yang sekarang. Jadi bisa segera tahu ada peningkatan atau penurunan. Ada juga fitur untuk membantu sekolah membenahi aspek-aspek yang masih kurang dan terhubung dengan Platform Merdeka Mengajar (PMM). Ini memudahkan sekolah untuk melakukan aksi nyata perbaikan di sekolah,” ujar Fatinam.
Baca juga: Paradoks Asesmen Nasional
Kepala SMP Negeri 38 Bandung Suratman mengatakan, sebelum ada Rapor Pendidikan, sekolah menggunakan berbagai sumber data saat hendak menyusun program dan kebijakan di sekolah. Akibatnya, ada kebingungan dalam menyusun program sekolah yang dapat menggambarkan kondisi nyata sekolah.
”Dengan Rapor Pendidikan, kami terbantu, lebih fokus, dan lebih terarah sehingga melakukan perbaikan manajemen sekolah berbasis data. Dari analisis akar masalah dan rancangan solusi yang tepat bisa kami dapatkan dan melibatkan semua warga sekolah untuk menyusun program perbaikan,” ujar Suratman.