Bersiap Libur Akhir Tahun, Warga Datangi Puskesmas untuk Divaksin
Pemerintah telah memastikan ketersediaan vaksin Covid-19 mencukupi. Demi mempersiapkan libur akhir tahun, warga mendatangi puskesmas untuk divaksin.
Oleh
ZULIAN FATHA NURIZAL
·3 menit baca
DOKUMENTASI PUSKESMAS KRANJI
Seorang pria melakukan pemeriksaan sebelum vaksinasi di Puskesmas Kranji, Kota Bekasi, pada Senin (14/11/2022). Puskesmas ini sudah kembali membuka pelayanan vaksinasi yang sempat ditutup karena kekosongan stok.
JAKARTA, KOMPAS — Libur akhir tahun yang sudah dekat membuat banyak warga mendatangi puskesmas untuk mendapatkan vaksinasi penguat. Hal ini dilakukan warga agar terhindar dari biaya tambahan terkait syarat perjalanan yang membutuhkan tes Covid-19.
Seperti Irwansyah Putra Waruwu (21) yang datang ke Puskesmas Bintara, Bekasi pada Senin (14/11/2022). Dia melakukan vaksinasi untuk syarat perjalanannya ke kampung halamannya di Pulau Nias pada Desember mendatang.
”Syarat perjalanan udara harus vaksin ketiga, cukup sulit untuk mencarinya di domisili saya Kecamatan Pekayon. Dapatnya di Puskesmas Bintara ini,” ujar Irwan. Walaupun jauh, ia rela datang pagi untuk vaksinasi penguat sebagai syarat perjalanan. Hal ini ia lakukan agar terhindar dari biaya tambahan tes Covid-19 sebagai syarat perjalanan.
Rerata kami melayani 20 orang setiap hari. Kini bisa mencapai 50 sampai 60 orang per hari.
Begitu juga dengan Ayu Ambar Wati (24), ia mendatangi Puskesmas Kranji, Bekasi, untuk vaksinasi dosis ketiga. Ia mengaku baru bisa melakukan vaksinasi karena sebelumnya stok kosong. ”Waktu bulan Oktober mau vaksin, tapi habis. Sekarang sudah ada lagi sekalian untuk syarat perjalanan pulang kampung,” ujarnya.
PUSKESMAS BINTARA
Seorang bapak berdiri setelah nomor urutnya dipanggil untuk melakukan pemeriksaan vaksin pada Senin (14/11/2022).
Kepala Puskesmas Kranji Nita Anggraeni Purnomo mengatakan, saat ini di Puskesmas Kranji terdapat 24 vial dosis vaksin untuk 144 orang dari sebelumnya 35 vial vaksin yang bisa digunakan untuk 210 orang. Stok vaksin yang sebelumnya kosong sudah diterima sejak 7 November lalu.
”Antusias warga untuk divaksin juga semakin banyak. Rerata kami melayani 20 orang setiap hari. Kini bisa mencapai 50 sampai 60 orang per hari,” kata Nita. Ia menambahkan, jenis vaksin yang diterima bisa bervariasi dan untuk saat ini Puskesmas Kranji menyediakan vaksin jenis Pfizer.
Juru Bicara Kementerian Kesehatan Mohammad Syahril Mansyur mengatakan, terkait stok vaksin, pemerintah telah memastikan ketersediaannya mencukupi. Meskipun sempat terjadi kekosongan pada periode September-Oktober, pada akhir Oktober telah tersedia lebih dari enam juta dosis vaksin. Sebagian di antaranya telah didistribusikan ke sejumlah daerah.
”Pemerintah daerah yang mempunyai stok dosis vaksin menipis dapat melaporkan ke pemerintah pusat sesuai dengan program dan kebutuhan masing-masing daerah. Tidak ada lagi kekosongan stok dosis vaksin,” ujarnya.
Terkendali
Juru Bicara Satgas Covid-19, Wiku Adisasmito, mengatakan, selama enam minggu terakhir terjadi peningkatan kasus Covid-19 dan juga kematian akibat Covid-19. Sebanyak 30.000 kasus positif tambahan terkonfirmasi, di mana lebih banyak jika dibandingkan dengan enam minggu sebelumnya.
TAMPILAN LAYAR KANAL YOUTUBE SEKRETARIAT PRESIDEN
Koordinator Tim Pakar dan Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito, saat menyampaikan keterangan mengenai perkembangan penanganan Covid-19.
”Walaupun naik, pada tahun 2022 ini kita dapat mempertahankan angka kesembuhan dengan rata-rata 95 persen,” kata Wiku.
Laporan dari Juru Bicara Satgas Covid-19 juga terlihat di Puskesmas Kranji, tren vaksinasi naik, kasus terkonfirmasi Covid-19 juga mengalami kenaikan. Menurut laporan Puskesmas Kranji, 12 warga terkonfirmasi positif. Meski mengalami kenaikan, penyebarannya tergolong sedikit.
”Jumlah 12 warga terkonfirmasi Covid-19 itu tersebar di 11 RT, jadi setiap satu RT terdapat satu orang terkonfirmasi. Berbeda dengan tahun 2021 lalu saat jumlah pasien Covid-19 meningkat pesat 12 warga dalam satu RT,” kata Nita. Menurutnya, hal ini disebabkan karena masifnya vaksinasi sehingga manfaatnya terasa.
Kendala yang selama ini dihadapi Nita dan tim adalah kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai manfaat vaksin. Kebanyakan warga hanya melihat dari efek jangka pendeknya saja.
”Stigma ini terjadi bukan di vaksin Covid-19 saja, melainkan di vaksin lainnya yang kami lakukan penyuntikan, seperti campak, polio, dan difteri. Seringnya para ibu khawatir setelah vaksin anak demam, padahal hal itu merupakan respons tubuh dalam mengenali dan melawan penyakit,” kata Nita.