Untuk menangani permasalahan kesehatan remaja, Kementerian Sosial menggelar program posyandu remaja. Di tempat ini, remaja juga bisa mendapatkan pelayanan kesehatan mental.
Oleh
ZULIAN FATHA NURIZAL
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kesehatan fisik dan mental remaja saat ini banyak yang luput dari perhatian. Masih ditemukan kasus pelecehan seksual, pemerkosaan, perundungan, narkoba, sampai hamil sebelum menikah di kalangan remaja. Pencegahan di tingkat masyarakat dan sekolah perlu ditingkatkan.
Menteri Sosial Tri Rismaharini mengatakan, pencegahan dan pendampingan remaja sangatlah penting. Sebab, saat ini banyak remaja mengenal pornografi, seksualitas, dan kekerasan yang seharusnya belum pantas diketahui mereka.
”Saat ini setiap hari terdapat (kasus) anak yang diperkosa oleh ayahnya. Ini fakta menyakitkan yang harus kita terima dan saya sampaikan. Maka, perlindungan dan pendampingan remaja dalam mental dan fisiknya penting dilakukan,” kata Risma dalam acara Lokakarya Akhir Program Kesehatan Remaja dan Covid-19, Kamis (15/12/2022), di Jakarta.
Fenomena itu terjadi akibat perkembangan teknologi yang makin pesat. Remaja dapat mengakses apa pun dari internet. Dengan fenomena itu, pengertian remaja bergeser dari sebelumnya berumur 14 tahun menjadi 10 tahun.
Untuk menangani permasalahan kesehatan remaja, Risma membuat program posyandu remaja. Pada saat dirinya menjadi Wali Kota Surabaya, posyandu juga memberikan pelayanan kesehatan mental.
”Terdapat dokter ahli yang menjelaskan mengenai reproduksi, kanker serviks, narkoba, serta poli jiwa untuk mendengarkan keluhan remaja. Semua anak bisa datang dan tidak ada stigma terhadap remaja yang datang. Dokter juga melakukan sosialisasi ke sekolah terdekat. Saya rasa hal itu bisa dilakukan di Jakarta dan seluruh Indonesia,” tambahnya.
Menurut Risma, dengan adanya posyandu remaja, pencegahan terhadap masalah remaja di masyarakat dapat terdeteksi dan tertangani dengan maksimal dan cepat. Sebab, banyak remaja yang tidak mampu mengatasi permasalahan itu sendirian. Dia mengharapkan adanya kolaborasi dari lintas sektor agar anak Indonesia sebagai aset bangsa dapat tumbuh dan berkembang menjadi generasi unggul.
Merespons hal itu, Médecins Sans Frontières (MSF) Medical Activity Manager Albarissa Shobry Abdalla mengatakan, MSF telah menjalankan proyek kesehatan remaja sejak 2018. Sebelumnya pada 2017, MSF bekerja sama dengan Direktorat Kesehatan Keluarga Kementerian Kesehatan untuk menerapkan pendekatan dan materi inovatif tentang kesehatan remaja di beberapa wilayah tertentu di provinsi DKI Jakarta dan Banten.
”Sejak 2018 sampai 2022 kami membantu dan mendukung staf enam puskesmas dalam menjalankan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) serta melakukan peningkatan kapasitas melalui pendampingan dan pelatihan kepada 300 petugas,” kata Abdalla.
Peningkatan kapasitas yang dimaksud berupa konsultasi dan rujukan bagi remaja hamil dan rawat jalan serta edukasi dan pelatihan mengenai kesehatan seksual dan reproduksi remaja.
Saat ini setiap hari terdapat (kasus) anak yang diperkosa oleh ayahnya. Ini fakta menyakitkan yang harus kita terima dan saya sampaikan. Maka, perlindungan dan pendampingan remaja dalam mental dan fisiknya penting dilakukan.
Program ini telah berdampak pada lebih dari 16.800 remaja yang mengikuti pelayanan PKPR di puskesmas, 2.243 remaja yang mendapatkan layanan konseling, serta 1.271 remaja yang disaring di masyarakat dan dirujuk ke puskesmas untuk penanganan lebih lanjut.
Terdapat juga 952 kunjungan antenatal remaja ke puskesmas dan lebih dari 720 sesi pendidikan kesehatan di masyarakat yang menjangkau hampir 45.000 remaja.
Kepala Puskesmas Kecamatan Pancoran Sri Lenita menilai antusiasme para remaja dan masyarakat mengenai kerja sama program ini sangat baik. Ini terlihat dari banyaknya kunjungan dan rujukan ke Puskesmas Pancoran oleh remaja.
”Selain kegiatan peduli remaja, kami juga ada program pemberian tablet penambah darah bagi remaja perempuan serta analisis penyakit lainnya pada remaja, seperti mag yang disebabkan stres juga kita temukan,” kata Nita.
Peran sebaya
Manfaat dari adanya program posyandu remaja dirasakan oleh Rio Pebrian Sianipar (17) yang merupakan agen perubahan MSF. Sebelumnya dia merasa tidak berguna dan tidak berdaya akibat lingkungan tempat tinggalnya di Koja, Jakarta Utara, kurang kondusif.
”Di lingkungan tempat tinggal saya, ada beberapa anak yang mabuk, bahkan mencoba narkoba. Saya tidak sampai ke situ, tapi saya merasa tidak berguna. Saat diajak untuk bergabung dengan program (ini) jadi lebih percaya diri dan merasa berharga,” tambahnya.
Belajar dari manfaat yang ia rasakan, Rio kemudian mengajak teman sepermainannya agar bisa keluar dari pertemanan yang beracun dan pergaulan bebas. Saat ini, dia dan temannya membuat sebuah grup band dan tampil di beberapa kegiatan.
Senada dengan Rio, Kader Unit Kesehatan Siswa Sekolah Menengah Negeri 3 Pandeglang, Milla Dianur, juga merasakan manfaat program ini. Milla dan teman-temannya dilatih untuk menjadi kader yang peka terhadap kondisi kesehatan fisik dan mental teman-temannya di sekolah dan lingkungan terdekatnya.
”Kita bisa lebih cepat menolong teman sebaya kita yang butuh pertolongan psikologis. Selain itu, dampaknya juga banyak teman saya yang tadinya ingin menikah muda kini mengurungkan niat itu dan bersemangat untuk meraih cita-citanya,” tambahnya.
Milla berharap kegiatan ini juga dapat dirasakan di seluruh Indonesia agar remaja seperti dirinya bisa tumbuh dan berkembang dengan layak. Menurut dia, setiap anak di Indonesia memiliki hak yang sama untuk sukses dan maju.