Bangun Kesadaran Masyarakat akan Pentingnya Vaksinasi
Masyarakat diimbau segera melengkapi vaksinasi hingga dosis penguat. Tingkat kematian dapat ditekan secara optimal jika masyarakat sudah mendapat dosis penguat.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sebagian besar masyarakat paham bahwa vaksinasi diperlukan untuk melindungi diri dari penularan Covid-19. Namun, seiring berjalannya waktu, keinginan warga untuk segera melengkapi vaksinasi hingga dosis penguat menurun. Akibatnya, cakupan pun tidak optimal sehingga pelindungan tidak lagi maksimal.
Kementerian Kesehatan mencatat jumlah total penduduk yang sudah mendapatkan vaksin dosis lengkap sebanyak 172,2 juta orang atau 63,7 persen dari total populasi. Sementara untuk vaksinasi dosis penguat atau booster baru menyasar 66,2 juta orang atau 24,5 persen dari total populasi penduduk di Indonesia.
Epidemiolog dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Pandu Riono, dalam acara Diseminasi Program Komunikasi Percepatan Vaksinasi Covid-19 Nasional, di Jakarta, Selasa (22/11/2022), menyampaikan, SARS-CoV-2 yang menjadi virus penyebab Covid-19 memiliki sifat mudah bermutasi. Virus ini pun bisa mematikan pada awal penularan ketika imunitas belum terbentuk di populasi masyarakat.
”Dengan adanya imunitas, kematian dan keparahan akibat Covid-19 bisa dicegah. Vaksinasi ini harus dilengkapi sampai booster. Kenapa booster penting? Dari data sudah membuktikan, kematian itu paling tinggi pada yang belum divaksin. Kita harus mengusahakan supaya virus ini tidak sampai membunuh kita,” tuturnya.
Cakupan vaksinasi harus optimal di masyarakat setidaknya mencapai 70 persen dari total populasi. Capaian itu terutama diperlukan pada kelompok lansia. Dari data angka kasus kematian Covid-19 pada 1 Oktober-12 November 2022, kematian warga lanjut usia (lansia) paling tinggi didapatkan pada mereka yang belum divaksin, yakni 8 persen.
Sementara angka kasus kematian pada warga lansia yang sudah mendapat vaksin dosis penguat sebesar 1,6 persen.
”Kalau penduduk Indonesia sebagian besar sudah di-booster, apa pun variannya maka risiko kematian akan rendah. Vaksinasi ini amat penting, khususnya untuk melindungi kelompok rentan, seperti warga lansia dan orang dengan komorbid. Vaksinasi ini pula yang menjadi salah satu strategi menuju endemi,” ucap Pandu.
Kenapa booster penting? Dari data sudah membuktikan, kematian itu paling tinggi pada yang belum divaksinasi. Kita harus usahakan supaya virus ini tidak sampai membunuh kita. (Pandu Riono)
Koordinator Riset Inovasi Agro, Farmasi, dan Pariwisata Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian yang juga anggota dari Komite Penanggulangan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) Leni Rosylin menyampaikan, percepatan vaksinasi harus segera dilakukan.
Semua pihak harus bekerja sama untuk melakukan terobosan dalam upaya peningkatan cakupan vaksinasi. Dalam tiga minggu terakhir, capaian vaksinasi berkisar 50.000-60.000 suntikan per hari. Jika tidak ada intervensi, target cakupan vaksinasi sebesar 70 persen baru bisa dicapai setelah satu tahun.
Oleh sebab itu, program vaksinasi Covid-19 akan diperpanjang pada 2023. Pengadaan vaksin pun akan berlanjut. Direncanakan, vaksin Covid-19 buatan dalam negeri, yakni Inavac dan Indovac, yang akan digunakan dalam program vaksinasi selanjutnya.
”Tahun ini kita akan memakai 5 juta dosis vaksin Inavac dan 5 juta dosis vaksin Indovac. Penggunaan Peduli Lindungi juga harus diintensifkan kembali karena sekarang di fasilitas umum sudah mulai mengendur penggunaan Peduli Lindungi,” tutur Leni.
Direktur Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Kementerian Kesehatan Widyawati menuturkan, peningkatan cakupan vaksinasi juga dilakukan melalui kampanye dan pelibatan masyarakat. Hal ini untuk membangun kesadaran akan pentingnya vaksinasi Covid-19.
Menurut dia, situasi pandemi yang mulai landai membuat masyarakat abai akan protokol kesehatan dan vaksinasi. Padahal, kedua hal itu yang mampu melindungi masyarakat dari penularan Covid-19 sekaligus mengendalikan pandemi.
Widyawati menyampaikan, kolaborasi diperlukan untuk kembali meningkatkan kesadaran masyarakat akan vaksinasi. Gerakan multipihak pun harus dibangun dengan melibatkan tokoh masyarakat, tokoh agama, dan kader di masyarakat yang dapat menjadi contoh bagi warga untuk segera mendapatkan vaksin dosis penguat.
”Kolaborasi ini penting untuk menurunkan keraguan masyarakat akan vaksinasi dan meningkatkan cakupan vaksinasi untuk warga lansia dan kelompok rentan lainnya. Setidaknya sudah ada lima wilayah prioritas, yakni Riau, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, dan Nusa Tenggara Timur,” ujarnya.
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny K Lukito, dalam siaran pers, mengutarakan, izin penggunaan darurat (EUA) vaksin Inavac untuk vaksin dosis penguat heterolog dengan vaksin primer Sinovac telah diterbitkan.
Vaksin ini bisa diberikan untuk usia 18 tahun ke atas dengan satu dosis suntikan dengan interval pemberian minimal enam bulan setelah dosis primer lengkap.
”Sebelumnya, BPOM telah menerbitkan EUA Vaksin Inavac sebagai vaksin primer dua dosis untuk dewasa usia 18 tahun ke atas. Dengan disetujuinya EUA vaksin Inavac untuk booster, hal itu menambah alternatif vaksin booster untuk dewasa yang telah mendapatkan vaksin dosis primer menggunakan vaksin Sinovac,” tuturnya.