Akhir dari pandemi Covid-19 sudah di depan mata. Meski begitu, hal tersebut bisa dicapai jika ada usaha yang kuat dari seluruh pihak di dunia dalam mengendalikan penularan Covid-19. Itu termasuk memperluas vaksinasi.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Meskipun akhir pandemi dinilai sudah semakin dekat, hal itu tidak serta-merta terjadi tanpa syarat. Upaya pengendalian penularan Covid-19 harus semakin kuat dilakukan seluruh lapisan masyarakat dunia, tak terkecuali warga Indonesia, termasuk memastikan vaksinasi mencakup mayoritas penduduk.
Juru bicara Kementerian Kesehatan, Mohammad Syahril, mengatakan, situasi penularan Covid-19 yang makin terkendali secara global menjadi tanda pandemi akan berakhir. Meski begitu, semua pihak harus berupaya keras agar kondisi ini bisa dipertahankan secara optimal karena ancaman mutasi virus masih terjadi.
”Semua negara, termasuk Indonesia, harus bisa mempertahankan kondisi saat ini agar betul-betul parameter dari pandemi yang berakhir bisa terwujud,” katanya, di Jakarta, Jumat (16/9/2022).
Setidaknya ada enam hal yang menjadi upaya penting untuk mengakhiri pandemi. Hal tersebut meliputi vaksinasi, pemeriksaan dan sekuensing, sistem ketahanan kesehatan, persiapan lonjakan kasus, pencegahan dan pengendalian, serta penyampaian informasi.
Dari keenam hal tersebut, vaksinasi masih menjadi kendala yang dihadapi. Hal itu terutama dalam capaian vaksinasi Covid-19 dosis penguat atau booster. Per 16 September 2022, vaksin dosis ketiga atau dosis penguat yang diberikan ke masyarakat baru mencapai 62,4 juta dosis atau sekitar 23,1 persen dari jumlah total penduduk di Indonesia.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menargetkan vaksinasi bisa mencapai 100 persen pada kelompok prioritas, termasuk tenaga kesehatan. Sementara vaksinasi pada kelompok lansia harus mencapai setidaknya 97 persen dari populasi. Capaian ini dimaksudkan agar perlindungan pada kelompok rentan bisa optimal.
Di Indonesia, capaian untuk vaksinasi dosis penguat bagi petugas kesehatan sudah mencapai 118 persen dari target yang harus disasar. Sebanyak 36,5 persen dari total sasaran petugas kesehatan pun sudah mendapatkan vaksinasi dosis penguat kedua.
Namun, pada kelompok lansia, vaksinasi dosis penguat baru mencapai 30,5 persen dari total sasaran. Bahkan, vaksinasi dosis primer hingga dosis kedua baru mencapai 68,8 persen dari target sasaran vaksinasi.
Semua negara, termasuk Indonesia, harus bisa mempertahankan kondisi saat ini agar betul-betul parameter dari pandemi yang berakhir bisa terwujud. (Mohammad Syahril)
Karena itu, Syahril menyampaikan, percepatan untuk meningkatkan cakupan vaksinasi dosis penguat perlu dilakukan. Vaksinasi dosis penguat dapat meningkatkan empat sampai enam kali lipat kadar antibodi dalam tubuh sebagai perlindungan dari penularan Covid-19.
Sekalipun WHO telah menyampaikan bahwa tanda pandemi akan berakhir semakin jelas, saat ini masyarakat masih berada dalam kondisi pandemi. ”Jika kita disiplin menjalankan protokol kesehatan dan tidak mengejar cakupan vaksinasi, bisa jadi kita akan melewatkan kesempatan emas untuk mengakhiri pandemi,” katanya.
Vaksin penguat
Oleh sebab itu, Syahril menuturkan, program vaksinasi akan terus dilaksanakan meski di tengah kondisi pandemi yang melandai. Jumlah penduduk yang belum mendapatkan vaksinasi dosis penguat masih cukup besar.
Sebelumnya, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyampaikan, pemerintah menargetkan pada akhir 2022 cakupan vaksinasi dosis penguat bisa mencapai 100 juta dosis. Artinya, masih ada 40 juta dosis vaksinasi dosis penguat yang harus diberikan kepada masyarakat.
Pemerintah pun memastikan ketersediaan vaksin di masyarakat. Pasokan vaksinasi dosis penguat pun akan diperkuat melalui vaksin Covid-19 produksi dalam negeri, yakni vaksin Inavac dan vaksin Indovac.
”Kita harus bersiap dan berhati-hati jangan sampai ketika ada gelombang baru kita akan ikut mengalami. Imunitas masyarakat akan menurun di awal tahun depan. Jadi, ketika (vaksin) booster (vaksin dalam negeri) keluar, kita akan dorong lewat program agar bisa mencapai 100 juta dosis di akhir tahun,” kata Budi.
Secara terpisah, Direktur Utama PT Biotis Pharmaceutical Indonesia FX Sudirman menuturkan, vaksin Covid-19 Merah Putih Inavac, menurut rencana, akan mulai masuk tahap produksi pada awal Oktober 2022 setelah izin penggunaan darurat (EUA) dari Badan Pengawas Obat dan Makanan terbit.
Pada tahap awal, vaksin Inavac akan diproduksi 10 juta dosis hingga akhir tahun. Diharapkan, seluruh vaksin yang diproduksi tersebut dapat dimanfaatkan oleh pemerintah sehingga dapat mendukung pemenuhan kebutuhan vaksin bagi masyarakat Indonesia.
Sementara itu, Direktur Utama PT Bio Farma (Persero) Honesti Basyir dalam siaran pers mengatakan, produksi vaksin Indovac akan dilakukan setelah izin penggunaan darurat didapatkan dari BPOM. Pada tahap awal, PT Bio Farma akan memproduksi maksimal 20 juta dosis vaksin dan secara bertahap akan meningkat hingga 40 juta dosis pada 2023.
”Kapasitas produksi bisa dinaikkan lagi menjadi 100 juta dosis per tahun pada 2024, bergantung pada kebutuhan dan permintaan,” ujarnya.
Syahril mengatakan, vaksin Covid-19 buatan dalam negeri akan dimanfaatkan secara optimal untuk kebutuhan masyarakat Indonesia. Namun, tidak menutup kemungkinan jika kebutuhan dalam negeri sudah terpenuhi, vaksin Covid-19 buatan dalam negeri akan dikirimkan ke luar negeri untuk mendukung pemerataan akses vaksinasi di tingkat global.