Wirausaha lingkungan berpotensi membantu menyelesaikan persoalan lingkungan hidup sekaligus membuka lapangan kerja yang ramah lingkungan.
Oleh
ZULIAN FATHA NURIZAL
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Aktivitas kewirausahaan yang berbasis lingkungan dapat membantu mengatasi persoalan lingkungan hidup sekaligus membuka lebih luas peluang kerja, khususnya lapangan kerja ramah lingkungan. Membangun ekosistem wirausaha lingkungan yang inklusif ini membutuhkan dukungan banyak pihak, termasuk pemerintah dan swasta.
CEO Ecoxyztem Jonathan Davy mengatakan, pada tahun 2022 ini, Ecoxyztem sudah menjalankan berbagai program untuk memperkuat jaringan wirausaha lingkungan (ecopreneurs)di Indonesia. Mulai dari program eskalasi perusahaan rintisan, akselerasi solusi akar rumput, dan rangkaian talkshow dan diskusi panel dalam berbagai isu lingkungan spesifik.
”Potensi pemuda Indonesia sangat luar biasa. Oleh karena itu, kita harus mendukung gerakan ini agar dapat mengatasi permasalah lingkungan, sembari membuka lebih luas peluang kerja ramah lingkungan (green jobs),” kata Jody dalam acara Indonesia Sustainability Fest, Jumat (2/12/2022) di Jakarta.
Ecoxyztem merupakan perusahaan venture builder yang saat ini telah membawahkan empat perusahaan rintisan. Perusahaan itu adalah Waste4Change, Ravelware, Enertec, dan ReservoAir. Selain itu, Ecoxyztem juga membuat program inkubasi perusahaan rintisan baru.
Saat ini, tim Ecoxyztem sedang membuat gerakan #PercayaEcopreneur untuk membangkitkan pengetahuan masyarakat tentang solusi lingkungan melalui perusahaan rintisan. Selain itu, mereka ingin meningkatkan kepercayaan diri para wirausaha lingkungan hingga nantinya masyarakat bisa lebih antusias menggunakan solusi yang ditawarkan mereka.
”Melalui Indonesia Sustainability Fest (ISF) kami mengundang para pemangku kebijakan yang memiliki visi yang sama untuk menumbuhkan lebih banyak ecopreneur di Indonesia. Dalam acara ini, kami memperkenalkan solusi bisnis berbasis lingkungan kepada masyarakat sekaligus menggaungkan kembali kampanye #PercayaEcopreneur,” kata Jonathan.
Dalam empat tahun terakhir pertumbuhan wirausahawan yang peduli terhadap masalah lingkungan dan kelestarian lingkungan meningkat.
Menurut Direktur Pengelolaan Sampah, Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Bahan Beracun Berbahaya (Ditjen PSLB3), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Novrizal Tahar, dalam empat tahun terakhir pertumbuhan wirausahawan yang peduli terhadap masalah lingkungan dan kelestarian lingkungan meningkat.
”Saya di Ditjen PSLB3 mulai pada 2018 dan ecopreneur itu masih bisa dihitung jari. Sekarang, kami catat ada 176 ecopreneur yang mengurusi pengelolaan sampah. Mungkin bisa lebih banyak lagi di luar sana,” ujar Novrizal. Fenomena ini akan menjadi tren baru dan membantu pengelolaan sampah di Indonesia.
Novrizal juga menambahkan, pemerintah sudah membuat regulasi Extended Producer Responsibility (EPR) di Indonesia dalam Undang-Undang Pengelolaan Sampah tahun 2008.
Pasal 15 UU tersebut menyatakan, produsen dalam hal ini bisnis bertanggung jawab atas pembuangan kemasan dan produk yang tidak dapat dikomposkan atau sulit untuk dijadikan kompos.
”Wadah ini dapat dimanfaatkan oleh ecopreneur untuk bekerja sama mengurangi dampak lingkungan dengan mengelola sampah bersama. Dengan teknologi dan jiwa muda saya yakin tren ini akan berdampak ke depan dan peluangnya terbuka lebar,” tambahnya.
Kolaborasi
Ketua Tim Kerja Kamar Dagang dan Industri Indonesia Net Zero Hub, Muhammad Yusrizki, mengungkapkan, semakin banyaknya penggunaan teknologi digital dapat mendorong solusi inovatif rendah karbon di Indonesia. Dalam mencapai nol emisi karbon, diperlukan kerja sama antarsektor dengan membangun sebuah ekosistem yang inklusif, dari perusahaan besar hingga perusahaan rintisan, dari entitas bisnis, hingga akademisi dan media.
”Untuk mencapai target net zero diperlukan kerja sama lintas institusi dan sektor. Kami sangat menyambut semua inisiatif, baik untuk bersama-sama membangun ekosistem ini untuk mencapai target net zero di Indonesia.” tambahnya.
Komitmen tersebut tertuang melalui Program Net Zero Hub (NZH) yang diinisiasi oleh Kadin. Komitmen ini bertujuan menjadi aggregator ekosistem, technical enabler, dan wadah bagi semua pemangku kepentingan yang bersedia untuk berkontribusi dalam perjalanan nol emisi karbon ini.