Indonesia dan Singapura Kerja Sama Lindungi Anak dan Perempuan
Pemberdayaan perempuan, perlindungan anak, dan pembangunan keluarga menjadi perhatian negara-negara di dunia termasuk Indonesia dan Singapura, Kerja sama antarnegara diharapkan memperkuat perlindungan anak dan perempuan.
Oleh
SONYA HELLEN SINOMBOR
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Pemerintah Republik Indonesia dan Republik Singapura memperkuat kerja sama bilateral dalam pemberdayaan perempuan, perlindungan anak, dan pembangunan keluarga. Kedua negara sepakat untuk berbagi praktik baik dan bertukar informasi, jadwal program atau proyek, dan saling berpartisipasi dalam acara serta program-program pelatihan.
Penguatan kerja sama ini dilakukan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) RI dan Kementerian Pembangunan Sosial dan Keluarga (MSF) Republik Singapura melalui penandatanganan memorandum saling pengertian (MSP), Selasa (8/11/2022) di Singapura.
Penandatanganan MSP dilakukan Menteri PPPA RI I Gusti Ayu Bintang Darmawati dan Menteri Pembangunan Sosial dan Keluarga Republik Singapura Masagos Zulkifli bin Masagos Mohamad di sela-sela CIFA Regional Symposium & MSF Asian Family Conference.
Sebelum penandatanganan MSP, Bintang dan Masagos Zulkifli melakukan pertemuan bilateral untuk bertukar pandangan tentang isu-isu kepentingan bersama yang akan memberikan manfaat bagi kedua negara.
Bintang dalam siaran pers bersama Menteri Masagos, Selasa, menyatakan, MSP yang ditandatangani merupakan landasan bagi Kementerian PPPA dan MSF untuk melakukan kerja sama dalam hal pemberdayaan perempuan, perlindungan anak, dan pembangunan keluarga.
Ketidakberdayaan perempuan secara ekonomi menjadi salah satu akar masalah terjadinya kekerasan terhadap perempuan dan anak, perdagangan orang, perkawinan anak, dan pekerja anak.
Dari kerja sama tersebut, Bintang berharap bisa mengetahui lebih jauh tentang layanan helpline bagi korban kekerasan, selter atau rumah aman, dan aturan hukum untuk efek jera bagi pelaku yang dimiliki Singapura.
”Seperti halnya di Singapura, teknologi dan big data juga sangat penting untuk program-program prioritas kami. Kami ingin banyak belajar dari Pemerintah Singapura. MSP ini menjadi momentum bersejarah antara Indonesia dan Singapura, karena khusus pada isu perempuan, anak dan keluarga ini pertama kalinya dilakukan,” ujar Bintang.
Adapun Menteri Masagos menyatakan, MSP sangat penting bagi Kementerian PPPA dan MSF dalam memperdalam keterlibatan dan persahabatan kedua negara. Hal ini terlihat dari komitmen dari kementerian kedua negara untuk saling meninjau praktik baik dan pengalaman satu sama lain dalam rangka mendukung pemberdayaan perempuan, meningkatkan perlindungan anak, dan memperkuat pembangunan keluarga di kedua negara.
Terkait pemberdayaan perempuan, Bintang dalam setiap kesempatan mengungkapkan, ketahanan ekonomi perempuan merupakan hulu dari berbagai permasalahan yang terjadi pada perempuan. Bahkan, ketidakberdayaan perempuan secara ekonomi menjadi salah satu akar masalah terjadinya kekerasan terhadap perempuan dan anak, perdagangan orang, perkawinan anak, dan pekerja anak.
Berdasarkan hal-hal tersebut, Bintang percaya hanya perempuanlah yang mampu menjadi advokat terbaik bagi diri dan kaumnya sendiri. Karena itulah, potensi perempuan untuk menjadi pemimpin harus dapat didukung untuk mempersempit, bahkan menutup jurang ketidaksetaraan antara perempuan dan laki-laki.