Tantangan pers ke depan tidak hanya ditentukan seberapa cepat media mengadopsi teknologi digital. Namun, bagaimana kecepatan transmisi konten digital itu memenuhi ekspektasi publik atau pembaca.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
KOMPAS/TATANG MULYANA SINAGA
Peserta Konvensi Nasional Media Massa: Peluang di Tahun Menantang berfoto bersama dalam rangkaian kegiatan peringatan Hari Pers Nasional di Medan, Sumatera Utara, Rabu (8/2/2023).
MEDAN, KOMPAS — Pers Tanah Air dihadapkan pada tantangan tak mudah akibat disrupsi digital dan ancaman resesi global. Banyak media menghentikan edisi cetaknya dan beralih ke platform digital. Namun, di balik tantangan itu, terdapat berbagai peluang yang bisa dioptimalkan untuk bertahan, bahkan berkembang.
Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G Plate mengatakan, tantangan pers ke depan tidak hanya ditentukan seberapa cepat media mengadopsi teknologi digital. Namun, bagaimana kecepatan transmisi konten digital itu memenuhi ekspektasi publik atau pembaca.
Tantangan semakin besar dengan maraknya penyebaran disinformasi di ruang digital. Selain itu, pemberitaan dengan judul umpan klik atau click bait kian mendominasi.
Akan tetapi, peran media masih krusial dalam memengaruhi persepsi masyarakat. Bahkan, tak jarang pemberitaan media juga berdampak terhadap kebijakan publik.
Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G Plate memberikan sambutan dalam Konvensi Nasional Media Massa: Peluang di Tahun Menantang pada peringatan Hari Pers Nasional di Medan, Sumatera Utara, Rabu (8/2/2023). Menurut Johnny, momentum transformasi digital juga menghadirkan peluang besar bagi media.
”Selain berbagai tantangan itu, momentum transformasi digital juga menghadirkan peluang besar bagi media dan jurnalis,” ujarnya dalam Konvensi Nasional Media Massa: Peluang di Tahun Menantang pada peringatan Hari Pers Nasional di Medan, Sumatera Utara, Rabu (8/2/2023).
Menurut Johnny, pemanfaatan artificial intelligence menjadi salah satu peluang yang bisa dimanfaatkan pers. Ia mengatakan, penggunaan teknologi ini oleh Associated Press di Amerika Serikat telah meningkatkan produksi berita hingga beberapa kali lipat.
”Peluang besar ini harus diimbangi dengan kemampuan beradaptasi oleh insan pers,” katanya.
Johnny menambahkan, untuk menjaga ekosistem media berkelanjutan, diperlukan payung hukum dalam distribusi konten di platform digital. Pemerintah telah menyiapkan draf regulasi publisher rights atau hak penerbit. Regulasi tersebut akan mengatur hubungan antara platform digital dan media dalam aspek ekonomi.
Tantangan semakin besar dengan maraknya penyebaran disinformasi di ruang digital. Selain itu, pemberitaan dengan judul umpan klik atau click bait kian mendominasi.
Ketua Komisi Penelitian, Pendataan, dan Ratifikasi Pers Dewan Pers Atmaji Sapto Anggoro mengatakan, banyak model bisnis yang berpotensi dikembangkan oleh media daring. Peningkatan pengguna internet di Indonesia yang mencapai 77,02 persen dari populasi penduduk menjadi pasar yang menjanjikan.
Beberapa model bisnis itu seperti kerja sama dengan pemerintah daerah, sponsor dari lembaga atau institusi, dan mengembangkan komunitas. Selain itu, melalui iklan programatik, back link, dan konten premium berbayar.
”Kalau finansialnya sudah kuat, harus menegakkan kembali amanah sebagai media. Mendirikan media tidak hanya berpikiran ekonomi, tetapi juga punya idealisme,” katanya.
Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Atal S Depari mengatakan, tahun politik menjelang Pemilu 2024 akan diwarnai kegaduhan dan ketidakpastian yang memengaruhi pers. Apalagi, sejumlah pemilik industri media merupakan pimpinan partai politik.
”Setiap ada tantangan, muncul juga peluang. Tinggal bagaimana memanfaatkan peluang dengan tetap menjaga independensi dan profesionalitas wartawan,” ucapnya.
Sejumlah jurnalis dari Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kendari dan Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) Sultra melakukan aksi menolak Rancangan Undang-Undang Kitab Undang-undang Hukum Pidana di kantor DPRD Sultra, Selasa (6/12/2022).
Gubernur Sumut Edy Rahmayadi menyebutkan, kebebasan pers dibutuhkan untuk mendukung kemajuan bangsa. Pers juga berperan dalam memantau kinerja pemerintahan.
Kolaborasi
Salah satu peluang pers untuk berkembang adalah berkolaborasi dengan platform digital. Google, misalnya, bekerja sama dengan sejumlah media dan jurnalis dalam program cek fakta untuk menyediakan informasi yang akurat bagi masyarakat.
”Sudah menjadi misi kami untuk menyediakan informasi berguna yang dapat diakses semua orang. Di sini, peran publisher (media) sangat penting,” ujar News Partnership Google Indonesia Yos Kusuma.
Yos menambahkan, pihaknya juga berkomitmen mendukung pers berkelanjutan. Oleh sebab itu, sejumlah media yang tertinggal dalam transformasi digital dibantu dalam mengoptimalkan strategi iklan.
KOMPAS/TATANG MULYANA SINAGA
Redaktur Pelaksana Harian Kompas Adi Prinantyo (kiri), Ketua Komisi Hukum dan Perundang-undangan Dewan Pers Arif Zulkifli (kedua dari kiri), dan pendiri Narasi TV Najwa Shihab (kedua dari kanan) menjadi narasumber dalam Konvensi Nasional Media Massa: Peluang di Tahun Menantang pada peringatan Hari Pers Nasional di Medan, Sumatera Utara, Rabu (8/2/2023).
Redaktur Pelaksana Harian Kompas Adi Prinantyo mengatakan, jurnalisme menghadapi beberapa tantangan kekinian. Kemajuan teknologi, misalnya, membuat wawancara tidak harus dengan pertemuan fisik. Tantangan lainnya adalah jaringan antarmedia membuat data terbagi di antara pewarta.
”Selain itu, banjir informasi menjauhkan media arus utama dari publik, kecuali yang mampu beradaptasi,” katanya.
Menurut Adi, media arus utama masih bisa bertahan di tengah banjir informasi dan disrupsi digital. Namun, media harus bisa mempertahankan akurasi. Selain itu, mempertahankan independensi sehingga terjaga jarak ruang redaksi dengan pihak eksternal.
”Kemudian memproduksi konten-konten pembeda. Konten ini betul-betul membedakan kualitas media, produk media, dengan berita-berita kebanyakan,” jelasnya.