Enam Tahun Kompas.id Menjaga Jurnalisme Mencerahkan
Enam tahun sudah Kompas.id berupaya menjalankan peran jurnalisme yang tidak hanya mencerdaskan, tetapi juga mencerahkan kehidupan bangsa.
Oleh
Stephanus Aranditio
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Peran jurnalisme tidak berhenti pada nilai mencerdaskan bangsa, ada tanggung jawab yang lebih besar untuk mencerahkan para pembaca. Enam tahun sudah Kompas.id yang menjadi ekstensi dari harian Kompas mengarungi era digital tetap berusaha menjadi pencerah di tengah banjir informasi di jagat maya. Media digital berbayar ini diluncurkan pertama kali pada 2 Februari 2017.
Perayaan ulang tahun Kompas.id ke-6 berlangsung meriah. Semua berkumpul menjadi satu di ”dapur” redaksi Kompas, lantai 5 Menara Kompas. Semua melebur menjadi satu dalam kehangatan, mulai dari petugas kebersihan, pekerja media, wartawan, Pemimpin Redaksi Sutta Dharmasaputra, Pemimpin umum Harian Kompas Lilik Oetama, Director of Public Affairs PT Djarum Mutiara Diah Asmara, Rektor IPB University Arif Satria, hingga Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Anwar Makarim.
Hadir pula secara daring Duta Besar RI untuk China dan Mongolia, Djauhari Oratmangun, serta Duta Besar RI untuk Kazakhstan dan Tajikistan, Mochamad Fadjroel Rachman. Jarak ribuan kilometer tak menghalangi mereka untuk turut merasakan kemeriahan ruang redaksi Kompas.id di Palmerah, Jakarta, yang dimeriahkan oleh duo Endah N Rhesa.
Bagi Djauhari yang sudah membaca Kompas sejak duduk di sekolah dasar di Ambon, kehadiran Kompas.id sebagai pelopor media berlangganan di Indonesia harus memberikan informasi yang mencerahkan. Menurut dia, Kompas.id telah menunjukkan contoh jurnalisme mencerahkan, seperti mengabarkan hubungan bilateral antara Indonesia dan China, serta beberapa hal yang positif di China untuk bisa dipelajari di Tanah Air demi mencapai Indonesia Emas 2045.
”Jurnalisme mencerahkan itu akan berkontribusi pada energi positif yang menginspirasi anak-anak muda Indonesia sekarang, apalagi dengan perkembangan digital. Khususnya semangat nasionalisme dan cinta Tanah Air untuk kemajuan bangsa dan negaranya, ini yang bisa Kompas.id lakukan, tahun emas Indonesia ini tinggal 23 tahun lagi,” kata Djauhari dari Beijing.
Sementara bagi Fadjroel, disrupsi digital yang menghadirkan banyak informasi bagai pisau bermata dua, orang bisa jadi terinformasi, tetapi belum tentu tercerahkan. Diperparah lagi dengan psikologi manusia yang lebih senang dengan kabar sensasional, justru dirawat oleh media hari ini. Kompas.id sejak awal berdiri berupaya menjauhi hal tersebut dengan tetap menjalankan misi menjadi media pencerah.
Selain itu, media juga berperan menghasilkan karya jurnalistik dari Sabang sampai Merauke yang menginspirasi selain menjadi pengawas yang membangun terhadap kinerja pemerintahan. Hal-hal itu akan menjadi kunci mencapai jurnalisme mencerahkan.
Untuk mencapai jurnalisme mencerahkan itu, Kompas.id bersama harian Kompasterus menjunjung tinggi jurnalistik yang menghormati dan menyampaikan kebenaran kepada publik.
”Tantangan yang kita hadapi sekarang adalah infodemik, Kompas.id adalah cara untuk menghadapi infodemik dan memberikan kompas untuk mencerdaskan kehidupan bangsa sesuai amanat konstitusi. Pendiri Kompas Jakob Oetama pernah berkata, kini media tidak hanya mencerdaskan, tetapi juga mencerahkan kehidupan bangsa,” kata Fadjroel dari Almaty, ibu kota lama Kazakhstan.
Jocelin Lavinia Wendiady (20), mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Jakarta, juga merasa jengah dengan berita-berita di internet dewasa ini. Dia berharap Kompas.id tetap memegang teguh prinsip jurnalisme mencerahkan dan menjadi penunjuk arah di tengah masyarakat.
”Kami generasi muda harus terus update dengan apa yang terjadi di sekitar kita. Tema jurnalisme mencerahkan ini relevan sekali karena jurnalisme hari ini cukup dilema bagi kita semua. Jurnalisme mencerahkan ini seakan mematahkan hal itu dan membuktikan masih banyak berita yang baik,” kata Jocelin.
Untuk mencapai jurnalisme mencerahkan itu, Kompas.id bersama harian Kompas terus menjunjung tinggi jurnalistik yang menghormati dan menyampaikan kebenaran kepada publik. Kerja seluruh wartawannya wajib bersikap independen dan profesional, serta verifikasi mendalam dalam setiap produk jurnalistiknya.
Perayaan hari ulang tahun ke-6 Kompas.id ditutup dengan pemotongan tumpeng dan kue dipimpin Nadiem Makarim. Potongan tumpeng pertama diberikan kepada Jocelin, mahasiswa Universitas Atma Jaya Jakarta, sebagai simbol anak muda penerus bangsa yang turut mencerahkan masyarakat. Setelah itu, mereka menyalakan laser bertuliskan ”Kompas.id Ayo Dukung #Jurnalismemencerahkan” di dinding Menara Kompas. Pertunjukan laser ini berlangsung selama sepekan ke depan.