Ditemukan, Kaitan Pola Makan Nabati dengan Penurunan Risiko Kanker pada Pria
Mengonsumsi makanan nabati yang sehat, seperti biji-bijian utuh, sayuran, dan polong-polongan, dikaitkan dengan risiko kanker kolorektal lebih rendah pada pria.
JAKARTA, KOMPAS — Konsumsi makanan nabati yang sehat dan menghindari makanan nabati yang tak sehat dikaitkan dengan risiko kanker kolorektal lebih rendah pada pria. Antioksidan yang ditemukan dalam makanan nabati sehat ini diduga berkontribusi menurunkan risiko kanker kolorektal dengan menekan peradangan kronis.
Beberapa jenis makanan nabati yang sehat meliputi antara lain biji-bijian utuh, sayuran, dan polong-polongan. Sementara makanan nabati yang tidak sehat di antaranya biji-bijian olahan, jus buah, dan gula tambahan.
Temuan ini dipublikasikan dalam jurnal akses terbuka BMC Medicine terbaru. Jihye Kim, penulis penelitian dari Universitas Kyung Hee, Korea Selatan, dalam rilis pada Senin (28/11/2022) menuturkan, kanker kolorektal adalah kanker paling umum, terbanyak ketiga di dunia. Risiko berkembangnya kanker kolorektal seumur hidup adalah satu dari 23 pria dan satu dari 25 wanita.
Meskipun penelitian sebelumnya menunjukkan pola makan nabati mungkin berperan mencegah kanker kolorektal, dampak kualitas nutrisi makanan nabati pada hubungan ini belum jelas. ”Temuan kami menunjukkan bahwa makan pola makan nabati yang sehat dikaitkan dengan penurunan risiko kanker kolorektal,” katanya.
Baca juga : Perbanyak Asupan Pangan Nabati untuk Kesehatan Jantung
Untuk meneliti hubungan antara pola makan nabati dan risiko kanker kolorektal, para peneliti menganalisis data yang dikumpulkan dari orang dewasa yang direkrut dari Hawaii dan Los Angeles, AS, dalam multiethnic cohort study antara tahun 1993 dan 1996. Rata-rata partisipan pria berusia 60 tahun dan peserta wanita berusia 59 tahun pada awal masa studi.
Sebanyak 24.138 (30,2 persen) peserta pria adalah orang Jepang, 20.663 (25,8 persen) adalah orang Amerika, 19.198 (24,0 persen) adalah orang Latin, 10.381 (13,0 persen) adalah orang Afrika-Amerika, dan 5.572 (7,0 persen) adalah penduduk asli Hawaii.
Peserta melaporkan asupan makanan dan minuman yang biasa dikonsumsi selama tahun sebelumnya. Kemudian peneliti menilai apakah diet mereka tinggi dalam makanan nabati yang dianggap sehat, seperti biji-bijian utuh, buah-buahan, sayuran, dan polong-polongan, atau tidak sehat, misalnya biji-bijian olahan, jus buah, dan gula tambahan, relatif terhadap peserta lain.
Selanjutnya mereka menghitung kejadian kasus kanker kolorektal baru hingga tahun 2017 menggunakan data yang diperoleh dari pendaftar kanker. Para penulis memperhitungkan usia partisipan, riwayat kanker kolorektal dalam keluarga, indeks massa tubuh, riwayat merokok, tingkat aktivitas fisik, konsumsi alkohol, penggunaan dan pengobatan multivitamin, serta asupan energi harian.
Mereka juga memperhitungkan penggunaan terapi penggantian hormon oleh peserta wanita. Sebanyak 4.976 peserta (2,9 persen) menunjukkan perkembangan kanker kolorektal selama masa studi.
Baca juga : Diet Mediterania Memperpanjang Usia
Para peneliti menemukan di antara 79.952 pria Amerika Serikat yang mengonsumsi makanan nabati sehat dalam jumlah rata-rata tertinggi tiap hari memiliki risiko kanker kolorektal 22 persen lebih rendah dibandingkan mereka yang makan dengan jumlah terendah dari makanan nabati yang sehat.
Namun, para penulis tidak mengidentifikasi hubungan yang signifikan antara kualitas gizi pola makan nabati dan risiko kanker kolorektal di antara 93.475 populasi wanita Amerika.
”Kami berspekulasi antioksidan yang ditemukan dalam makanan seperti buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian dapat berkontribusi mengurangi risiko kanker kolorektal dengan menekan peradangan kronis yang dapat menyebabkan kanker," kata Jihye Kim.
Karena pria cenderung memiliki risiko kanker kolorektal lebih tinggi daripada wanita, para peneliti ini mencoba membantu menjelaskan mengapa makan lebih banyak makanan nabati yang sehat dikaitkan dengan penurunan risiko kanker kolorektal pada pria, tetapi tidak pada wanita.
Variasi etnis
Para penulis menemukan kaitan antara kualitas gizi dari pola makan nabati dan risiko kanker kolorektal di antara pria bervariasi menurut ras dan etnis. Di antara pria Jepang-Amerika, risiko kanker kolorektal 20 persen lebih rendah bagi mereka yang makan makanan nabati sehat dalam jumlah tertinggi per hari dibandingkan mereka yang makan dalam jumlah paling sedikit.
Kami berspekulasi antioksidan yang ditemukan dalam makanan seperti buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian dapat berkontribusi mengurangi risiko kanker kolorektal dengan menekan peradangan kronis yang dapat menyebabkan kanker.
Di antara pria kulit putih, mereka yang makan asupan nabati sehat porsi tertinggi punya risiko kanker kolorektal 24 persen lebih rendah daripada mereka yang makan berjumlah terendah. Tim tak mengidentifikasi kaitan signifikan pola makan nabati dan risiko kanker kolorektal antara pria Afrika-Amerika, Latin, atau penduduk lokal Hawaii.
Jihye Kim mengutarakan, ”Kami berpendapat hubungan antara pola makan nabati dan risiko kanker kolorektal mungkin paling kuat pada pria Jepang-Amerika dan pria kulit putih karena perbedaan faktor risiko kanker kolorektal lainnya antara kelompok ras dan etnis. Namun, riset lebih lanjut diperlukan untuk mengonfirmasi ini.”
Para peneliti mengingatkan bahwa sifat observasional dari studi mereka tidak memungkinkan adanya kesimpulan tentang hubungan kausal antara asupan makanan nabati dan risiko kanker kolorektal.
Baca juga : Diet Tinggi Serat Mengurangi Risiko Demensia
Mereka juga tidak memperhitungkan efek menguntungkan yang mungkin dimiliki makanan seperti ikan dan susu dalam mengurangi risiko kanker kolorektal dalam analisis mereka. Selain itu, karena pola makan peserta dicatat pada awal penelitian, mereka mungkin tidak mewakili pola makan seumur hidup mereka.
Para penulis menyarankan penelitian di masa depan perlu dilakukan untuk menyelidiki faktor genetik dan lingkungan yang dapat memengaruhi hubungan antara asupan makanan nabati dan risiko kanker kolorektal antara kelompok ras dan etnis.
Diet proinflamasi
Sebelumnya, kajian yang dilakukan Fred K Tabung dari Harvard TH Chan School of Public Health di Boston dan tim dan diterbitkan di JAMA Oncology pada Januari 2022 juga menunjukkan ada kaitan pola makan dengan risiko kanker kolorektal. Ditemukan diet proinflamasi dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker kolorektal untuk pria dan wanita.
Temuan Tabung ini meneliti korelasi antara skor pola diet inflamasi empiris (EDIP) berdasarkan jumlah tertimbang dari 18 kelompok makanan yang mencirikan potensi inflamasi dan risiko kanker kolorektal dalam studi kohort terhadap 46.804 pria dan 74.246 wanita diikuti selama 26 tahun.
Lebih dari 2.571.831 orang-tahun masa tindak lanjut, para peneliti mendokumentasikan 2.699 insiden kasus kanker kolorektal. Peserta dalam kuartil EDIP tertinggi (Q) memiliki tingkat kejadian kanker kolorektal 151 dan 92 per 100.000 orang-tahun untuk pria dan wanita.
Selanjutnya data partisipan tersebut dibandingkan dengan masing-masing 113 dan 80, untuk peserta di Q terendah, untuk perbedaan tingkat yang tidak disesuaikan sebesar 38 dan 12 lebih banyak kasus kanker kolorektal, masing-masing, di antara mereka yang mengonsumsi makanan yang sangat proinflamasi.
Dalam analisis multivariabel, skor EDIP yang lebih tinggi berkorelasi dengan 44, 22, dan 32 persen risiko lebih tinggi terkena kanker kolorektal untuk pria, wanita, dan pria dan wanita, masing-masing, membandingkan peserta dalam Qs EDIP tertinggi versus terendah.
Asosiasi berbeda dengan tingkat asupan alkohol dalam subkelompok, dengan asosiasi lebih kuat terlihat pada pria dan wanita yang tak mengonsumsi alkohol. ”Temuan menunjukkan peradangan ialah mekanisme potensial yang menghubungkan pola diet dan perkembangan kanker kolorektal,” tulis para penulis.