Mayoritas Kematian Covid-19 Belum Divaksin Penguat
Masyarakat diimbau segera melengkapi vaksinasi hingga dosis penguat. Data Kementerian Kesehatan menunjukkan, 84 persen kasus kematian pada mereka yang belum divaksin penguat.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Data Kementerian Kesehatan menunjukkan sebagian besar kasus kematian akibat Covid-19 berasal dari pasien yang belum mendapatkan vaksinasi dosis penguat atau booster. Masyarakat pun diimbau segera melengkapi vaksinasi di tengah risiko penularan Covid-19 yang semakin besar dengan adanya subvarian baru.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan pada periode 4 Oktober-8 November 2022, dari 1.373 kasus kematian Covid-19, sebanyak 84 persen belum mendapatkan vaksinasi dosis penguat dan 60 persen dari kasus kematian berusia lebih dari 60 tahun. Selain itu, dari 10.639 pasien dengan gejala sedang hingga kritis, sebanyak 74 persen juga belum mendapatkan vaksin dosis penguat.
”Vaksin ini sangat penting untuk melindungi kita, terutama yang berusia lanjut. Mayoritas pasien Covid-19 dengan kondisi berat hingga kritis dan pasien meninggal karena tidak divaksin atau vaksinasinya belum lengkap,” ujar Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin di Jakarta, Rabu (9/11/2022).
Ia menuturkan, capaian vaksinasi dosis lengkap dua dosis pada level nasional sudah cukup baik. Namun, capaian dosis lengkap tersebut belum memenuhi target pada kelompok lansia. Saat ini, dosis yang diberikan pada kelompok lansia untuk dosis lengkap sebanyak 14,9 juta dosis atau 69,3 persen dari target yang harus dicapai. Padahal, pada kelompok rentan, seperti kelompok lansia, ditargetkan vaksinasi bisa mencapai 100 persen.
Vaksin ini sangat penting untuk melindungi kita, terutama yang berusia lanjut. Mayoritas pasien Covid-19 dengan kondisi berat hingga kritis dan pasien meninggal karena tidak divaksin atau vaksinasinya belum lengkap. (Budi G Sadikin)
Merujuk pada data lainnya, capaian vaksinasi dosis lengkap ini pun belum merata di seluruh provinsi. Setidaknya masih ada 24 provinsi yang belum mencapai 70 persen dari target vaksinasi. Secara nasional, capaian vaksinasi dosis kedua sebanyak 172 juta dosis atau 63,7 persen dari total populasi penduduk.
Budi mengatakan, cakupan vaksinasi Covid-19 di Indonesia harus terus digenjot. Selain vaksinasi dosis lengkap dua dosis, cakupan vaksinasi dosis penguat pun harus semakin ditingkatkan. Hal ini yang terutama dosis penguat untuk sasaran lansia. Saat ini baru tiga provinsi yang memenuhi targetkan 50 persen vaksinasi dosis penguat lansia, yakni DKI Jakarta, Bali, dan Jawa Barat.
“Seluruh dinas kesehatan perlu terus menggenjot capaian vaksinasi di wilayahnya masing-masing. Sentra-sentra vaksinasi perlu diaktifkan kembali serta lakukan upaya jemput bola pada masyarakat. Segera tingkatkan (vaksinasi) booster agar seluruh masyarakat terlindungi,” tuturnya.
Menurut Budi, peningkatan cakupan vaksinasi ini kian penting untuk melindungi masyarakat dari penularan Covid-19 yang kembali melonjak. Lonjakan ini terjadi dengan adanya subvarian baru Omicron yang sudah teridentifikasi di Indonesia, yakni XBB, BQ1, dan BA.2.75.2.
Satuan Tugas Penanganan Covid-19 per 9 November 2022 melaporkan, kasus konfirmasi baru Covid-19 bertambah sebanyak 6.186 kasus dan kasus kematian bertambah 43 kasus. Sementara itu, kasus aktif yang dilaporkan mencapai 43.797 kasus.
Tren kasus harian dan angka kasus positif (positivity rate) Covid-19 pun telah menunjukkan kecenderungan peningkatan. Meski begitu, kondisi transmisi komunitas di Indonesia masih dinilai terkendali dengan merujuk pada standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Terdapat tiga indikator yang dinilai, yakni kasus konfirmasi, kasus kematian, dan rawat inap. Saat ini, kasus konfirmasi di Indonesia terhitung 11,16 kasus per 100.00 penduduk per minggu. Sementara batas WHO untuk level satu atau terkendali yakni di bawah 20 kasus per 100.000 penduduk per minggu.
Indikator lain, yaitu pada kasus kematian. Kondisi di Indonesia kini sebesar 0,08 kasus kematian per 100.000 penduduk per minggu, sedangkan batasan WHO kurang dari satu kasus kematian per 100.000 penduduk per minggu.
Selain itu, dari indikator rawat inap juga masih masuk ke level satu, yakni kurang dari lima kasus per 100.000 penduduk per minggu. Namun, jika melihat data detail di tingkat provinsi, terdapat dua provinsi yang menunjukkan kondisi transmisi pada level dua, yakni DKI Jakarta dan Kalimantan Timur.
Juru bicara Kementerian Kesehatan, Mohammad Syahril, dalam siaran pers mengatakan, selain vaksinasi, masyarakat juga harus kembali memperketat protokol kesehatan. Masker perlu digunakan selalu, baik di dalam ruang maupun luar ruangan. Masyarakat juga diharapkan menghindari kerumunan dan selalu mencuci tangan.
”Lakukan pula tes apabila mengalami tanda dan gejala Covid-19. Akses telemedicine untuk isoman (isolasi mandiri) dengan layanan konsultasi gratis dan obat gratis bisa dimanfaatkan bagi masyarakat yang positif Covid-19,” ujarnya.