Masyarakat hukum adat Byak Karon menggelar festival Munara Beba Byak Karon. Festival ini bertujuan untuk memperkuat akar budaya setempat sekaligus sebagai upaya perlindungan dan pelestarian lingkungan daerah setempat.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
KOMPAS/DEONISIA ARLINTA
Masyarakat adat Byak Karon menari bersama dalam pembukaan acara Festival Munara Beba Byak Karon di Distrik Sausapor, Tambrauw, Papua Barat Daya, Rabu (22/3/2023). Festival ini diharapkan dapat memperkuat nilai-nilai budaya setempat.
TAMBRAUW, KOMPAS — Festival Munara Beba Byak Karon mulai digelar di Distrik Bikar dan Distrik Sausapor, Kabupaten Tambrauw, Papua Barat Daya, Rabu (22/3/2023). Festival yang baru pertama kali diselenggarakan untuk masyarakat hukum adat Byak Karon tersebut diharapkan dapat memperkuat nilai-nilai kearifan budaya setempat.
Festival Munara Beba Byak Karon diselenggarakan pada Rabu, 22 Maret 2023, sampai Sabtu, 25 Maret 2023. Dalam festival tersebut sejumlah kegiatan dilakukan, seperti penyajian makanan khas Byak Karon, lomba dayung perahu adat, lomba memancing tradisional, lomba seni ukir badan, lomba pidato bahasa Byak, lomba tari yospan, serta upacara sasisen (tutup sasi).
Praktik tutup sasi berarti larangan mengambil hasil sumber daya alam tertentu di masa dan lokasi yang telah disepakati sebagai wujud pelestarian dan perlindungan dari eksploitasi berlebihan. Praktik ini merupakan praktik konservasi lingkungan tradisional.
Tokoh masyarakat hukum adat Byak Karon, Hans Mambrasar (63), di Distrik Sausapor, Kamis (23/3/2023), mengatakan, banyak anak muda sudah tidak mengetahui budaya suku Byak Karon. Itu sebabnya, festival ini diharapkan dapat mengembalikan ingatan dan kesadaran masyarakat, terutama anak-anak muda, akan akar budaya mereka.
”Banyak anak-anak yang bahkan sudah tidak tahu bahasa asli Byak Karon. Jangan sampai budaya kita (Byak Karon) ini dilupakan atau hilang,” ujarnya.
KOMPAS/DEONISIA ARLINTA
Masyarakat menonton lomba dayung perahu adat di Kampung Emaos, Distrik Sausapor, Tambrauw, Papua Barat Daya, Kamis (23/3/2023). Perlombaan ini merupakan serangkaian acara yang diselenggarakan dalam Festival Munara Beba Byak Karon.
Selain itu, Hans menyampaikan, festival Munara Beba Byak Karon bisa menjadi ruang bagi masyarakat setempat untuk mengaktualkan nilai-nilai budaya serta memperkuat komunikasi keluarga besar Byak Karon. Keterikatan yang erat dengan lingkungan pun diharapkan dapat turut meningkatkan upaya perlindungan dan pelestarian lingkungan di daerah tersebut.
Salah satu budaya yang akan diangkat dalam festival ini adalah budaya memancing tradisional atau dalam bahasa setempat disebut snap mor. Budaya memancing ini dilakukan oleh suku Byak ketika air laut sedang surut. Ritual ini sebagai cara bagi para nelayan untuk menyucikan diri agar hasil pancingan dapat membawa keberkahan bagi masyarakat.
Banyak anak-anak yang bahkan sudah tidak tahu bahasa asli Byak Karon. Jangan sampai budaya kita (Byak Karon) ini dilupakan atau hilang.
Manajer Senior Yayasan Konservasi Alam Nusantara untuk wilayah bentang laut kepala burung Papua Lukas Rumetna menuturkan, setidaknya ada dua hal utama yang diharapkan dapat terwujud melalui Festival Munara Beba Byak Karon. Tujuan pertama untuk membangun keharmonisan dan memperkuat adat istiadat masyarakat setempat. Tujuan kedua untuk memperkuat upaya perlindungan laut berbasis masyarakat.
KOMPAS/DEONISIA ARLINTA
Regina Mambrasar Yapen (63) menyiapkan makanan khas masyarakat adat Byak Karon untuk dipamerkan dalam Festival Munara Beba Byak Karon di Distrik Sausapor, Tambrauw, Papua Barat Daya, Rabu (22/3/2023).
Kawasan pengelolaan wilayah laut berbasis masyarakat hukum adat (MHA) Byak Karon telah diatur dalam Peraturan Daerah Provinsi Papua Barat Nomor 13 Tahun 2019 yang diubah menjadi Peraturan Daerah Provinsi Papua Barat Nomor 3 Tahun 2022 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Papua Barat Tahun 2022-2041. Setidaknya terdapat 12.000 hektar kawasan pengelolaan wilayah laut dari MHA Byak Karon.
”Dengan memperkuat masyarakat adat, komitmen untuk bisa bersama-sama menjaga dan melestarikan laut pun diharapkan bisa semakin baik. Budaya yang turun-temurun ada di masyarakat Byak Karon telah lama hidup dari potensi sumber daya laut,” tuturnya.