Akses layanan pendidikan dasar bagi anak-anak Indonesia makin luas. Namun mutu penguasaan kemampuan dasar belajar peserta didik masih rendah.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·4 menit baca
KOMPAS/FABIO LOPES DA COSTA
Aktivitas belajar siswa SMP Negeri Tiomneri di Lanny Jaya, November 2017. Mutu pendidikan dasar di jenjang SD dan SMP masih tertinggal.
JAKARTA, KOMPAS — Capaian pembelajaran para siswa di jenjang pendidikan dasar di Indonesia masih tertinggal. Padahal, pendidikan dasar fondasi pembangunan sumber daya manusia. Untuk itu pemerintah daerah perlu mendukung inovasi pendidikan dalam pembelajaran dan kepemimpinan sekolah demi meningkatkan mutu pendidikan.
Direktur Program Pendidikan Dasar Tanoto Foundation Margaretha Ari Widowati di Jakarta, Selasa (31/1/2023), menuturkan, mayoritas anak Indonesia usia 15 tahun berada di bawah standar minimum dalam kemampuan literasi, numerasi, dan sains.
Hal itu berdasarkan penilaian internasional atas kompetensi siswa jenjang pendidikan dasar di Indonesia lewat Programme for International Student Assessment(PISA) tahun 2018.
”Padahal, pendidikan dasar jenjang sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP) merupakan fondasi esensial membangun SDM, terutama pada kemampuan kognitif, sosial, dan emosional,” ujar Margaretha.
Upaya percepatan peningkatan mutu pendidikan di daerah mesti didorong dengan hadirnya inovasi pembelajaran dan kepemimpinan di satuan pendidikan dan daerah. Sebab, inovasi pendidikan menjadi faktor krusial dalam meningkatkan mutu pendidikan untuk membuka jalan bagi agenda penguatan kapasitas SDM Indonesia.
Praktik meningkatkan kemampuan daerah berinovasi pembelajaran dan kepemimpinan demi pendidikan bermutu turut didukung Tanoto Foundation melalui program Pengembangan Inovasi untuk Kualitas Pembelajaran (Pintar), yang bermitra dengan 25 pemerintah kabupaten atau kota di Indonesia.
Pendidikan dasar jenjang sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP) merupakan fondasi esensial membangun SDM, terutama pada kemampuan kognitif, sosial, dan emosional.
Pada tahun 2021 program ini menjangkau 8.490 guru dan kepala sekolah sebagai model pembelajaran aktif bagi lebih dari 198.000 siswa.
”Kami berkolaborasi dengan pemerintah daerah. Sebab, program Pintar memiliki misi membantu pemerintah dalam meningkatkan mutu pembelajaran dan kepemimpinan sekolah. Kami tidak hanya memodelkan pembelajaran aktif, tetapi juga mendorong percepatan pembelajaran berbasis teknologi,” kata Margaretha.
Salah satu inovasi itu dilakukan di provinsi Ibu Kota Negara (IKN), Kalimantan Timur. Perjuangan untuk meningkatkan mutu pendidikan dasar di berbagai daerah di Kaltim dibagikan melalui buku bertajuk ”Pijar Pembelajaran, Perjuangan Insan Pendidikan Penyangga Nusantara”.
Gubernur Kalimantan Timur Isran Noor mengutarakan, peningkatan kualitas pembelajaran dan kepemimpinan sekolah menjadi bagian penting dalam pengembangan SDM. ”Besar harapan kami agar insan-insan muda dapat mengenyam pendidikan dasar bermutu melalui sekolah-sekolah dan guru-guru terbaik,” ujar Isran.
Guru Matematika SMPN 05 Tanah Grogot, Kabupaten Paser, Supriaten, yang mengikuti program Pintar, menuturkan, pada awal pengalamannya sebagai guru selama 22 tahun, dia mengajar layaknya guru-guru terdahulu.
Proses pembelajaran satu arah sehingga interaksi timbal balik dari murid juga minim. Stigma belajar Matematika menakutkan di kalangan siswa pun makin kuat.
Setelah mengikuti pelatihan di program Pintar, Supriaten yang lulusan S-1 Pendidikan Matematika Universitas Purworejo merancang model pembelajaran lebih atraktif. Dia menyajikan metode belajar matematika yang menyenangkan. Misalnya, penggunaan platform Quizziz hingga Kahoot yang lazimnya digunakan pada sesi informal.
Kurikulum Merdeka yang mengharuskan adanya pertanyaan pemantik sebelum kelas dimulai menjadi jalan masuk Supriaten memanfaatkan platform Padlet dan Tricider sebagai ajang pengayaan dan panggung komunikasi murid.
”Kami juga memanfaatkan alat-alat peraga di kelas sehingga bisa menciptakan proses pembelajaran interaktif,” kata Supriaten yang juga menjadi salah satu fasilitator daerah (fasda), lalu meningkat menjadi fasda nasional Pintar.
Supriaten mengaku senang lantaran murid lebih menikmati proses belajar, yang disertai tumbuhnya penalaran dan kreativitas. Ia juga giat membagikan ilmunya ke khalayak luas, termasuk mendorong murid-muridnya mengunggah tugas berbentuk video ke media sosial agar bisa menjadi materi belajar bagi banyak orang.
Sesuai kondisi daerah
Dukungan untuk transformasi pembelajaran juga dilakukan Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah melalui program Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia (Inovasi). Program itu merupakan kemitraan antara Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Australia untuk meningkatkan kemampuan literasi dan numerasi di kelas awal jenjang SD/MI.
Menurut Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Anindito Aditomo, transformasi pembelajaran bertujuan mendukung pemerintah daerah meningkatkan mutu pendidikan sesuai kondisi daerah.
Maka dari itu, program prioritas nasional dengan program pemerintah daerah menjadi kunci percepatan peningkatan mutu pendidikan. ”Pemerintah daerah memiliki peran penting dalam sistem pendidikan Indonesia,” ungkapnya.
Pemerintah pusat berperan sebagai regulator dan fasilitator, sedangkan pemerintah daerah berwenang mengelola sekolah dan guru. Keselarasan program pusat dan daerah akan mendorong terjadi transformasi pembelajaran,” kata Anindito.
KOMPAS/ESTER LINCE NAPITUPULU
Anak-anak muda dari Komunitas 1000 Guru, Komunitas Divers Clean Action, serta konsumen dan karyawan KFC Infonesia mengisi hari Kemerdekaan Ke-74 RI dengan mengajar dan bermain bersama siswa SDN 1 Gondang, Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, Sabtu (17/8/2019). Kegiatan ini merupakan bagian dari #KFCGoodJourney yang mengajak anak-anak muda peduli pendidikan dan lingkungan.
Bupati Lombok Tengah Lalu Pathul Bahri menjelaskan, pihaknya mendukung transformasi pembelajaran melalui penerapan Kurikulum Merdeka untuk memperkuat kemampuan literasi, numerasi, dan karakter siswa. Sebab, keterampilan dasar ini merupakan fondasi belajar yang akan menentukan kualitas SDM di masa depan.
”Semakin baik kemampuan literasi, numerasi, dan karakter siswa, akan semakin baik pula prestasi belajar siswa itu di masa depan,” ujar Lalu.
Kemitraan yang difasilitasi program Inovasi bertujuan meningkatkan kecakapan dasar belajar siswa dalam literasi dan numerasi kelas awal yang dilakukan para guru. Sejak fase dua program ini diterapkan di Lombok Tengah pada Juli 2020, lebih dari 28.000 siswa di 1.523 SD/MI merasakan perubahan proses belajar mengajar.
Dari serangkaian pembekalan dan pendampingan yang berjalan, sekolah dan madrasah kini mampu menerapkan prinsip Kurikulum Merdeka. ”Sekolah dan madrasah di Lombok Tengah menilai kemampuan siswa dan melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi sesuai level kemampuan siswa,” kata Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama Rohmat Mulyana Sapdi.